Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Salat: Panduan Lengkap

Salat adalah tiang agama dan salah satu ibadah terpenting dalam Islam. Setiap gerakan dan bacaan di dalamnya memiliki makna dan ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad ﷺ. Salah satu rukun salat yang wajib dibaca adalah Surat Al-Fatihah. Namun, setelah membaca Al-Fatihah, seorang Muslim dianjurkan untuk membaca surah atau ayat Al-Qur'an lainnya. Bacaan tambahan ini, meskipun hukumnya sunnah, memiliki keutamaan dan hikmah yang sangat besar dalam menyempurnakan salat serta meningkatkan kekhusyukan.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai bacaan setelah Al-Fatihah dalam salat, mulai dari hukumnya, dalil-dalil yang mendasarinya, pilihan surah atau ayat yang bisa dibaca, hingga hikmah di baliknya. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif agar setiap Muslim dapat melaksanakan salat dengan lebih baik, sesuai tuntunan Nabi, dan merasakan manisnya ibadah.

Ilustrasi Al-Quran terbuka

Hukum Membaca Surah Setelah Al-Fatihah

Para ulama Ahlusunah Wal Jama'ah secara umum sepakat bahwa membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah dalam salat adalah sunnah, bukan wajib. Ini berarti bahwa salat tetap sah jika seseorang tidak membaca surah atau ayat tambahan setelah Al-Fatihah, namun ia akan kehilangan pahala dan keutamaan dari sunnah Nabi Muhammad ﷺ.

Dalil-Dalil dari Sunnah Nabi ﷺ

Hukum sunnah ini didasarkan pada praktik (Sunnah) Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. Banyak hadis yang menjelaskan bahwa Nabi ﷺ selalu membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah, terutama pada dua rakaat pertama dalam salat fardhu. Dalil-dalil tersebut antara lain:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Setiap salat itu ada bacaannya. Apa yang kami perdengarkan kepada kalian (di salat Jahriyah) maka kami perdengarkan, dan apa yang kami rahasiakan (di salat Sirriyah) maka kami rahasiakan. Dan barangsiapa yang membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) saja, maka itu cukup baginya. Dan barangsiapa yang menambah (bacaan surah lain), maka itu lebih baik."

"Kullu shalatin laisa fiha qira'ah fahiya khidaj, kullu shalatin yakhfiha imaamu, wama isma'ukum al-imam. Faman qara'a bi-Ummil Kitabi fa qad ajza'at, waman zaada fahuwa afdhal."

HR. Muslim (No. 394)

Hadis ini secara eksplisit menunjukkan bahwa membaca Al-Fatihah saja sudah mencukupi untuk keabsahan salat, namun menambahkan bacaan lain adalah perbuatan yang lebih utama (afdhal). Ini mengindikasikan bahwa hukumnya adalah sunnah, bukan wajib.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Nabi Muhammad ﷺ membaca Al-Fatihah dan satu surah pada dua rakaat pertama dari salat Zhuhur, dan beliau terkadang memanjangkan bacaan pada rakaat pertama. Begitu pula pada salat Ashar dan Subuh."

"Kana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaqra'u fi al-rak'ataini al-awwalain min shalati al-Zhuhri bi Fatihati al-kitabi wa suratin, wa yurawwihuna al-rak'ata al-ula. Wa fi al-'Ashri wa fi al-Fajri."

HR. Bukhari (No. 759) dan Muslim (No. 451)

Hadis ini merupakan bukti nyata dari praktik Nabi ﷺ yang senantiasa membaca surah lain setelah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama salat fardhu. Ini menguatkan posisi sunnah bacaan tersebut.

