Cahaya kasih ilahi menuntun langkah
Di setiap hembus napas yang terhela,
Ada Jejak Ilahi, tak pernah lupa.
Dari setetes air hingga luas samudra,
Semua terbentang, penuh karya.
Ya Allah, Engkau pemelihara sejati,
Dalam setiap detik, Engkau menemani.
Kehidupan adalah anugerah terindah yang kita miliki. Setiap pagi saat mata terbuka, setiap embusan udara yang mengisi paru-paru, adalah bukti nyata dari pemeliharaan Allah SWT. Seringkali dalam kesibukan dunia, kita lupa untuk merenungi kebesaran-Nya, lupa untuk menghargai setiap momen yang diberikan. Namun, kebaikan-Nya senantiasa mengalir, tak pernah putus, tak pernah berkurang.
Puisi ini hadir sebagai pengingat, ajakan untuk membuka hati dan pikiran kita, agar senantiasa menyadari betapa Allah memelihara setiap aspek dalam hidup kita. Dari hal terkecil hingga yang terbesar, semuanya berada dalam genggaman dan pengaturan-Nya yang Maha Sempurna.
Saat badai menerpa, tak pernah sendiri,
Engkau beri kekuatan, penawar pedih.
Saat ragu menghampiri, Engkau beri petunjuk,
Terang di kegelapan, penunjuk arah yang jitu.
Dari perut ibu hingga luas dunia,
Kasih-Mu terjaga, sepanjang masa.
Bukan hanya dalam kesenangan dan kemudahan, pemeliharaan Allah juga terasa kuat saat kita menghadapi cobaan dan kesulitan. Ketika dunia terasa runtuh, ketika harapan mulai menipis, justru di sanalah kekuatan iman kita diuji. Allah tidak pernah membebani hamba-Nya melampaui batas kemampuannya. Setiap kesulitan yang datang, adalah pelajaran, adalah tangga untuk kita naik menuju keridhaan-Nya. Dalam setiap ujian, tersimpan hikmah dan kasih sayang yang mungkin belum bisa kita pahami saat itu.
Memelihara hidup bukan hanya berarti memberikan rezeki dan kesehatan, tetapi juga memberikan ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan untuk menghadapi segala ketetapan-Nya. Ini adalah bentuk pemeliharaan yang mendalam, yang membentuk karakter dan mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta.
Rezeki yang datang, dari arah tak terduga,
Kesehatan yang terjalin, walau luka ada.
Senyum tulus keluarga, pelukan sahabat,
Semua titipan-Mu, takkan tersesat.
Ya Allah, Engkau sumber segala daya,
Dalam pelukan-Mu, tenanglah jiwa.
Memahami bahwa hidup kita senantiasa dalam pemeliharaan Allah adalah kunci untuk senantiasa bersyukur. Syukur bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga dirasakan dalam hati dan diwujudkan dalam tindakan. Mensyukuri kesehatan berarti menjaganya dengan baik. Mensyukuri rezeki berarti memanfaatkannya untuk kebaikan dan berbagi dengan sesama. Mensyukuri nikmat iman berarti menguatkannya dengan ilmu dan amal.
Puisi ini mengingatkan kita untuk tidak pernah berhenti bersyukur. Setiap nafas adalah kesempatan baru untuk berbakti, setiap detik adalah momen berharga untuk merenungi kebesaran-Nya. Dengan senantiasa menyadari bahwa Allah adalah Sang Pemelihara hidup, hati kita akan dipenuhi kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan yang hakiki.
Di setiap jalan yang terbentang di hadapan,
Ada cahaya-Mu yang membimbing, tak pernah padam.
Engkau ajarkan kesabaran, keikhlasan, dan cinta,
Agar kami bisa menggapai ridha-Mu semata.
Allahku, Pelindungku, Maha Pengasih,
Engkau memelihara hidupku, tanpa tersisih.
Pada akhirnya, puisi ini adalah untaian doa dan pengakuan. Pengakuan bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan senantiasa membutuhkan pertolongan dan pemeliharaan dari Sang Pencipta. Allah SWT adalah sumber segala kehidupan, Ia yang menghidupkan, mematikan, dan mengatur segala urusan hamba-Nya. Keyakinan ini akan menumbuhkan rasa aman, tentram, dan optimisme dalam diri, sekalipun badai kehidupan menerpa.
Teruslah merenungi kebesaran-Nya, teruslah mengalunkan syukur dalam setiap langkah. Karena dalam setiap helaan nafas, dalam setiap denyut nadi, tertulis jelas ayat cinta-Nya: Allah memelihara hidupku, kini dan selamanya.