Representasi visual unsur Nikel (Ni) dalam mineral.
Batu nikel, atau bijih yang mengandung unsur Nikel (Ni), merupakan komoditas mineral strategis yang sangat vital bagi perkembangan industri modern. Meskipun sering kali tidak terlihat secara langsung dalam produk akhir, peranan kegunaan batu nikel sangatlah mendasar, mulai dari meningkatkan kekuatan material hingga menjadi komponen kunci dalam revolusi energi hijau.
Aplikasi terbesar dan paling terkenal dari nikel adalah dalam produksi baja tahan karat (stainless steel). Baja nirkarat bukanlah baja biasa; ia adalah paduan besi yang ditambah setidaknya 10.5% kromium, namun penambahan nikel adalah faktor kunci yang menentukan klasifikasi dan kualitasnya. Penambahan nikel memberikan sifat yang sangat diinginkan, terutama ketahanan korosi yang superior, terutama pada lingkungan yang asam atau lembap.
Dalam struktur austenitik (seri 300, seperti 304 dan 316), nikel bertindak sebagai penstabil fasa austenit. Tanpa nikel, baja tersebut mungkin akan bersifat feritik atau martensitik yang lebih rentan terhadap karat. Oleh karena itu, kegunaan batu nikel dalam sektor konstruksi, peralatan medis, industri makanan, dan arsitektur sangat tak tergantikan karena sifatnya yang higienis dan tahan lama.
Di luar aplikasi struktural, nikel memiliki peran krusial sebagai katalisator dalam berbagai proses kimia industri. Nikel Raney, misalnya, adalah bentuk nikel berpori yang memiliki luas permukaan sangat besar, menjadikannya katalis yang sangat efektif. Katalis berbasis nikel digunakan secara luas dalam proses hidrogenasi, seperti dalam pembuatan lemak nabati (margarin) dari minyak cair.
Selain itu, nikel digunakan dalam produksi bahan kimia seperti deterjen dan dalam pemurnian minyak bumi. Sifatnya yang relatif inert namun mampu memfasilitasi reaksi kimia menjadikannya pilihan ekonomis dan efisien dibandingkan katalis logam mulia lainnya.
Di era transisi energi global, kegunaan batu nikel semakin meluas berkat peranannya dalam teknologi baterai isi ulang. Nikel adalah komponen esensial dalam katoda baterai ion litium (Li-ion), khususnya jenis NMC (Nikel-Mangan-Kobalt) dan NCA (Nikel-Kobalt-Aluminium).
Semakin tinggi kandungan nikel dalam baterai, semakin tinggi kepadatan energi yang bisa disimpan, yang berarti kendaraan listrik (EV) dapat menempuh jarak yang lebih jauh dengan sekali pengisian daya. Indonesia, sebagai salah satu produsen bijih nikel terbesar, berada di garis depan dalam rantai pasok global untuk memenuhi permintaan elektrifikasi dunia ini.
Nikel juga menjadi bahan utama dalam pembuatan superalloy (paduan super) yang dirancang untuk menahan suhu ekstrem dan tekanan tinggi. Paduan ini sering mengandung kromium dan kobalt selain nikel, dan merupakan komponen vital dalam pembuatan bilah turbin mesin jet pesawat terbang serta komponen turbin gas pembangkit listrik.
Dalam dunia elektronik, nikel digunakan sebagai pelapis (plating) untuk memberikan ketahanan korosi dan konduktivitas listrik yang baik pada konektor dan komponen elektronik lainnya. Bahkan, koin di berbagai negara sering kali dilapisi atau terbuat dari paduan yang mengandung nikel untuk meningkatkan daya tahan ausnya.
Dari konstruksi gedung pencakar langit hingga mesin jet dan baterai mobil listrik, kegunaan batu nikel membuktikan bahwa mineral ini adalah tulang punggung inovasi material abad ini. Sifatnya yang multifungsi—menghadirkan kekuatan, ketahanan korosi, dan kapasitas penyimpanan energi—memastikan bahwa permintaan terhadap sumber daya alam ini akan terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi global.