Perbedaan Mazhab Mengenai Hukumnya

Meskipun mayoritas ulama sepakat sunnah, ada sedikit perbedaan penekanan antar mazhab:

  1. Mazhab Hanafi: Membaca surah setelah Al-Fatihah adalah wajib dalam dua rakaat pertama salat fardhu dan semua rakaat salat sunnah. Namun, "wajib" di sini adalah wajib dalam pengertian mazhab Hanafi, yang berarti meninggalkannya dengan sengaja mengharuskan sujud sahwi, tetapi tidak membatalkan salat.
  2. Mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali: Mayoritas ulama dari ketiga mazhab ini menyatakan hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan) pada dua rakaat pertama salat fardhu dan semua rakaat salat sunnah. Meninggalkannya tidak membatalkan salat dan tidak pula mewajibkan sujud sahwi, meskipun mengurangi kesempurnaan dan pahala.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum, membaca surah setelah Al-Fatihah adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Meninggalkannya tanpa alasan yang syar'i adalah kerugian bagi seorang Muslim.

Pilihan Surah dan Ayat Al-Qur'an yang Dianjurkan

Nabi Muhammad ﷺ tidak membatasi bacaan setelah Al-Fatihah pada surah tertentu. Beliau membaca berbagai surah dan ayat. Ini menunjukkan fleksibilitas dan anjuran untuk variasi dalam bacaan. Namun, ada beberapa kategori umum yang dapat dijadikan panduan:

1. Surah-Surah Pendek (Juz 'Amma)

Ini adalah pilihan yang paling umum dan mudah bagi banyak Muslim, terutama bagi mereka yang baru belajar salat atau yang ingin menjaga kecepatan salat. Contoh surah-surah pendek antara lain:

Surah Al-Ikhlas (QS. 112)

Surah ini sering disebut sebagai sepertiga Al-Qur'an karena inti tauhid yang terkandung di dalamnya.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌ "Bismillahirrahmanirrahim. Qul huwallahu ahad. Allahush shamad. Lam yalid wa lam yuwlad. Wa lam yakullahu kufuwan ahad." "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

Membaca Al-Ikhlas menunjukkan pengakuan murni terhadap keesaan Allah dan penolakan segala bentuk kemusyrikan.

Surah Al-Falaq (QS. 113)

Surah ini mengajarkan kita untuk memohon perlindungan kepada Allah dari segala kejahatan.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ "Bismillahirrahmanirrahim. Qul a'udzu birabbil falaq. Min syarri ma khalaq. Wa min syarri ghasiqin idza waqab. Wa min syarrin naffatsati fil 'uqad. Wa min syarri hasidin idza hasad." "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita penyihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki."

Surah An-Nas (QS. 114)

Surah ini merupakan pelengkap Al-Falaq, memohon perlindungan dari kejahatan setan dan manusia.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ
مَلِكِ ٱلنَّاسِ
إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ
مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ
ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ "Bismillahirrahmanirrahim. Qul a'udzu birabbin nas. Malikin nas. Ilahin nas. Min syarril waswasil khannas. Alladzi yuwaswisu fi shudurin nas. Minal jinnati wan nas." "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia."

Ketiga surah ini (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas) dikenal sebagai "Al-Mu'awwidzatain" (dua pelindung) atau kadang digabungkan dengan Al-Ikhlas menjadi tiga surah pelindung, sangat dianjurkan untuk dibaca, bahkan dalam salat fardhu maupun sunnah.

Surah Al-Kafirun (QS. 109)

Surah yang menegaskan tentang keimanan dan penolakan terhadap kekufuran.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ
لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ
وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ "Bismillahirrahmanirrahim. Qul ya ayyuhal kafirun. La a'budu ma ta'budun. Wa la antum 'abiduna ma a'bud. Wa la ana 'abidum ma 'abattum. Wa la antum 'abiduna ma a'bud. Lakum dinukum wa liya din." "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

Sering dibaca bersama Al-Ikhlas pada salat-salat sunnah seperti salat Rawatib, Dhuha, Witir, dan Tawaf.

