Perasaan yang tertinggal setelah sebuah hubungan berakhir seringkali menjadi sebuah misteri. Terkadang, meski perpisahan telah terjadi, jejak cinta itu masih membekas, menghuni relung hati yang terdalam. Bagi sebagian orang, mantan kekasih bukan hanya sekadar masa lalu, melainkan sosok yang pernah begitu berarti, yang pesona dan kehadirannya masih terasa hingga kini. Merangkai kata dalam sebuah puisi untuk mereka yang masih dicintai, adalah cara untuk mengakui kehadiran mereka dalam perjalanan hidup, tanpa harus memaksakan sebuah kembali yang mungkin tak lagi memungkinkan.
Puisi semacam ini bukanlah tentang penyesalan atau permohonan untuk kembali. Lebih dari itu, ia adalah sebuah pengakuan yang tulus, sebuah penghormatan terhadap memori yang terukir, dan penerimaan terhadap realitas yang ada. Ia adalah melodi bisu yang mengalun di hati, sebuah pengingat bahwa cinta yang pernah ada, meski telah berubah bentuk, tidak akan pernah benar-benar padam.
Di lorong waktu yang kian usang, Bayangmu masih saja melayang. Senyummu, tawamu, dan tatapan mata, Terukir abadi dalam jendela cerita.
Kita pernah berbagi mimpi, Bersama merajut hari demi hari. Kini jalan kita telah berbeda, Namun jejakmu di hati tak pernah sirna.
Bukan rindu yang mendesak ingin kembali, Bukan pula dendam yang menyertai. Hanya sebuah pengakuan, rasa yang tersisa, Betapa berartinya dirimu dalam makna.
Setiap sudut kota ini, Selalu menyimpan jejakmu di sini. Tempat kita tertawa, bercanda, dan merindu, Kini hanya menjadi saksi bisu.
Mungkin takdir berkata lain, Kita harus melangkah terpisah jalan. Namun kenangan manis takkan terganti, Bagai melodi indah yang tak henti.
Aku belajar untuk tersenyum, Menerima kenyataan yang diam-diam menghimpun. Terima kasih untuk semua yang pernah kau beri, Untuk cinta yang pernah mengisi hari.
Biarlah rasa ini tersimpan rapi, Dalam palung hati yang terdalam di tepi. Kau tetaplah bagian dari cerita hidupku, Seorang mantan yang masih kucintai dalam syahdu.
Kau adalah babak indah dalam lembaranku, Yang takkan pernah terhapus oleh waktu. Meski kini kita tak lagi bersama, Cintaku padamu tetap ada, dalam doa dan asa.
Menyatakan perasaan ini melalui sebuah puisi adalah sebuah bentuk kebebasan ekspresi yang sehat. Ini memungkinkan seseorang untuk memproses emosi yang kompleks, menemukan kedamaian, dan melangkah maju dengan hati yang lebih lapang. Puisi untuk mantan kekasih yang masih dicintai adalah pengingat bahwa cinta bisa hadir dalam berbagai bentuk, dan bahwa beberapa hubungan meninggalkan jejak yang begitu dalam sehingga takkan pernah benar-benar pudar, melainkan bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dewasa dan penuh pengertian.
Puisi ini ditulis sebagai bentuk pelepasan dan pengakuan. Tanpa keinginan untuk mengganggu atau mengubah takdir, melainkan sekadar mengungkapkan apa yang masih berdenyut dalam sanubari. Sebuah pengakuan bahwa meski jalan hidup telah memisahkan, hati masih menyimpan ruang untuk kenangan, untuk apresiasi, dan untuk sebuah cinta yang telah bertransformasi menjadi penghormatan.