Pengantar Pemikiran Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar, salah satu Wali Songo yang terkenal dengan pendekatan sufistiknya yang mendalam, seringkali menyampaikan ajaran spiritual yang menekankan pada kesadaran batin dan hakikat sejati di balik ritual keagamaan. Bagi beliau, shalat bukan sekadar gerakan fisik dan rangkaian bacaan hafalan, melainkan sebuah dialog mendalam antara hamba dan Sang Khalik. Memahami bacaan shalat dari perspektif ajaran Syekh Siti Jenar berarti menggali makna terdalam dari setiap lafaz dan gerakan, melampaui permukaan teks.
Dalam konteks ini, bacaan shalat menjadi sarana untuk mencapai maqam (tingkatan spiritual) tertentu. Bukan lagi sekadar menunaikan kewajiban formal, shalat menjadi latihan meditasi aktif, di mana hati dan pikiran sepenuhnya hadir (khusyuk) dalam kehadiran Ilahi. Ajaran Siti Jenar mendorong umat untuk melihat shalat sebagai cerminan dari penyatuan diri (tauhid) yang sejati.
Fokus pada Niat (Niyyah) dan Takbiratul Ihram
Langkah pertama dalam shalat adalah niat. Dalam pandangan Siti Jenar, niat adalah kunci. Niat yang tulus haruslah didasari oleh kesadaran penuh bahwa kita sedang menghadap Tuhan, bukan sekadar ingin menyelesaikan kewajiban. Ketika mengucapkan Allahu Akbar (Allah Maha Besar) saat Takbiratul Ihram, ini adalah penolakan simbolis terhadap segala urusan duniawi yang memisahkan kita dari fokus Ilahi.
Bacaan pembuka seperti doa iftitah, walaupun memiliki variasi, intinya adalah penegasan ulang keesaan Allah. Syekh Siti Jenar menekankan bahwa saat melafazkan kalimat ini, seorang salat harus benar-benar merasakan kebesaran Allah melebihi apapun yang ada di alam semesta, termasuk ego dan kepentingan pribadi. Jika hati masih terikat pada dunia, maka kebesaran yang diucapkan hanyalah fatamorgana di lidah.
Makna Hakiki di Balik Bacaan Al-Fatihah
Al-Fatihah adalah inti shalat. Syekh Siti Jenar mengajarkan bahwa memahami Al-Fatihah secara harfiah saja tidak cukup; harus dirasakan maknanya secara eksistensial.
- Bismillahir Rahmanir Rahim: Memulai segala sesuatu dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah afirmasi bahwa segala daya dan upaya berasal dari rahmat-Nya.
- Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin: Pengakuan bahwa segala pujian hanya milik Allah, Pencipta dan Pemelihara seluruh alam. Dalam kesadaran batin, ini berarti mengakui bahwa seluruh keberadaan adalah manifestasi dari-Nya.
- Maliki Yaumid Din: Pemilik hari pembalasan. Ini mengingatkan salat tentang tanggung jawab akhirat, namun dalam pandangan hakikat, ini adalah penyerahan mutlak pada kehendak-Nya saat ini juga.
- Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nastain: Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Ini adalah puncak penegasan ketundukan total. Bagi pengikut ajaran ini, penyembahan sejati adalah hidup selaras dengan kehendak Ilahi dalam setiap detik.
Rukuk dan Sujud: Penyerahan Diri Total
Ketika memasuki gerakan rukuk (membungkuk), bacaan Subhana Rabbiyal 'Azim (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) menjadi penegasan bahwa Dia jauh melampaui pemahaman kita yang terbatas. Dalam posisi ini, tubuh merendah, mencerminkan kerendahan hati spiritual.
Puncaknya adalah sujud, di mana dahi menyentuh bumi. Bacaan Subhana Rabbiyal A'la (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) diucapkan ketika posisi paling rendah tercapai. Ini adalah paradoks spiritual yang diajarkan: saat kita merendahkan diri sedalam-dalamnya ke bumi, saat itulah kita menyadari ketinggian dan keagungan Allah yang sebenarnya. Sujud adalah momen di mana ego diletakkan di tanah, dan komunikasi batin menjadi paling murni, seperti yang sering ditekankan dalam tafsir sufistik Syekh Siti Jenar. Di sini, bacaan shalat menjadi doa hati yang tulus tanpa penghalang kata-kata.
Tasyahud dan Salam: Pengakuan dan Kembali
Pada tasyahud akhir, bacaan merupakan dialog kembali antara Allah dan Rasul-Nya, yang kemudian diikuti dengan pengakuan keesaan Allah dan kenabian Muhammad SAW. Ini adalah penutup dari sesi komunikasi batin tersebut. Salam (memberi salam) di akhir shalat bukan sekadar penutup ritual, melainkan pelepasan kesadaran tinggi tersebut kembali ke tengah kehidupan duniawi, membawa serta kedamaian dan kesadaran yang telah diperoleh selama shalat.
Secara keseluruhan, bacaan shalat dalam pandangan Syekh Siti Jenar adalah peta jalan spiritual. Setiap kata, setiap gerakan, adalah pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri, alam semesta, dan Sang Pencipta. Shalat yang daim (terus-menerus) adalah ketika kesadaran batin ini terus terbawa dalam setiap aspek kehidupan.