Panduan Lengkap Bacaan Sebelum Membaca Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah adalah jantung Al-Quran, sebuah permata tak ternilai yang menjadi rukun dalam setiap salat seorang Muslim. Tanpa membacanya, salat seseorang tidaklah sah. Keutamaan dan kedudukannya yang begitu agung menjadikan setiap Muslim wajib memahami, menghayati, dan menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Namun, sebelum lidah kita melafalkan ayat-ayat mulia Al-Fatihah, ada beberapa bacaan yang disyariatkan dalam Islam yang berfungsi sebagai "pembuka" dan "pembersih" hati, mempersiapkan diri kita untuk berdialog dengan Sang Pencipta. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan-bacaan tersebut, hikmah di baliknya, serta bagaimana mengintegrasikannya dalam ibadah kita sehari-hari, baik di dalam maupun di luar salat.
Memulai sesuatu dengan persiapan yang matang adalah kunci kesuksesan, dan ini berlaku pula dalam ibadah. Pembacaan Al-Fatihah, baik dalam salat maupun saat tilawah Al-Quran, bukanlah sekadar deretan kata yang diucapkan tanpa makna. Ia adalah munajat, doa, dan pujian yang mendalam kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita untuk mengawali pembacaannya dengan beberapa adab dan dzikir yang bertujuan untuk memfokuskan hati, membersihkan pikiran dari gangguan duniawi, dan memohon perlindungan serta keberkahan dari Allah SWT. Bacaan-bacaan ini bukan sekadar formalitas, melainkan jembatan spiritual yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya, menjadikannya lebih khusyuk dan penuh penghayatan.
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri secara mendalam tiga komponen utama yang seringkali mendahului pembacaan Al-Fatihah: Ta'awwudz (isti'adzah), Basmalah, dan Doa Istiftah. Masing-masing memiliki kedudukan, makna, dan hikmah tersendiri yang akan diuraikan dengan jelas. Kita akan melihat bagaimana ulama-ulama Islam menafsirkan dan mempraktikkannya, serta relevansinya dalam kehidupan spiritual Muslim kontemporer.
Kedudukan Surat Al-Fatihah: Jantung Ibadah dan Kehidupan
Sebelum membahas bacaan-bacaan pendahulu, penting untuk kembali mengingat betapa agungnya Surat Al-Fatihah. Dalam Islam, Al-Fatihah dikenal dengan beberapa nama, seperti Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Quran (Induk Al-Quran), As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang), dan Asy-Syifa (Penyembuh). Penamaan ini bukan tanpa alasan, melainkan karena kandungannya yang begitu komprehensif mencakup pokok-pokok ajaran Islam. Ia dimulai dengan pujian kepada Allah, pengakuan atas keesaan-Nya, permohonan pertolongan, hingga permintaan petunjuk jalan yang lurus. Setiap Muslim membacanya minimal 17 kali sehari dalam salat fardhu, belum termasuk salat sunah.
Rukun Salat yang Tak Tergantikan
Salah satu kedudukan paling fundamental dari Al-Fatihah adalah sebagai rukun salat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Pembuka Kitab)." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini secara tegas menunjukkan bahwa salat seseorang tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah. Ini bukan sekadar anjuran, melainkan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh karena itu, mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum membacanya menjadi sangat krusial agar pembacaan tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan.
Pintu Komunikasi dengan Allah
Al-Fatihah adalah doa. Bahkan, ia disebut sebagai dialog antara hamba dan Rabbnya. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, "Aku membagi salat (Al-Fatihah) menjadi dua bagian, untuk-Ku dan untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Apabila hamba mengucapkan: 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin', maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuji-Ku.' Apabila hamba mengucapkan: 'Ar-Rahmanir Rahim', maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.' Apabila hamba mengucapkan: 'Maliki Yaumiddin', maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.' Apabila hamba mengucapkan: 'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in', maka Allah berfirman: 'Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.' Apabila hamba mengucapkan: 'Ihdinas siratal mustaqim, siratal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim wa lad-dhallin', maka Allah berfirman: 'Ini untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.'" (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa setiap ayat Al-Fatihah adalah bagian dari sebuah dialog suci yang mengharuskan kita untuk hadir sepenuhnya, baik jiwa maupun raga.