Surah Al-Kautsar (QS. 108)

Surah terpendek dalam Al-Qur'an, berisi janji kebaikan yang melimpah dari Allah.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ "Bismillahirrahmanirrahim. Inna a'thainakal kautsar. Fasalli lirabbika wanhar. Inna syani'aka huwal abtar." "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Dan banyak lagi surah-surah pendek lainnya seperti An-Nashr, Al-Lahab, Al-Fil, Quraisy, Al-Ma'un, Al-Ashr, At-Takatsur, Al-Qari'ah, Ad-Duha, Al-Insyirah, At-Tin, dan Al-Qadr. Variasi ini sangat dianjurkan agar kita tidak terpaku pada satu atau dua surah saja, serta untuk menghidupkan Sunnah Nabi ﷺ yang juga bervariasi dalam bacaannya.

2. Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)

Ayat Kursi adalah ayat teragung dalam Al-Qur'an. Membacanya setelah Al-Fatihah, terutama dalam salat-salat sunnah atau salat yang membutuhkan kekhusyukan tinggi, memiliki keutamaan besar.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ "Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum. La ta'khudzuhu sinatun wa la nawm. Lahu ma fis samawati wa ma fil ard. Man dzal ladzi yasyfa'u 'indahu illa bi idznih. Ya'lamu ma baina aidihim wa ma khalfahum. Wa la yuhithuna bi syai'in min 'ilmihi illa bima syaa'. Wasi'a kursiyyuhus samawati wal ardh. Wa la ya'uduhu hifzhuhuma. Wa huwal 'aliyyul 'azhim." "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Membaca Ayat Kursi memiliki keutamaan menjaga diri dari gangguan setan dan mendatangkan keberkahan. Cocok untuk salat tahajjud atau salat sunnah lainnya di mana durasi bacaan bisa lebih panjang.

3. Bagian dari Surah-Surah Panjang

Nabi Muhammad ﷺ terkadang membaca bagian dari surah-surah yang lebih panjang, seperti Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, atau Al-Ma'idah. Ini terutama dilakukan dalam salat-salat fardhu yang panjang seperti salat Subuh atau salat malam (Tahajjud).

Misalnya, beliau membaca beberapa ayat dari awal Surah Al-Baqarah atau Surah Ali Imran. Ini menunjukkan bahwa tidak ada batasan jumlah ayat, selama itu adalah Al-Qur'an.

Penting: Ketika memilih bagian dari surah panjang, pastikan untuk membaca ayat-ayat yang memiliki kesatuan makna atau tema, agar pesan Al-Qur'an tersampaikan dengan baik dan tidak terputus secara konteks.

Ilustrasi Orang Salat

Waktu dan Jenis Salat yang Mempengaruhi Bacaan

1. Rakaat Pertama dan Kedua vs. Ketiga dan Keempat

Sebagaimana disebutkan dalam hadis, Nabi Muhammad ﷺ biasanya membaca surah tambahan setelah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama dari salat fardhu (Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, Subuh). Untuk rakaat ketiga dan keempat (pada salat Zhuhur, Ashar, Isya, dan rakaat ketiga salat Maghrib), beliau biasanya hanya membaca Surah Al-Fatihah saja.

Meskipun demikian, ada riwayat yang menunjukkan bahwa terkadang Nabi ﷺ juga membaca surah tambahan pada rakaat ketiga atau keempat, namun itu adalah pengecualian dan bukan kebiasaan. Jadi, yang paling sesuai sunnah adalah hanya membaca Al-Fatihah pada rakaat akhir salat fardhu.

2. Salat Jahriyah (Bersuara Keras) dan Sirriyah (Pelan)

Dalam salat jahriyah (Subuh, Maghrib, Isya, Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, Tarawih/Witir), imam membaca Al-Fatihah dan surah tambahan dengan suara keras, diikuti oleh makmum yang mendengarkannya. Adapun dalam salat sirriyah (Zhuhur, Ashar), imam dan makmum membaca Al-Fatihah dan surah tambahan dengan suara pelan (dalam hati).

