Batuan metamorf adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan di bumi, bersama dengan batuan beku dan sedimen. Kata "metamorf" sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "perubahan bentuk". Perubahan ini terjadi ketika batuan yang sudah ada (baik batuan beku, sedimen, atau bahkan batuan metamorf lain) mengalami perubahan signifikan dalam kondisi fisik dan kimiawi—terutama tekanan dan suhu tinggi—jauh di dalam kerak bumi. Proses ini tidak melibatkan peleburan total, melainkan rekristalisasi mineral yang ada.
Memahami batuan metamorf sangat penting dalam geologi karena mereka menyimpan catatan sejarah tekanan, suhu, dan deformasi tektonik yang dialami suatu wilayah. Batuan metamorf diklasifikasikan berdasarkan tekstur (seperti berfoliasi atau non-foliasi) dan komposisi mineralnya.
Ada banyak sekali jenis batuan metamorf, namun beberapa contoh berikut merupakan yang paling sering ditemukan dan memiliki peran penting dalam memahami proses metamorfisme.
Marmer adalah contoh batuan metamorf non-foliasi yang sangat terkenal. Batuan induk (protolith) dari marmer adalah batu gamping (limestone) atau dolomit. Ketika batu gamping mengalami panas dan tekanan yang cukup tinggi, mineral kalsit di dalamnya akan mengalami rekristalisasi menjadi massa mineral kalsit yang saling mengunci. Hal ini menghasilkan tekstur yang sering kali halus dan indah, membuatnya sangat populer dalam seni pahat dan konstruksi. Warna marmer sangat bervariasi, tergantung pada mineral pengotor yang ada pada batuan asalnya.
Kuarsit terbentuk dari metamorfosis batupasir (sandstone) yang kaya akan kuarsa. Dalam proses metamorfisme, butiran-butiran kuarsa dalam batupasir akan menyatu dan mengkristal ulang menjadi matriks kuarsa yang sangat kuat. Kuarsit umumnya lebih keras dan lebih tahan terhadap pelapukan dibandingkan batupasir asalnya. Batuan ini tidak menunjukkan foliasi karena kuarsa cenderung tidak membentuk orientasi planar saat rekristalisasi, menjadikannya contoh batuan metamorf non-foliasi yang solid dan masif.
Sabak adalah batuan metamorf tingkat rendah yang sering ditemukan di daerah orogeni (pembentukan pegunungan). Sabak berasal dari serpih (shale) atau batuan lumpur (mudstone). Ciri khas sabak adalah foliasi yang sangat halus, yang disebut belahan (cleavage). Belahan ini memungkinkan batuan pecah menjadi lempengan tipis dan rata, ideal untuk pembuatan atap atau lantai. Tingkat metamorfisme yang rendah berarti mineralnya belum banyak berubah dari batuan induknya, namun orientasi mineral lempung sudah sejajar akibat tekanan diferensial yang kuat.
Sekis mewakili tingkat metamorfisme menengah hingga tinggi. Batuan ini dicirikan oleh foliasi yang tebal dan terdefinisi dengan baik, yang disebut skistositas. Pada sekis, mineral-mineral berukuran sedang, seperti mika (biotit atau muskovit), telah tumbuh menjadi kristal yang cukup besar sehingga tampak mengkilap dan tersusun paralel. Sekis seringkali terlihat "berlapis-lapis" dengan pita mineral yang berbeda-beda. Jika batuan induknya adalah serpih, sekis akan menunjukkan peningkatan kristal mineral seperti garnet atau klorit.
Gneis berada pada tingkat metamorfisme yang paling tinggi sebelum batuan tersebut meleleh menjadi batuan beku. Gneis memiliki tekstur foliasi yang khas yang disebut gneissic banding. Tekstur ini ditandai oleh pita-pita mineral yang terpisah secara jelas; biasanya pita terang (kaya kuarsa dan feldspar) berselang-seling dengan pita gelap (kaya biotit atau amfibol). Gneis sering terbentuk di inti pegunungan besar dan mewakili kondisi suhu serta tekanan yang ekstrem.
Penting untuk diingat bahwa setiap batuan metamorf menceritakan kisah tentang proses geologis yang menciptakannya. Batuan dengan foliasi kuat (seperti sabak, sekis, dan gneis) biasanya terbentuk di zona konvergen di mana lempeng tektonik saling bertabrakan, menghasilkan tekanan tumpuan yang sangat besar. Sebaliknya, batuan non-foliasi (seperti marmer dan kuarsit) seringkali terbentuk karena metamorfisme kontak, di mana batuan dipanaskan oleh intrusi magma di sekitarnya tanpa mengalami tekanan diferensial yang signifikan. Dengan mengidentifikasi contoh batuan metamorf ini, ahli geologi dapat merekonstruksi sejarah tektonik suatu kawasan dengan lebih akurat. Totalnya, pemahaman mendalam mengenai batuan metamorf adalah kunci untuk membuka rahasia kerak bumi di masa lalu.