Tahun 1628 menandai salah satu episode paling krusial dalam sejarah Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Periode ini tidak hanya menampilkan kebesaran sang raja dalam mengatur kerajaan, tetapi juga keberanian luar biasa dalam menghadapi ancaman eksternal, terutama dari kekuatan kolonial VOC Belanda. Sultan Agung, yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645, adalah figur legendaris yang meninggalkan jejak mendalam dalam pembentukan identitas kebangsaan Indonesia. Keputusannya dan strateginya pada tahun 1628 menjadi bukti nyata visi dan kekuatan Mataram sebagai entitas politik yang dominan di Jawa pada masa itu.
Pada awal abad ke-17, lanskap politik Jawa sangat kompleks. Mataram telah memantapkan dirinya sebagai kerajaan terkuat, tetapi kehadiran kongsi dagang Belanda, VOC, mulai menimbulkan gesekan. VOC tidak hanya mencari keuntungan dagang, tetapi juga memiliki ambisi untuk menguasai wilayah. Di Batavia, markas VOC, mereka secara perlahan memperluas pengaruhnya, seringkali dengan cara yang dianggap merugikan kerajaan-kerajaan lokal, termasuk Mataram. Ketegangan ini memuncak ketika VOC mulai memberlakukan monopoli dagang dan membatasi pergerakan pedagang Mataram.
Tahun 1628 menjadi saksi bisu persiapan Mataram untuk melakukan serangan besar-besaran ke Batavia. Motivasi di balik serangan ini bukan hanya sekadar balasan atas tindakan VOC, tetapi juga merupakan bagian dari strategi Sultan Agung untuk mengamankan kedaulatan Mataram dan menghalangi ekspansi VOC lebih lanjut di Nusantara. Sultan Agung melihat VOC sebagai ancaman fundamental terhadap stabilitas dan kemerdekaan kerajaannya. Ia memahami bahwa jika dibiarkan, VOC akan semakin kuat dan akhirnya mendominasi seluruh Jawa.
Persiapan serangan ini melibatkan mobilisasi sumber daya yang sangat besar. Ribuan prajurit dikumpulkan dari berbagai penjuru Mataram, dilengkapi dengan persenjataan dan perbekalan. Kapal-kapal dibangun dan diperbaiki, menunjukkan kemahiran maritim Mataram saat itu. Sultan Agung sendiri memimpin langsung upaya persiapan ini, menunjukkan komitmennya yang kuat. Ia dikenal sebagai seorang strategis yang brilian, memahami pentingnya logistik, persenjataan, dan strategi tempur yang matang. Pasukan Mataram yang berangkat menuju Batavia bukanlah pasukan sembarangan, melainkan tentara terlatih yang dipersiapkan dengan matang.
Serangan ke Batavia pada tahun 1628, meskipun tidak berhasil mencapai tujuan akhir untuk merebut kota tersebut, memberikan pelajaran berharga bagi kedua belah pihak. Pasukan Mataram menunjukkan keberanian dan taktik yang mengagumkan. Mereka berhasil mengepung Batavia dan melancarkan serangan bertubi-tubi, membuat VOC terdesak. Namun, VOC memiliki keunggulan dalam hal teknologi persenjataan, terutama meriam yang lebih modern dan kemampuan bertahan di benteng yang kokoh. Selain itu, masalah logistik dan penyakit yang melanda pasukan Mataram di daerah asing juga menjadi faktor penghambat keberhasilan.
Meskipun demikian, serangan tahun 1628 bukanlah sebuah kegagalan total. Dampaknya terhadap VOC sangat signifikan. Mereka menyadari bahwa Mataram di bawah Sultan Agung adalah kekuatan yang sangat tangguh dan tidak bisa diremehkan. Peristiwa ini juga menjadi salah satu titik balik dalam hubungan antara Mataram dan VOC. Sultan Agung, dengan kepemimpinannya yang visioner, tidak pernah berhenti berjuang untuk kedaulatan Mataram. Ia terus melakukan berbagai upaya, termasuk diplomasi dan persiapan kekuatan militer, untuk menghadapi ancaman VOC.
Lebih dari sekadar peristiwa militer, kisah Sultan Agung dan perlawanan Mataram di tahun 1628 mencerminkan semangat perlawanan terhadap penjajahan yang tumbuh subur di kalangan penguasa Nusantara. Sultan Agung tidak hanya dipandang sebagai raja, tetapi juga sebagai simbol perlawanan dan kebanggaan. Ia adalah seorang pemimpin yang mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat Mataram untuk menghadapi musuh bersama. Warisannya bukan hanya dalam bentuk kekuasaan politik, tetapi juga dalam nilai-nilai kepemimpinan, keberanian, dan semangat untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pelajaran dari tahun 1628 terus bergema dalam sejarah Indonesia. Ini mengingatkan kita akan perjuangan gigih para leluhur dalam mempertahankan tanah air dari kekuatan asing. Sultan Agung Mataram, dengan segala kebijaksanaan dan keberaniannya, tetap menjadi inspirasi bagi generasi sekarang, khususnya dalam memahami akar sejarah perlawanan dan perjuangan bangsa Indonesia.