Tak Ditinggalkan

Ilustrasi visualisasi janji ketetapan ilahi.

Janji Kekal dalam QS. 93 Ayat 3: Tuhan Tak Akan Pernah Meninggalkanmu

Surat Ad-Duha, atau yang dikenal sebagai Surat ke-93 dalam Al-Qur'an, adalah surat yang turun di masa-masa sulit Nabi Muhammad SAW mengalami jeda wahyu. Di tengah kegelisahan dan rasa khawatir beliau karena jeda tersebut, Allah SWT menurunkan surat ini sebagai penegasan, penghiburan, dan janji yang kokoh. Salah satu ayat kunci yang membawa ketenangan luar biasa adalah ayat ketiga:

وَمَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu. (QS. 93:3)

Konteks Turunnya Ayat: Penjelasan Mengenai "Wada’aka" dan "Qala"

Untuk memahami kedalaman ayat ini, kita perlu melihat konteks historisnya. Ketika wahyu dari Jibril berhenti selama beberapa waktu, orang-orang musyrik Makkah mulai mengejek Nabi Muhammad SAW, mengatakan bahwa Tuhannya telah meninggalkan dan membenci beliau. Keraguan dan kesedihan ini pastilah berat bagi seorang Rasul.

Ayat 3 ini hadir sebagai bantahan tegas atas ejekan tersebut. Kata "وَمَا وَدَّعَكَ" (Wama wadda'aka) secara harfiah berarti "Tuhanmu tidak meninggalkanmu." Kata wada’a di sini bermakna meninggalkan secara total, memutus hubungan, atau menelantarkan. Allah SWT menegaskan bahwa hubungan-Nya dengan Nabi-Nya tidak pernah terputus. Meskipun ada jeda dalam turunnya wahyu, itu adalah bagian dari hikmah dan pengaturan ilahi, bukan karena Allah telah berpaling.

Selanjutnya, frasa "وَمَا قَلَى" (wama qala) menegaskan bahwa Tuhan juga tidak membenci beliau. Kata qala (atau qalaa) bermakna membenci atau memutuskan hubungan karena kemarahan. Penegasan ganda ini sangat penting; bukan hanya secara tindakan (meninggalkan) tetapi juga secara perasaan (membenci) telah dinafikan oleh Allah SWT. Ini menunjukkan kasih sayang dan pemeliharaan Allah yang absolut terhadap Nabi Muhammad SAW, bahkan ketika beliau merasa sedih atau dikucilkan.

Implikasi QS. 93 Ayat 3 Bagi Umat Islam

Meskipun ayat ini awalnya ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, maknanya meresap ke dalam kehidupan setiap mukmin. Ayat ini adalah fondasi ketenangan bagi siapa pun yang sedang menghadapi kesulitan, kesendirian, atau merasa ditinggalkan.

1. Kepastian Dukungan Ilahi

Bagi seorang Muslim, ayat ini adalah pengingat abadi bahwa selama kita taat dan berusaha di jalan Allah, kita tidak pernah benar-benar sendirian. Kesulitan hidup, kegagalan, atau rasa terasing mungkin terasa nyata, namun di balik semua itu, janji Allah tidak pernah batal. Jika Allah tidak meninggalkan Nabi-Nya yang mulia, maka Dia pasti akan menjaga hamba-Nya yang berusaha mendekat kepada-Nya.

2. Mengatasi Rasa Putus Asa

Banyak orang merasa putus asa ketika doa mereka seolah tidak dijawab dalam waktu cepat, atau ketika musibah datang bertubi-tubi. Perasaan ini seringkali menumbuhkan prasangka bahwa Allah telah berpaling. QS. 93:3 mematahkan prasangka tersebut. Jeda dalam jawaban bukanlah penolakan; jeda tersebut mungkin adalah persiapan untuk pemberian yang lebih besar, sebagaimana dijelaskan di ayat-ayat selanjutnya dalam Surat Ad-Duha.

3. Pentingnya Kesabaran (Shabr)

Ayat ini mendorong kesabaran tingkat tinggi. Ketika kita diuji, kita diminta untuk menahan diri dari keputusasaan dan tetap berpegang teguh pada iman. Mengingat bahwa Allah tidak meninggalkan kita memungkinkan kita untuk bersabar dalam menghadapi ujian, karena kita tahu ada tujuan akhir yang penuh rahmat di baliknya.

Keterkaitan dengan Ayat Selanjutnya

Ketegasan di ayat ketiga ini segera diikuti oleh janji penghiburan yang luar biasa di ayat keempat: "Dan sungguh, akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan." (QS. 93:4). Ayat 3 berfungsi sebagai jangkar penahan badai; ia memastikan bahwa meskipun situasi saat ini terasa buruk, fondasi hubungan dengan Tuhan tetap utuh dan kuat. Setelah fondasi keyakinan ini kokoh, barulah janji akan hasil akhir yang lebih baik dapat diterima sepenuhnya.

Dengan demikian, QS. 93 ayat 3 bukan sekadar kisah masa lalu Nabi, melainkan sebuah doktrin ketenangan yang relevan sepanjang zaman. Ia adalah deklarasi universal bahwa di tengah kegelapan apa pun yang menyelimuti kehidupan, cahaya pemeliharaan dan kasih sayang Tuhan tidak pernah padam. Tugas kita hanyalah menjaga hati agar tetap terbuka menerima sinyal-sinyal kasih sayang-Nya yang tak terucapkan.

🏠 Homepage