Dalam ajaran Islam, fenomena alam yang luar biasa seperti gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf) dianggap sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Ketika terjadi gerhana, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah khusus sebagai wujud ketaatan, mengingat Allah, dan memohon rahmat-Nya. Shalat sunnah gerhana bulan (khusuf) memiliki tata cara tersendiri yang membedakannya dari shalat sunnah biasa.
Ilustrasi Gerhana Bulan
Kapan Shalat Khusuf Dilakukan?
Shalat gerhana bulan (khusuf) dilaksanakan tepat ketika fenomena gerhana bulan terjadi. Waktunya dimulai sejak gerhana mulai tampak dan berakhir ketika gerhana telah usai seluruhnya. Tidak ada anjuran untuk mengqadha' (mengganti) shalat ini jika terlewatkan, karena sifatnya yang terikat waktu spesifik dengan peristiwa alam tersebut.
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Gerhana Bulan
Shalat sunnah gerhana bulan ini dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri (munfarid) maupun berjamaah. Namun, yang lebih utama dan dicontohkan Rasulullah SAW adalah melaksanakannya secara berjamaah di masjid.
1. Niat
Niat dilakukan di hati saat memulai shalat. Lafaz niatnya adalah: "Saya berniat shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah Ta'ala, makmum/imam (pilih salah satu)."
2. Jumlah Rakaat
Shalat khusuf terdiri dari **dua rakaat** dengan jumlah rukuk yang lebih banyak dari shalat biasa. Dalam setiap rakaat, terdapat **dua kali rukuk**. Totalnya, shalat ini memiliki empat kali rukuk dan empat kali sujud.
3. Pelaksanaan Rakaat Pertama
- Takbiratul Ihram dan membaca doa iftitah.
- Membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan surat yang panjang (disunnahkan membaca surat Al-Baqarah atau surat yang setara panjangnya).
- Rukuk Pertama: Melakukan rukuk dan membaca tasbih seperti biasa.
- I'tidal (berdiri tegak).
- Rukuk Kedua: Kembali rukuk sambil membaca tasbih yang lebih lama atau lebih banyak dari rukuk pertama.
- I'tidal lagi, lalu bangkit untuk sujud.
- Sujud dua kali seperti biasa.
- Bangkit untuk rakaat kedua.
4. Pelaksanaan Rakaat Kedua
Pelaksanaan rakaat kedua mirip dengan rakaat pertama, namun urutannya dibalik setelah berdiri dari sujud terakhir rakaat pertama:
- Berdiri, membaca Al-Fatihah, dan surat yang panjang (disunnahkan surat Ali 'Imran atau surat yang setara).
- Rukuk Pertama.
- I'tidal.
- Rukuk Kedua.
- I'tidal lagi, lalu sujud dua kali.
- Duduk untuk tasyahud akhir, salam.
Anjuran Setelah Shalat
Setelah selesai melaksanakan shalat sunnah gerhana bulan, Rasulullah SAW menganjurkan beberapa amalan lain sebagai pelengkap ibadah saat fenomena tersebut terjadi:
- Memperbanyak Dzikir dan Doa: Waktu gerhana dianggap mustajab (diijabah) untuk berdoa. Umat Islam dianjurkan memohon ampunan, rahmat, dan perlindungan dari azab Allah.
- Meminta Ampunan (Istighfar): Gerhana adalah pengingat akan kebesaran dan potensi murka Allah, sehingga istighfar sangat dianjurkan.
- Sedekah: Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa sedekah di saat gerhana sangat dianjurkan.
- Khutbah (Jika Berjamaah): Jika dilaksanakan berjamaah, imam dianjurkan menyampaikan khutbah singkat setelah shalat, mengingatkan jamaah akan kekuasaan Allah dan urgensi taubat.
Hikmah di Balik Shalat Gerhana
Pelaksanaan shalat sunnah gerhana bulan bukan sekadar ritual kosong. Terdapat hikmah mendalam di baliknya. Pertama, ini adalah bentuk penegasan tauhid, meyakini bahwa gerhana adalah ciptaan Allah, bukan pertanda kesialan atau kelahiran/kematian orang besar, sebagaimana kepercayaan di masa jahiliyah. Kedua, ini adalah sarana untuk meningkatkan ketakwaan (taqwa) dan rasa takut (khauf) kepada pencipta alam semesta. Ketika alam semesta menunjukkan keajaiban, seorang mukmin seharusnya semakin mendekat kepada Rabb-nya, bukan malah takut buta atau lalai. Semua peristiwa kosmik adalah pengingat bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk perjalanan matahari dan bulan.