Mengingat urgensi dan keutamaan Al-Fatihah ini, maka sudah sepantasnya kita memberikan perhatian ekstra pada bacaan-bacaan yang mengawalinya. Bacaan-bacaan ini bukan hanya tradisi, melainkan fondasi spiritual yang membantu kita mencapai level kekhusyukan dan kesadaran tertinggi saat berhadapan dengan firman Allah.
1. Ta'awwudz (Istia'dzah): Memohon Perlindungan dari Setan
Bacaan pertama dan yang paling fundamental sebelum membaca Al-Quran, termasuk Al-Fatihah, adalah Ta'awwudz, atau yang juga dikenal dengan Istia'dzah. Lafaz yang paling umum adalah:
A'udzu billahi minasy syaithonir rojim.
Artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."
Dalil Pensyariatan Ta'awwudz
Pensyariatan Ta'awwudz secara langsung disebutkan dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
"Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. An-Nahl: 98)
Ayat ini adalah perintah eksplisit dari Allah agar kita senantiasa memohon perlindungan-Nya sebelum memulai pembacaan Al-Quran. Meskipun perintah ini adalah صيغة أمر (bentuk perintah), mayoritas ulama berpendapat bahwa hukumnya sunah muakkadah (sunah yang sangat ditekankan), bukan wajib. Namun, meninggalkan Ta'awwudz berarti kehilangan keutamaan dan perlindungan yang dijanjikan.
Makna dan Hikmah Ta'awwudz
Setiap kata dalam Ta'awwudz memiliki makna yang mendalam:
- أَعُوذُ (A'udzu): Aku berlindung, aku berpegang teguh, aku bersandar. Kata ini menyiratkan permohonan yang tulus dan pengakuan akan kelemahan diri di hadapan musuh yang tak terlihat. Ini bukan sekadar perkataan, melainkan sikap hati yang merendah dan bergantung sepenuhnya kepada Allah.
- بِاللهِ (Billahi): Kepada Allah. Menunjukkan bahwa tempat berlindung satu-satunya adalah Allah, Dzat Yang Maha Kuat, Maha Perkasa, dan Maha Pelindung. Tidak ada kekuatan lain yang mampu melindungi kita dari godaan setan selain Allah.
- مِنَ الشَّيْطَانِ (Minasy Syaithon): Dari setan. Setan adalah musuh abadi manusia, yang tugas utamanya adalah menyesatkan, membisikkan keraguan, dan menghalangi dari kebaikan. Dalam konteks membaca Al-Quran, setan berusaha mengganggu konsentrasi, menimbulkan rasa malas, atau bahkan membelokkan pemahaman ayat-ayat suci.
- الرَّجِيمِ (Ar-Rojim): Yang terkutuk, yang terlempar dari rahmat Allah. Kata ini menegaskan bahwa setan telah terusir dari rahmat Ilahi dan tidak memiliki kebaikan sedikit pun. Dengan menyebutnya "terkutuk," kita diingatkan akan statusnya yang hina dan kejahatannya yang tak berkesudahan.
Hikmah di balik Ta'awwudz sangatlah besar:
- Membersihkan Hati dari Bisikan Setan: Saat kita hendak membaca firman Allah, setan akan berupaya keras untuk mengganggu konsentrasi kita. Dengan Ta'awwudz, kita secara spiritual membangun perisai yang kokoh, memohon bantuan langsung dari Allah untuk mengusir segala gangguan dan bisikan yang dapat mengurangi kekhusyukan. Ini adalah pengakuan bahwa kita lemah dan membutuhkan perlindungan dari Yang Maha Kuat.
- Meningkatkan Kekhusyukan: Ketika hati telah bersih dari godaan setan, pikiran akan lebih fokus pada ayat-ayat yang dibaca, sehingga pemahaman dan penghayatan menjadi lebih mendalam. Ini membantu kita untuk benar-benar hadir dalam dialog spiritual dengan Allah.