Ketika salat sendirian, seseorang memiliki pilihan untuk membaca keras atau pelan, sesuai dengan jenis salat dan kebiasaan. Namun, kekhusyukan lebih mudah dicapai jika bacaan disesuaikan dengan praktik salat berjamaah.

3. Salat Fardhu vs. Salat Sunnah

Secara umum, aturan bacaan setelah Al-Fatihah berlaku sama untuk salat fardhu dan salat sunnah. Namun, dalam salat sunnah, terutama salat-salat yang panjang seperti Tahajjud, Dhuha, atau salat sunnah lainnya, seseorang memiliki lebih banyak keleluasaan untuk memanjangkan bacaan, membaca surah-surah panjang, atau mengulang surah tertentu. Contohnya, pada salat witir sering dibaca Al-A'la, Al-Kafirun, dan Al-Ikhlas.

Fleksibilitas ini memungkinkan seorang Muslim untuk merenungi ayat-ayat Al-Qur'an lebih dalam dan meningkatkan kekhusyukan selama salat sunnah.

Hikmah dan Keutamaan Membaca Surah Setelah Al-Fatihah

Meskipun hukumnya sunnah, ada banyak hikmah dan keutamaan yang terkandung dalam praktik membaca surah atau ayat setelah Al-Fatihah:

1. Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad ﷺ

Ini adalah alasan paling fundamental. Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk meneladani Nabi Muhammad ﷺ dalam setiap aspek kehidupan, termasuk ibadah. Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan bacaan surah setelah Al-Fatihah kecuali ada uzur atau kondisi tertentu. Dengan mengamalkannya, kita mendapatkan pahala mengikuti Sunnah beliau dan menunjukkan kecintaan kita kepada beliau.

Nabi ﷺ bersabda: "Salatlah sebagaimana kalian melihatku salat."

"Shallu kama ra'aitumuni ushalli."

HR. Bukhari (No. 631)

Hadis ini menjadi pedoman utama dalam tata cara salat, termasuk bacaan di dalamnya.

2. Meningkatkan Kekhusyukan dan Tadabbur

Membaca lebih banyak ayat Al-Qur'an berarti lebih banyak kesempatan untuk merenungkan makna firman Allah. Ketika kita memahami apa yang kita baca, hati akan lebih mudah tersentuh, pikiran lebih fokus, dan kekhusyukan dalam salat akan meningkat. Ini adalah inti dari tujuan salat, yaitu berkomunikasi dengan Allah SWT.

Variasi dalam bacaan juga mencegah kebosanan dan membantu menjaga fokus. Jika setiap hari hanya membaca surah yang sama, kemungkinan besar kita akan membaca tanpa perenungan, melainkan hanya hafalan semata. Dengan berganti-ganti surah, kita diajak untuk selalu berpikir dan menghadirkan hati.

3. Menambah Pahala dan Kedekatan dengan Allah

Setiap huruf Al-Qur'an yang dibaca memiliki pahala yang berlipat ganda. Dengan membaca surah tambahan, kita secara otomatis memperbanyak bacaan Al-Qur'an kita dalam salat, sehingga pahala yang kita dapatkan juga bertambah. Selain itu, semakin sering dan semakin lama kita "berdialog" dengan Allah melalui firman-Nya, semakin dekat pula hubungan kita dengan-Nya.

4. Menyempurnakan Salat

Meskipun salat sah tanpa bacaan surah tambahan, namun salat yang sempurna adalah salat yang mencakup semua rukun, wajib, dan sunnahnya. Membaca surah setelah Al-Fatihah adalah bagian dari penyempurnaan salat, menjadikannya lebih lengkap dan lebih dicintai oleh Allah.

5. Pengajaran dan Edukasi

Bagi imam salat, membaca surah-surah yang bervariasi juga memiliki aspek pengajaran. Makmum, terutama yang masih belajar atau kurang hafal, bisa jadi menghafal surah-surah baru atau mengingat kembali surah yang terlupa dengan mendengarkan imam. Ini adalah salah satu cara penyebaran ilmu dan pendidikan Al-Qur'an secara tidak langsung.

