Simbol Kelelahan dan Tekanan
Beban di pundak kian terasa berat, Langkah kaki tertatih, tak lagi sigap. Mata memandang jauh, mencari tempat, Untuk berlabuh sejenak, lepas dari jerat. Keadaan memaksa, tak memberi jeda, Ingin berteriak, namun suara tertahan di dada.
Senyum terukir, menutupi luka, Kisah perjuangan tak berujung sapa. Setiap pagi datang, energi terkuras, Menyikapi kenyataan, yang terus memeras. Ingin bersandar, namun tak ada bahu, Menanggung sendiri, semua pilu.
Setiap hari serupa, tanpa banyak beda, Rutinitas menggilas, menghapus semua cita. Terjebak dalam lingkaran, yang tak kunjung usai, Usaha keras terasa sia-sia, tak ada hasil yang tergapai. Dahaga akan perubahan, kering kerontang, Dalam riuh rendah kehidupan, diri terbuang.
Kata-kata motivasi terdengar hampa, Saat jiwa merintih, merindu damai tanpa apa-apa. Melihat sekeliling, semua terlihat baik-baik saja, Namun di dalam hati, badai tak kunjung mereda. Keletihan ini bukan hanya fisik semata, Namun meresap ke tulang, merenggut segala rasa.
Malam datang, menawarkan keheningan sesaat, Namun pikiran berkelana, tak terhindar dari ingat. Tentang semua yang belum terwujud, dan yang telah hilang, Tentang rasa lelah yang membuat jiwa meralang. Ingin berlari, namun kaki enggan melangkah, Ingin tertidur, namun mata enggan terpejam pasrah.
Namun di relung terdalam, secercah api masih menyala, Harapan kecil yang berbisik, "Jangan menyerah, janganlah berputus asa." Mungkin esok hari, ada cerita yang berbeda, Mungkin mentari pagi kan menyinari dengan lebih ceria. Untuk saat ini, biarkan lelah ini mengalir, Menjadi pengingat, bahwa ada kekuatan yang terus hadir.
Puisi ini adalah jeritan hati yang terbungkam, Tentang rasa capek yang mendalam, tak terperam. Tentang keinginan untuk sedikit bernapas, Di tengah badai kehidupan yang tak kunjung terlepas. Semoga lelah ini menemukan titik terang, Dan harapan baru tumbuh, tanpa terhalang.