- Mengakui Kebesaran Allah: Dengan meminta perlindungan kepada Allah, kita mengakui kekuasaan dan kebesaran-Nya sebagai satu-satunya Pelindung yang sejati. Ini menumbuhkan rasa tawakal dan ketergantungan penuh kepada-Nya.
- Mengikuti Sunah Nabi: Rasulullah ﷺ senantiasa membaca Ta'awwudz sebelum membaca Al-Quran. Mengamalkannya berarti mengikuti jejak beliau, yang merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Perlindungan dari Kesalahan dalam Membaca: Setan juga dapat membisikkan kesalahan dalam tajwid atau makna. Dengan perlindungan Allah, diharapkan kita terhindar dari kekeliruan tersebut, baik yang disengaja maupun tidak.
Kapan Ta'awwudz Dibaca?
Ta'awwudz dibaca setiap kali seorang Muslim hendak membaca Al-Quran, baik di dalam salat maupun di luar salat. Jika seseorang berhenti membaca lalu kembali melanjutkannya setelah jeda yang cukup lama (misalnya, diselingi pembicaraan duniawi yang panjang), maka disunahkan untuk mengulangi Ta'awwudz. Namun, jika jedanya singkat atau diselingi dengan dzikir atau doa, maka tidak perlu mengulanginya.
Dalam salat, Ta'awwudz dibaca pada rakaat pertama setelah doa Istiftah (jika dibaca) dan sebelum Basmalah. Pada rakaat-rakaat selanjutnya, Ta'awwudz cukup dibaca di awal setiap rakaat sebelum Basmalah dan Al-Fatihah, menurut sebagian pendapat ulama. Pendapat lain menyatakan cukup sekali di rakaat pertama.
Ada beberapa variasi lafaz Ta'awwudz yang diriwayatkan, antara lain:
- أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (Yang paling umum)
- أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (HR. Abu Daud, Tirmidzi)
- أَعُوذُ بِاللهِ الْعَظِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Namun, yang paling masyhur dan cukup diamalkan adalah bentuk pertama. Intinya adalah memohon perlindungan kepada Allah dari setan.
Dengan memahami dan mengamalkan Ta'awwudz, seorang Muslim tidak hanya menjalankan sunah Nabi, tetapi juga secara aktif mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk menerima petunjuk dari Al-Quran, membersihkan hati dari keraguan, dan meningkatkan kualitas ibadahnya.
2. Basmalah: Memulai dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Setelah Ta'awwudz, bacaan yang mengikuti sebelum Al-Fatihah, baik dalam salat maupun di luar salat, adalah Basmalah. Lafaznya adalah:
Bismillahir Rahmanir Rahim.
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Dalil dan Kedudukan Basmalah
Basmalah adalah ayat pertama dari Surat Al-Fatihah, dan juga ditemukan di awal setiap surat dalam Al-Quran (kecuali Surat At-Taubah). Keberadaannya di awal setiap surat (kecuali satu) menunjukkan betapa sentralnya Basmalah dalam ajaran Islam. Ia adalah gerbang pembuka untuk setiap kebaikan dan keberkahan.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap perkara yang tidak dimulai dengan Bismillahir Rahmanir Rahim, maka ia terputus (kurang berkah)." (HR. Abu Daud). Hadis ini meskipun sanadnya tidak terlalu kuat, namun maknanya didukung oleh banyak praktik Nabi dan sahabat, serta ijma' (konsensus) ulama tentang keutamaan memulai setiap perbuatan baik dengan Basmalah.
Makna dan Hikmah Basmalah
Basmalah adalah kalimat yang penuh berkah dan makna yang dalam:
- بِسْمِ اللَّهِ (Bismillahi): Dengan nama Allah. Ini adalah pengakuan bahwa setiap tindakan yang kita lakukan, termasuk membaca Al-Quran, adalah atas nama dan dengan izin Allah. Ini menanamkan rasa rendah hati dan tawakal, bahwa kekuatan sejati bukan pada diri kita, melainkan pada Allah. Ini juga berarti kita mencari pertolongan, keberkahan, dan legitimasi dari Allah untuk tindakan tersebut.