Memvariasikan Bacaan: Sunnah dan Manfaatnya

Salah satu aspek penting dari sunnah Nabi ﷺ dalam membaca surah setelah Al-Fatihah adalah variasi. Nabi ﷺ tidak selalu membaca surah yang sama. Beliau terkadang memanjangkan bacaan, terkadang memendekkan, dan membaca surah yang berbeda-beda. Ini menunjukkan fleksibilitas dan anjuran untuk tidak terpaku pada satu atau dua surah saja.

Contoh Variasi Bacaan Nabi ﷺ:

Variasi ini memiliki beberapa manfaat:

  1. Menghidupkan Sunnah: Mengikuti kebiasaan Nabi ﷺ yang bervariasi.
  2. Menghindari Kebosanan: Baik bagi imam maupun makmum, variasi bacaan menjaga agar salat tetap menarik dan segar.
  3. Memperkaya Hafalan: Mendorong seseorang untuk menghafal lebih banyak surah dan ayat Al-Qur'an.
  4. Meningkatkan Perenungan: Setiap surah memiliki tema dan pesan yang berbeda, sehingga dengan variasi, kita dapat merenungi berbagai aspek ajaran Islam.

Tips Meningkatkan Kualitas Bacaan Setelah Al-Fatihah

Untuk memaksimalkan manfaat dari bacaan ini, ada beberapa tips yang dapat diterapkan:

1. Pelajari dan Praktikkan Tajwid

Tajwid adalah ilmu tentang cara membaca Al-Qur'an dengan benar, termasuk makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifat huruf, serta hukum-hukum bacaan lainnya. Membaca dengan tajwid yang benar tidak hanya memperindah bacaan tetapi juga mencegah perubahan makna. Luangkan waktu untuk belajar tajwid dari guru yang kompeten atau melalui sumber terpercaya.

2. Hafalkan Lebih Banyak Surah dan Ayat

Semakin banyak surah atau ayat yang kita hafal, semakin banyak pilihan yang kita miliki untuk divariasikan dalam salat. Mulailah dengan surah-surah pendek, lalu secara bertahap lanjutkan ke surah-surah yang lebih panjang. Manfaatkan waktu luang untuk menghafal dan mengulang hafalan.

3. Pahami Makna dan Tafsir

Membaca tanpa memahami maknanya seringkali membuat bacaan terasa hambar dan sulit untuk khusyuk. Dengan memahami terjemahan dan sedikit tafsir dari surah atau ayat yang dibaca, kita akan lebih mudah merenungkan pesan Allah SWT dan merasakan kehadiran-Nya dalam salat.

4. Latih Tartil (Bacaan Perlahan dan Jelas)

Allah SWT berfirman: وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًۭا "wa rattilil-qur'āna tartīlā" ("Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil."). Membaca dengan tartil berarti membaca secara perlahan, jelas, dan tidak tergesa-gesa, sehingga setiap huruf dan maknanya dapat diresapi. Hindari membaca terlalu cepat hanya untuk menyelesaikan salat. Beri hak setiap huruf dan setiap ayat.

5. Variasikan Bacaan Secara Rutin

Jadikan variasi bacaan sebagai kebiasaan. Jika hari ini membaca Al-Ikhlas, besok coba Al-Falaq, lusa An-Nas, atau surah lain. Pada rakaat pertama dan kedua, coba kombinasikan surah yang berbeda. Misalnya, rakaat pertama Al-A'la, rakaat kedua Al-Ghasyiyah. Ini akan menjaga kesegaran ibadah dan mendorong kita untuk terus belajar.

6. Jangan Takut Membaca Ayat dari Tengah Surah

Tidak ada larangan untuk membaca beberapa ayat dari tengah surah yang panjang setelah Al-Fatihah, selama kita memulai dari tempat yang maknanya utuh dan tidak terputus secara konteks. Ini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin membaca surah panjang tetapi belum hafal seluruhnya.

