Ketika kita berbicara tentang kota-kota yang memiliki sistem transportasi unik, satu nama yang langsung terlintas adalah Venice, Italia. Kota yang dibangun di atas ratusan pulau kecil di laguna Laut Adriatik ini, secara unik menjadikan gondola bukan sekadar objek wisata, melainkan tulang punggung utama dari sistem transportasinya. Berbeda dengan kota-kota modern yang mengandalkan mobil, bus, atau kereta api, Venice telah lama mengukir identitasnya dengan kendaraan air ramping nan elegan ini.
Sejarah gondola di Venice membentang ribuan tahun. Awalnya, gondola digunakan sebagai alat transportasi utama oleh bangsawan dan warga kaya Venice untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain di antara kanal-kanal yang membelah kota. Desainnya yang ramping dan dangkal memungkinkan gondola untuk bermanuver di kanal-kanal sempit yang menjadi ciri khas Venice. Seiring waktu, dengan perkembangan kota dan munculnya berbagai jenis transportasi lain, peran gondola sedikit bergeser. Namun, karena Venice secara geografis sangat bergantung pada air, gondola tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya, terutama untuk mencapai area-area yang sulit dijangkau oleh transportasi darat atau perahu yang lebih besar.
Meskipun kini turis lebih sering mengasosiasikan gondola dengan perjalanan wisata romantis, kenyataannya gondola masih berfungsi sebagai alat transportasi penting. Bagi penduduk lokal, gondola (terutama yang lebih besar dan fungsional) dapat digunakan untuk mengangkut barang, bahkan terkadang untuk berpindah dari satu pulau ke pulau lain yang berdekatan. Namun, yang paling mencolok adalah peran gondola dalam transportasi publik, meskipun dalam skala yang berbeda dari yang kita kenal. Gondola-gondola umum, yang disebut "traghetti", melintasi Grand Canal di titik-titik di mana jembatan tidak tersedia. Penumpang hanya perlu membayar sedikit biaya untuk menyeberang, berdiri di gondola seperti warga lokal yang sudah terbiasa.
Perjalanan dengan traghetto memang singkat, hanya memakan waktu beberapa menit, tetapi ini memberikan pengalaman autentik tentang bagaimana transportasi air telah membentuk kehidupan di Venice. Dibandingkan dengan kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di kota-kota daratan, pergerakan melalui kanal-kanal Venice terasa lebih tenang dan damai. Pengemudi gondola, yang disebut "gondolier," memiliki keahlian luar biasa dalam menavigasi kanal-kanal yang seringkali sempit dan berliku, menggunakan satu dayung besar untuk menggerakkan dan mengarahkan perahu. Ini adalah keterampilan yang diturunkan dari generasi ke generasi, menjadi bagian dari warisan budaya Venice yang kaya.
Menjadikan gondola sebagai transportasi utama tentu saja memiliki tantangannya sendiri. Infrastruktur kota yang unik ini sangat bergantung pada pemeliharaan kanal dan bangunan yang tahan air. Abrasi air dan volume lalu lintas air yang terus meningkat memerlukan upaya konservasi yang konstan. Selain itu, ada tuntutan ekonomi untuk menjaga tradisi ini tetap hidup. Harga wisata gondola bisa cukup mahal, tetapi penggunaan traghetto menawarkan alternatif yang lebih terjangkau bagi penduduk dan pengunjung yang ingin merasakan nuansa transportasi unik ini tanpa biaya yang besar.
Di era modern yang semakin mengedepankan solusi transportasi ramah lingkungan, gondola, dengan tenaganya yang digerakkan oleh manusia, bisa dibilang merupakan bentuk transportasi yang sangat berkelanjutan. Tanpa emisi karbon dan kebisingan mesin, gondola berkontribusi pada atmosfer kota yang tenang dan udara yang lebih bersih. Ini adalah kontras yang mencolok dengan hiruk pikuk kota-kota yang dipenuhi kendaraan bermotor.
Venice adalah contoh luar biasa dari sebuah kota yang berhasil mengintegrasikan sistem transportasi airnya yang unik ke dalam kehidupan sehari-hari. Gondola, baik dalam bentuk wisata mewah maupun traghetto fungsional, tetap menjadi ikon yang tak tergantikan dan sarana mobilitas penting di kota kanal ini. Keberadaan gondola tidak hanya memfasilitasi pergerakan, tetapi juga membentuk identitas budaya dan estetika Venice, menjadikannya salah satu destinasi paling mempesona di dunia. Studi kasus Venice membuktikan bahwa dengan adaptasi dan penghargaan terhadap sejarah, transportasi dapat menjadi lebih dari sekadar fungsional; ia bisa menjadi seni dan bagian integral dari jiwa sebuah kota.