Di antara ribuan jenis batu mulia yang menghiasi bumi, batu akik Satam menempati posisi unik. Dikenal juga sebagai Tektite atau Obsidian Indonesia, batu ini memiliki sejarah yang sangat purba dan diperkirakan berasal dari luar angkasa. Fenomena terbentuknya batu akik Satam inilah yang membuatnya menjadi primadona di kalangan kolektor dan penghobi batu permata di Nusantara.
Nama "Satam" sendiri dipercaya berasal dari bahasa lokal di Bangka Belitung, daerah utama penemuan batu ini. Secara geologis, batu akik Satam diklasifikasikan sebagai tektite, yaitu pecahan batuan alami yang terbentuk akibat hantaman meteorit berkecepatan sangat tinggi ke permukaan bumi. Energi tumbukan tersebut menghasilkan panas ekstrem yang melelehkan batuan permukaan, kemudian menyembur ke atmosfer dan mendingin dengan cepat membentuk struktur seperti kaca hitam yang khas.
Keunikan utamanya adalah bentuknya yang seringkali menyerupai lempengan cekung atau cembung dengan tekstur seperti guratan-guratan halus atau tonjolan-tonjolan kecil yang tampak seperti relief. Di banyak kebudayaan, fenomena luar biasa ini dikaitkan dengan kekuatan kosmik, menjadikannya bukan sekadar batu hias, tetapi juga pembawa energi spiritual.
Ilustrasi visual batu akik Satam yang gelap dan bertekstur.
Batu akik Satam asli umumnya berwarna hitam pekat atau abu-abu gelap. Ciri khas yang paling membedakannya dari batu obsidian biasa adalah adanya bentuk "rambut" atau guratan-guratan alami di permukaannya. Guratan ini terbentuk akibat proses pendinginan yang tidak merata saat materi batu tersebut terlempar ke atmosfer bumi. Secara kekerasan, batu ini cenderung cukup keras namun rapuh, sehingga memerlukan penanganan hati-hati saat diasah menjadi perhiasan.
Dalam dunia batu mulia, kualitas Satam seringkali dinilai dari keaslian bentuk alaminya (belum banyak dibentuk) dan kejernihan guratan yang ada. Batu yang masih memiliki bentuk asli seperti piringan atau tetesan sempurna sangat dihargai. Proses pengasahan untuk dijadikan mata cincin biasanya dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak "sidik jari" kosmik pada permukaannya.
Tidak mengherankan jika batu yang berasal dari luar angkasa ini diselimuti berbagai mitos dan kepercayaan mistis. Di kalangan masyarakat tradisional, batu akik Satam dipercaya memiliki energi pelindung yang sangat kuat. Banyak yang meyakini bahwa batu ini berfungsi sebagai benteng gaib yang dapat menangkal energi negatif, sihir, atau serangan buruk dari makhluk halus.
Selain fungsi proteksi, batu Satam juga dipercaya dapat meningkatkan kewibawaan pemakainya. Ada pula kepercayaan bahwa batu ini dapat membantu pemiliknya mendapatkan inspirasi dan pencerahan, mengingat asal usulnya yang "diutus" dari langit. Kepercayaan ini membuat nilai jual batu akik Satam tidak hanya didasarkan pada berat atau ukuran, tetapi juga pada potensi "kekuatan" yang melekat di dalamnya.
Meskipun penemuan besar batu akik Satam terkonsentrasi di wilayah Bangka, tersebar juga di beberapa daerah lain di Indonesia. Permintaan yang tinggi, baik dari pasar domestik maupun kolektor internasional, telah mendorong aktivitas eksplorasi yang lebih intensif. Namun, karena statusnya sebagai tektite yang jumlahnya terbatas—sebuah fenomena yang terjadi hanya sekali dalam rentang waktu geologis tertentu—ketersediaan batu akik Satam asli semakin berkurang.
Para ahli gemologi terus mempelajari batu ini untuk memahami lebih dalam mengenai komposisi kimianya yang berbeda dari batuan vulkanik biasa. Bagi para penggemar batu akik, memiliki sepotong batu akik Satam bukan hanya sekadar memiliki perhiasan yang indah dan langka, tetapi juga memiliki artefak sejarah alam semesta yang menceritakan kisah perjalanan jutaan tahun dari luar angkasa hingga ke tangan mereka.