Kesalahan Umum yang Harus Dihindari

Dalam praktik membaca surah setelah Al-Fatihah, terkadang ada beberapa kekeliruan atau kebiasaan yang kurang tepat. Menghindarinya akan membantu kita menyempurnakan ibadah:

1. Selalu Membaca Surah yang Sama

Banyak Muslim yang hanya hafal beberapa surah pendek dan selalu membacanya dalam setiap salat, tanpa variasi sama sekali. Meskipun salat tetap sah, ini mengurangi kesempatan untuk mendapatkan pahala variasi sunnah Nabi ﷺ dan dapat menyebabkan kebosanan serta kurangnya tadabbur. Usahakan untuk menghafal lebih banyak surah dan menggunakannya secara bergantian.

2. Membaca Tanpa Memperhatikan Tajwid

Ketergesaan atau kurangnya ilmu tajwid seringkali menyebabkan kesalahan dalam pengucapan huruf atau panjang-pendeknya bacaan. Kesalahan tajwid yang fatal dapat mengubah makna ayat, dan ini harus dihindari. Prioritaskan belajar tajwid dan membaca Al-Qur'an dengan benar.

3. Terlalu Cepat dalam Membaca

Beberapa orang membaca Al-Fatihah dan surah tambahan dengan sangat cepat, bahkan sampai sulit dipahami. Ini bertentangan dengan prinsip tartil dan mengurangi kekhusyukan. Beri jeda secukupnya di antara ayat-ayat dan baca dengan tenang.

4. Tidak Membaca Sama Sekali (dengan Sengaja tanpa Uzur)

Meskipun hukumnya sunnah, meninggalkannya secara sengaja tanpa alasan yang syar'i adalah menyia-nyiakan pahala dan keutamaan. Jika memungkinkan, selalu usahakan untuk membaca surah tambahan, minimal surah-surah pendek.

5. Memaksakan Diri dengan Hafalan yang Belum Kuat

Jika hafalan surah panjang belum kuat, lebih baik membaca surah pendek yang sudah lancar dan fasih. Memaksakan diri membaca surah panjang yang masih terbata-bata atau salah-salah dapat mengganggu kekhusyukan dan mungkin membatalkan salat jika kesalahannya fatal dan tidak segera diperbaiki. Fokus pada kelancaran dan ketepatan.

6. Hanya Fokus pada Rakaat Pertama dan Kedua

Meskipun sunnah membaca surah tambahan lebih ditekankan pada rakaat pertama dan kedua salat fardhu, namun pada salat sunnah yang terdiri dari lebih dari dua rakaat (seperti Tarawih atau Tahajjud), sunnah membaca surah tambahan ini berlaku untuk setiap rakaat. Jangan mengabaikan rakaat setelah yang kedua pada salat-salat sunnah.

Kesimpulan

Bacaan setelah Surah Al-Fatihah dalam salat adalah salah satu bentuk sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Meskipun salat tetap sah jika meninggalkannya, mengamalkan sunnah ini akan membawa banyak keutamaan, pahala, dan peningkatan kekhusyukan. Nabi Muhammad ﷺ sendiri senantiasa membaca surah atau ayat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama salat fardhu dan di setiap rakaat salat sunnah, dengan variasi bacaan yang menunjukkan kekayaan ajaran Islam.

Mari kita jadikan praktik ini sebagai bagian integral dari ibadah salat kita. Dengan mempelajari tajwid, memahami makna, menghafal lebih banyak surah, dan memvariasikan bacaan, kita tidak hanya meneladani Sunnah Nabi ﷺ, tetapi juga memperkaya pengalaman spiritual kita, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjadikan salat kita lebih sempurna di sisi-Nya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga salat dengan sebaik-baiknya.

🏠 Homepage