Mengenal Sedimen Klastik: Proses Pembentukan dan Klasifikasinya

Ilustrasi sederhana proses pelapukan dan transportasi sedimen klastik Batuan Induk Klast Media Transportasi

Ilustrasi sederhana: Pelapukan menghasilkan klast, yang kemudian ditransportasi.

Dalam ilmu geologi, studi tentang batuan sedimen adalah kunci untuk memahami sejarah Bumi. Salah satu kategori batuan sedimen yang paling umum dan melimpah adalah sedimen klastik. Kata "klastik" sendiri berasal dari bahasa Yunani, "klastos," yang berarti pecah atau fragmen. Secara fundamental, sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari akumulasi, transportasi, dan litifikasi (pemadatan menjadi batuan) fragmen-fragmen batuan yang sudah ada sebelumnya (disebut klast) atau mineral.

Proses Pembentukan Sedimen Klastik

Pembentukan batuan sedimen klastik melibatkan serangkaian proses geologis yang terstruktur, dimulai dari pelapukan batuan di permukaan bumi hingga penguburan dan pemadatan di cekungan pengendapan.

1. Pelapukan (Weathering)

Proses ini adalah langkah awal di mana batuan induk (bisa berupa batuan beku, metamorf, atau sedimen lain) dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil. Pelapukan dapat bersifat fisik (mekanis), seperti pembekuan-pencairan air di celah batuan, atau kimiawi, yang mengubah komposisi mineral batuan. Hasil dari pelapukan adalah berbagai ukuran klast, mulai dari kerikil besar hingga partikel lempung mikroskopis.

2. Erosi dan Transportasi

Setelah terlepas, fragmen batuan tersebut harus dipindahkan dari lokasi pelapukannya. Agen utama transportasi meliputi air (sungai dan laut), angin, es (gletser), dan gravitasi. Selama proses transportasi, klast akan mengalami perubahan signifikan. Energi kinetik agen transportasi akan menyebabkan benturan antar fragmen, yang mengakibatkan proses abrasi. Abrasi ini menyebabkan klast menjadi lebih bulat (membundar) dan ukurannya mengecil. Semakin jauh jarak tempuh, semakin halus dan bulat klast tersebut.

3. Sedimentasi (Deposisi)

Ketika energi agen transportasi menurun drastis—misalnya ketika sungai memasuki laut atau angin berhenti bertiup—material klastik akan mengendap. Pengendapan biasanya mengikuti prinsip pengurutan ukuran butir, di mana material yang lebih kasar (besar) mengendap terlebih dahulu, diikuti oleh yang lebih halus.

4. Litifikasi

Tahap akhir adalah pemadatan (kompaksi) dan semenasi. Tekanan dari material di atasnya memaksa butiran-butiran klastik berdekatan, mengeluarkan air pori (kompaksi). Kemudian, mineral terlarut dalam air tanah akan mengkristal di ruang antarbutir, bertindak sebagai 'lem' yang mengikat klast menjadi batuan padat, seperti batu pasir atau konglomerat.

Klasifikasi Utama Sedimen Klastik

Klasifikasi sedimen klastik didasarkan pada dua parameter utama: ukuran butir (diameter klast) dan tingkat pembundaran butir.

Berdasarkan Ukuran Butir

Skala Wentworth adalah standar yang digunakan untuk mengelompokkan ukuran butir sedimen klastik:

Berdasarkan Tingkat Pembundaran

Tingkat pembundaran mengindikasikan seberapa jauh klast telah ditransportasi:

  1. Sangat Sudut (Angular): Klast yang baru saja terlepas atau hanya sedikit terangkut. Contoh: Breksi.
  2. Agak Membundar (Sub-angular): Transportasi jarak pendek hingga sedang.
  3. Membundar (Rounded): Klast yang mengalami transportasi jarak jauh dan abrasi yang intensif. Contoh: Batupasir kuarsa yang sangat matang.

Pemahaman terhadap jenis sedimen klastik ini sangat penting dalam eksplorasi sumber daya alam, seperti hidrokarbon dan air tanah, karena porositas dan permeabilitas batuan sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dan bagaimana butiran-butiran tersebut tersusun.

🏠 Homepage