Ilustrasi visual batu breksi dengan fragmen bersudut dalam matriks.
Batu breksi adalah salah satu jenis batuan sedimen klastik yang memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan batuan sedimen lainnya seperti batu pasir atau serpih. Secara fundamental, batu breksi adalah batuan yang tersusun dari fragmen (pecahan) batuan yang ukurannya relatif besar—biasanya lebih besar dari 2 mm—yang tersimentasi atau terikat bersama oleh material pengisi (matriks) yang lebih halus.
Ciri pembeda utama yang mendefinisikan batu breksi adalah bentuk dari fragmen penyusunnya. Berbeda dengan konglomerat yang tersusun dari kerikil atau kerakal yang sudah membulat akibat proses transportasi yang jauh, fragmen dalam batu breksi cenderung memiliki sudut yang tajam dan bersudut (angular). Ketajaman sudut ini mengindikasikan bahwa batuan induk atau fragmen tersebut belum mengalami erosi atau pelapukan yang signifikan selama transportasi, atau jarak transportasinya sangat pendek.
Proses pembentukan batu breksi memerlukan dua komponen utama: fragmen batuan yang keras dan matriks pengisi. Formasi ini biasanya terjadi di lingkungan yang memiliki energi tinggi, namun dengan waktu transportasi yang singkat. Lingkungan energi tinggi diperlukan untuk memecahkan batuan induk, sementara transportasi singkat mempertahankan sudut tajam fragmen tersebut.
Di mana batu breksi adalah ditemukan? Lingkungan geologi yang sering menghasilkan breksi antara lain:
Dalam ilmu geologi, klasifikasi batuan sedimen sangat bergantung pada komposisi dan asal-usulnya. Berdasarkan asalnya, batu breksi adalah dapat dikelompokkan lebih lanjut:
Ini adalah jenis yang paling umum dibahas. Batuan ini terbentuk dari proses sedimentasi di permukaan bumi. Fragmen-fragmennya bisa berasal dari berbagai jenis batuan (misalnya, pecahan granit, sekis, atau batupasir lain) yang kemudian disatukan oleh matriks sedimen seperti lempung, pasir, atau lumpur. Ukuran fragmen dominan dan sudut ketajamannya adalah kunci identifikasi.
Jenis ini terkait erat dengan aktivitas gunung berapi. Batuan ini terdiri dari fragmen batuan beku (atau lava yang pecah) yang berukuran besar dan bersudut, terlepas dari ukuran matriksnya yang seringkali berupa abu vulkanik atau material piroklastik halus. Dalam klasifikasi batuan beku, istilah ini sering merujuk pada material yang tidak terlapukkan atau belum terangkut jauh.
Timbul akibat tekanan dan pergerakan massa batuan di zona sesar atau patahan. Proses ini disebut juga sebagai fault breccia. Batuan yang tadinya masif dihancurkan secara mekanis menjadi fragmen-fragmen bersudut karena gesekan dan pemecahan selama pergerakan lempeng.
Breksi jenis ini terbentuk setelah sedimen terdeposit, tetapi sebelum terjadi pemadatan penuh (litifikasi), atau akibat keruntuhan struktur batuan yang sudah ada. Contohnya adalah breksi yang terbentuk akibat proses pelarutan kimiawi di bawah permukaan (karstifikasi) yang menyebabkan rongga dan keruntuhan.
Seringkali, ada kebingungan antara batu breksi dan konglomerat, karena keduanya adalah batuan sedimen klastik yang tersusun dari fragmen besar. Pembeda utamanya adalah bentuk fragmen:
Jika di tengah-tengah lapangan ditemukan batuan dengan butiran lebih besar dari 2 mm tetapi bentuknya bervariasi antara bersudut dan membulat, batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan subarkose atau batuan transisional, namun secara umum, pemisahan berdasarkan sudut adalah standar utama. Oleh karena itu, pengenalan batu breksi adalah sangat bergantung pada pengamatan tekstur fragmen yang ada di dalamnya.