Representasi visual: Batubara mentah diubah menjadi Kokas melalui proses pemanasan.
Dalam dunia industri metalurgi dan energi, istilah batubara dan kokas seringkali muncul bersamaan. Meskipun keduanya berasal dari sumber material yang sama, proses pengolahannya menghasilkan produk yang memiliki karakteristik dan fungsi yang sangat berbeda. Memahami perbedaan kokas dan batubara adalah kunci untuk mengapresiasi peran masing-masing dalam rantai produksi, terutama dalam peleburan besi.
Batubara adalah bahan bakar fosil padat yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang terkubur, mengalami pemanasan dan tekanan selama jutaan tahun. Secara umum, batubara diklasifikasikan berdasarkan tingkat karbonnya, mulai dari lignit, sub-bituminus, bituminus, hingga antrasit (yang paling murni). Batubara mentah mengandung banyak pengotor, termasuk kadar abu (mineral) dan senyawa volatil (zat mudah menguap) seperti tar, sulfur, dan hidrogen.
Karena kandungan volatil yang tinggi, ketika batubara dipanaskan secara langsung, ia akan mengeluarkan asap tebal dan menghasilkan abu yang signifikan. Sifatnya yang mudah menghasilkan asap dan memiliki kekuatan mekanis yang bervariasi membuatnya kurang ideal untuk aplikasi industri berat yang memerlukan suhu sangat tinggi dan gas yang bersih.
Kokas bukanlah batubara mentah, melainkan produk hasil pirolisis atau karbonisasi batubara jenis bituminus. Proses ini melibatkan pemanasan batubara dalam lingkungan tertutup (tanpa oksigen) pada suhu yang sangat tinggi, biasanya antara 1000°C hingga 1200°C. Pemanasan ekstrem ini bertujuan menghilangkan hampir semua senyawa volatil yang terkandung dalam batubara, termasuk air, gas, dan zat tar.
Hasil akhirnya adalah material yang hampir seluruhnya terdiri dari karbon murni (atau setidaknya kadar karbon yang sangat tinggi) dan memiliki struktur yang sangat keras serta berpori. Karena volatilitasnya telah dihilangkan, kokas terbakar jauh lebih bersih (menghasilkan sedikit asap) dan menghasilkan panas yang jauh lebih intens dibandingkan batubara aslinya.
Berikut adalah rangkuman singkat mengenai perbedaan kokas dan batubara berdasarkan karakteristik utamanya:
| Aspek | Batubara (Mentah) | Kokas |
|---|---|---|
| Asal Pembentukan | Proses geologis jutaan tahun. | Produk olahan (pirolisis) batubara. |
| Kandungan Volatil | Tinggi (mengandung zat mudah menguap). | Sangat rendah (hampir nol). |
| Kadar Karbon Tetap | Variatif, umumnya lebih rendah. | Sangat tinggi (sekitar 90% atau lebih). |
| Kekuatan & Kepadatan | Relatif lebih lunak dan kurang padat. | Sangat keras, padat, dan kuat secara struktural. |
| Emisi Asap | Menghasilkan asap tebal saat dibakar. | Hampir tidak menghasilkan asap saat terbakar. |
| Penggunaan Utama | Pembangkit listrik, pemanas industri skala menengah. | Bahan bakar utama dalam tanur tinggi (tungku sembur) untuk produksi besi. |
Perbedaan mendasar ini menjelaskan mengapa industri berat, khususnya pembuatan baja, sangat bergantung pada kokas. Dalam tanur tinggi, kokas berfungsi ganda:
Jika batubara mentah digunakan sebagai pengganti kokas di tanur tinggi, kandungan volatilnya akan menyebabkan keruntuhan struktural di dalam tungku, menghasilkan gas yang tidak terkontrol, dan mengganggu efisiensi reduksi. Oleh karena itu, untuk aplikasi suhu tinggi dan kondisi reduksi terkontrol, kokas adalah material yang tak tergantikan.
Singkatnya, batubara adalah bahan mentah alami, sedangkan kokas adalah turunan yang dimurnikan dan dikonsentrasikan karbonnya melalui pemanasan ekstensif. Walaupun keduanya berkaitan erat, perbedaan komposisi kimia dan fisik inilah yang menentukan aplikasi spesifik mereka dalam industri global.