- الرَّحْمَنِ (Ar-Rahman): Yang Maha Pengasih. Sifat ini menunjukkan rahmat Allah yang meliputi seluruh makhluk di dunia, baik Muslim maupun non-Muslim. Rahmat-Nya bersifat umum, mencakup pemberian rezeki, kesehatan, dan segala kenikmatan hidup.
- الرَّحِيمِ (Ar-Rahim): Yang Maha Penyayang. Sifat ini menunjukkan rahmat Allah yang bersifat khusus, hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman di akhirat kelak. Ia adalah puncak kasih sayang Allah yang akan dirasakan oleh hamba-hamba-Nya yang taat.
Dengan menyebut dua sifat ini secara berurutan, kita diingatkan akan luasnya rahmat Allah. Ini memberikan ketenangan dan harapan, sekaligus memotivasi kita untuk berbuat baik agar layak menerima rahmat-Nya yang khusus.
Hukum Membaca Basmalah Sebelum Al-Fatihah dalam Salat
Mengenai hukum membaca Basmalah sebelum Al-Fatihah dalam salat, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama:
- Bagian dari Al-Fatihah: Imam Syafi'i dan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa Basmalah adalah ayat pertama dari Surat Al-Fatihah. Oleh karena itu, wajib dibaca dalam setiap rakaat salat, baik secara sirr (pelan) maupun jahr (keras), sebagaimana membaca ayat-ayat lainnya dari Al-Fatihah. Mereka berdalil dengan riwayat bahwa Nabi ﷺ menghitung Basmalah sebagai salah satu ayat Al-Fatihah.
- Bukan Bagian dari Al-Fatihah: Imam Malik dan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa Basmalah bukanlah bagian dari Al-Fatihah, melainkan hanya sebagai pemisah antara satu surat dengan surat lainnya. Mereka tidak membaca Basmalah secara jahr dalam salat dan tidak menganggapnya wajib.
- Sunah Muakkadah: Imam Abu Hanifah dan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa Basmalah adalah ayat tersendiri yang diturunkan untuk memulai setiap surat (kecuali At-Taubah), dan hukum membacanya sebelum Al-Fatihah dalam salat adalah sunah muakkadah (sangat ditekankan), bukan wajib.
Meskipun ada perbedaan pendapat, yang paling aman dan afdal adalah membaca Basmalah sebelum Al-Fatihah dalam setiap rakaat salat, mengikuti pendapat yang menganggapnya sebagai bagian dari Al-Fatihah atau setidaknya sunah muakkadah. Ini juga sejalan dengan anjuran umum untuk memulai setiap perbuatan baik dengan Basmalah.
Dengan mengucapkan Basmalah, kita tidak hanya menjalankan perintah dan sunah, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa setiap langkah kita diiringi oleh nama Allah, memohon keberkahan dan rahmat-Nya, serta mengingatkan diri akan dua sifat-Nya yang paling agung: Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Ini adalah fondasi spiritual yang kuat untuk memulai dialog dengan Allah melalui Al-Fatihah.
3. Doa Istiftah: Pembuka Salat dan Pujian kepada Allah
Doa Istiftah (دعاء الاستفتاح) adalah bacaan sunah yang dibaca di awal salat, setelah takbiratul ihram dan sebelum Ta'awwudz. Istiftah berarti 'pembukaan', dan doa ini memang berfungsi sebagai pembuka salat, memuji Allah dan mensucikan-Nya di awal ibadah yang agung ini.
Hukum Membaca Doa Istiftah
Mayoritas ulama sepakat bahwa hukum membaca doa Istiftah adalah sunah. Artinya, salat tetap sah jika tidak membacanya, namun akan kehilangan pahala dan keutamaan sunah yang besar. Rasulullah ﷺ senantiasa membacanya dalam salatnya, dan beliau mengajarkan beberapa variasinya kepada para sahabat.
