Syair Muda: Bakti untuk Orang Tua Tercinta

Di usia muda, semangat membara, cita-cita terbentang luas. Namun, di tengah riuhnya impian dan langkah yang mulai terentang, seringkali kita lupa akan akar yang menopang, sosok yang tanpa lelah memberikan segalanya. Mereka adalah orang tua kita, pelabuhan pertama, guru terhebat, dan sumber cinta tanpa syarat. Berbakti kepada orang tua bukanlah sekadar kewajiban, melainkan sebuah ungkapan rasa syukur yang mendalam, sebuah melodi indah yang harus terus kita lantunkan dalam setiap helaan napas.

Zaman boleh berganti, teknologi kian canggih, dan dunia menawarkan sejuta pesona. Namun, nilai-nilai luhur seperti kasih sayang dan penghormatan kepada orang tua tetaplah abadi. Sebuah syair yang lahir dari hati anak muda adalah pengakuan atas kebesaran pengorbanan mereka. Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap pencapaian, ada doa-doa yang tak putus, ada cinta yang tak pernah padam, dan ada perjuangan yang tak terhitung jumlahnya dari ayah dan ibu.

Wahai diri, jangan terbuai dunia,

Lupakan sejenak riuh rendahnya.

Ingatlah wajah dua insan mulia,

Yang merawatmu penuh setia.

Ayah, dengan punggung kokoh menopang, bekerja keras demi sesuap nasi. Beliau adalah benteng pertahanan, tempat kita berlindung dari segala bahaya. Setiap peluh yang menetes adalah investasi cinta untuk masa depan anaknya. Ibu, dengan dekapan hangat dan senyum teduh, merajut hari-hari dengan kesabaran. Beliau adalah perawat terbaik, pendengar setia, dan sumber kekuatan yang tak pernah habis. Tangisnya saat kita sakit, bahaknya saat kita bahagia, semuanya terekam dalam pita memori kehidupan kita.

Generasi muda saat ini memiliki banyak kesempatan untuk bersinar, meraih mimpi setinggi langit. Namun, kesuksesan sejati bukanlah hanya tentang pencapaian pribadi, melainkan juga tentang bagaimana kita mampu mengangkat derajat orang tua kita. Berbakti bukan berarti harus selalu dengan materi, tetapi bisa dengan tindakan nyata, perhatian tulus, dan ucapan yang lembut. Mendengarkan keluh kesah mereka, menemani di kala senja, menghibur di saat duka, dan berbagi kebahagiaan adalah bentuk bakti yang tak ternilai harganya.

Belum terbayar jasa tak terhingga,

Tangan kasar ayah berpeluh raga.

Peluk lembut ibu takkan sirna,

Dalam doa kami kan selalu ada.

Seringkali kita terjebak dalam kesibukan diri, tenggelam dalam urusan duniawi, hingga lupa untuk sekadar menelepon, bertanya kabar, atau menjenguk mereka. Padahal, senyum mereka adalah obat paling mujarab, doa mereka adalah pengawal terhebat. Di saat kita merasa lemah, di saat dunia terasa berat, hanya merekalah yang selalu ada, tanpa syarat, tanpa pamrih. Kehadiran mereka adalah anugerah yang harus kita jaga dan syukuri setiap saat.

Mari, wahai kawan seperjuangan, renungkan kembali hakikat bakti ini. Jangan tunggu hingga mereka tiada baru kita meratap dan menyesal. Kesempatan untuk berbakti adalah saat ini, saat mereka masih hadir di sisi kita. Jadikan setiap momen berharga, jadikan setiap tindakan nyata. Tunjukkan bahwa kita adalah anak-anak yang berbakti, yang tahu membalas budi, yang menghargai setiap tetes air mata dan peluh yang telah dicurahkan untuk kebahagiaan kita.

Bukan sekadar kata, namun laku nyata,

Senyum mereka adalah dunia kita.

Beri mereka bangga, beri mereka bahagia,

Dalam ridha mereka, jaya sentosa.

Ingatlah, waktu terus berjalan, dan usia mereka pun bertambah. Setiap detik yang kita luangkan untuk mereka adalah investasi kebaikan yang akan kembali berlipat ganda, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Keberkahan hidup seringkali datang dari keridhaan orang tua. Mari, kita songsong masa depan dengan hati yang penuh syukur, langkah yang mantap, dan cinta yang tak pernah lekang, semata-mata untuk membahagiakan mereka yang telah membesarkan kita.

Syair ini adalah seruan bagi setiap anak muda untuk menengok kembali kewajiban sucinya. Mari kita jadikan kasih sayang dan pengabdian kepada orang tua sebagai kompas dalam setiap langkah kita. Karena di sanalah letak keberkahan yang sesungguhnya, di sanalah kebahagiaan hakiki akan kita temui.

Duhai orang tua, pujaanku abadi,

Demi baktiku, kucipta janji.

Di surga nanti, kan kupeluk lagi,

Bersama ridhamu, tiada henti.

Sebuah renungan dari hati yang peduli.
🏠 Homepage