Bhinneka Tunggal Ika Bersatu dalam Perbedaan

Pantun Bhinneka Tunggal Ika: Empat Bait Penuh Makna

Indonesia, sebuah negara kepulauan yang luas, kaya akan budaya, suku, bahasa, dan agama. Keberagaman inilah yang menjadi kekuatan sekaligus tantangan bagi bangsa ini. Di tengah perbedaan yang begitu rupa, terdapat satu semboyan yang mengikat seluruh rakyat Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan yang diambil dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular ini, berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua".

Pantun, sebagai salah satu bentuk karya sastra tradisional Indonesia, sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, nasihat, bahkan semangat kebangsaan. Melalui untaian kata yang indah dan rima yang khas, pantun mampu menyentuh hati dan pikiran pembacanya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi empat bait pantun yang didedikasikan untuk merayakan semangat Bhinneka Tunggal Ika, sebuah pengingat abadi akan pentingnya persatuan dalam keberagaman.

Jalan-jalan ke pasar Minggu,

Beli buah delima matang.

Mari jaga persatuan bangsa,

Agar Indonesia tetap gemilang.

Bait pertama ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya menjaga persatuan. Dengan gambaran sederhana dari aktivitas sehari-hari, pantun ini mengingatkan bahwa persatuan bukan hanya slogan, melainkan sebuah tindakan nyata yang harus terus dijaga. Keindahan buah delima yang memiliki banyak biji namun tetap satu, bisa menjadi metafora bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam elemen namun tetap satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Burung nuri terbang melayang,

Hinggap di dahan pohon jati.

Walau berbeda adat dan sayang,

Satu tanah air, satu janji.

Bait kedua ini menyoroti aspek perbedaan yang ada di Indonesia. Berbagai adat istiadat, kebiasaan, dan bahkan cara pandang yang mungkin berbeda antar suku bangsa, pada dasarnya tidak mengurangi fakta bahwa kita semua hidup di bawah naungan tanah air yang sama. Kata "sayang" di sini bisa diartikan sebagai rasa kasih, ikatan emosional, atau bahkan tradisi yang melekat pada suatu kelompok. Namun, di akhir bait, terdapat penegasan yang kuat: "Satu tanah air, satu janji". Ini adalah pengingat bahwa meskipun ada perbedaan, komitmen kita terhadap Indonesia tetap sama.

Pergi ke laut memancing ikan,

Dapat ikan pari dan sepat.

Satukan hati, satukan tujuan,

Untuk Indonesia yang lebih hebat.

Pantun ketiga ini lebih menekankan pada aksi kolektif. "Satukan hati, satukan tujuan" adalah seruan untuk bergerak bersama, memiliki visi yang sama, dan bahu-membahu demi kemajuan bangsa. Gambaran memancing ikan yang mendapatkan berbagai jenis ikan dapat diibaratkan dengan keberagaman potensi dan sumber daya yang dimiliki Indonesia. Dengan menyatukan semua elemen tersebut, Indonesia dapat menjadi lebih kuat dan lebih hebat lagi.

Anak kecil bermain layangan,

Terbang tinggi di awan biru.

Bhinneka Tunggal Ika jadi pedoman,

Untuk Indonesia yang maju dan bersatu.

Bait terakhir ini menegaskan kembali peran vital dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Keindahan layangan yang terbang tinggi di langit biru dapat melambangkan cita-cita bangsa Indonesia yang tinggi dan penuh harapan. Dengan menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai prinsip utama, impian Indonesia untuk menjadi negara yang maju dan senantiasa bersatu akan semakin mudah terwujud. Semboyan ini bukan sekadar frasa, melainkan pondasi kokoh yang memungkinkan perbedaan untuk tumbuh subur tanpa merusak keutuhan bangsa.

Keempat bait pantun ini hanyalah sebagian kecil dari kekayaan sastra yang dapat menggambarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Melalui karya-karya seperti ini, kita diingatkan kembali akan arti pentingnya toleransi, saling menghargai, dan persatuan di tengah segala perbedaan. Mari kita terus jaga dan amalkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari, agar Indonesia tetap menjadi bangsa yang kuat, damai, dan sejahtera.

🏠 Homepage