Doa Istiftah hanya dibaca pada rakaat pertama dari setiap salat (baik fardhu maupun sunah). Jika seseorang lupa membacanya, maka tidak perlu mengulangi salatnya atau melakukan sujud sahwi, karena ia bukan rukun atau wajib salat.
Beberapa Lafaz Doa Istiftah yang Diajarkan Nabi ﷺ
Ada beberapa riwayat tentang lafaz doa Istiftah yang diamalkan oleh Rasulullah ﷺ. Ini menunjukkan kekayaan sunah dan keluasan dalam beribadah. Seorang Muslim bisa memilih salah satu yang ia hafal atau sukai.
1. Istiftah yang Paling Populer (HR. Bukhari & Muslim)
Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa ta'ala jadduka wa la ilaha ghairuk.
Artinya: "Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Maha Berkah nama-Mu, dan Maha Tinggi keagungan-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau."
- Subhanakallahumma: Maha Suci Engkau ya Allah. Ini adalah bentuk pensucian Allah dari segala kekurangan dan cela. Mengawali salat dengan pensucian ini menetapkan fokus pada kesempurnaan Allah.
- Wa bihamdika: Dan dengan memuji-Mu. Mengikuti pensucian dengan pujian, mengakui bahwa segala kesempurnaan dan nikmat berasal dari-Nya.
- Wa tabarakasmuka: Dan Maha Berkah nama-Mu. Nama-nama Allah penuh keberkahan dan kebaikan. Menyebut nama-Nya membawa keberkahan.
- Wa ta'ala jadduka: Dan Maha Tinggi keagungan-Mu. Mengakui kemuliaan dan kebesaran Allah yang tak terbatas.
- Wa la ilaha ghairuk: Dan tiada Tuhan selain Engkau. Ini adalah penegasan tauhid, inti dari ajaran Islam, bahwa hanya Allah satu-satunya Dzat yang berhak disembah.
2. Istiftah 'Allahumma Ba'id Bainii' (HR. Bukhari & Muslim)
Allahumma ba'id baini wa baina khothoyaya kama ba'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqini min khothoyaya kama yunaqqats tsaubul abyadhu minad danasi. Allahummaghsilni min khothoyaya bilma'i wats tsalji wal barodi.
Artinya: "Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan embun."
- Ini adalah doa Istiftah yang berfokus pada permohonan ampunan dan penyucian dosa di awal salat. Ini menunjukkan kerendahan hati seorang hamba yang menyadari dosa-dosanya dan berharap untuk menghadap Allah dalam keadaan suci.
- Analogi Pembersihan: Penggunaan perumpamaan "sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran" dan "dengan air, salju, dan embun" menunjukkan keinginan yang kuat untuk penyucian total, baik secara lahir maupun batin.
3. Istiftah 'Wajjahtu Wajhiya' (HR. Muslim)
Wajjahtu wajhiya lilladzi fatoras samawati wal ardho hanifan wama ana minal musyrikin. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil 'alamin. La syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana awwalul muslimin.
Artinya: "Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan demikian aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama berserah diri (dari umat ini)."
- Doa ini sangat kuat dalam penegasan tauhid (keesaan Allah) dan pengakuan bahwa seluruh aspek kehidupan seorang Muslim adalah untuk Allah semata.
- Hanifan: Lurus, cenderung kepada kebenaran, jauh dari kesesatan.
- Inna sholati... lillahi: Penegasan bahwa salat, ibadah kurban (nusuk), hidup, dan mati, semuanya dipersembahkan hanya kepada Allah. Ini adalah manifestasi totalitas penghambaan.
- La syarika lahu: Tidak ada sekutu bagi-Nya. Pengulangan penegasan tauhid.
- Wa ana awwalul muslimin: Dan aku adalah orang yang pertama berserah diri. Dalam konteks Nabi, ini berarti beliau adalah yang pertama dari umatnya yang secara sempurna menundukkan diri kepada Allah. Bagi umatnya, ini adalah aspirasi untuk menjadi yang terdepan dalam ketaatan.
Hikmah Membaca Doa Istiftah
- Pujian dan Penyucian Allah di Awal Salat: Doa Istiftah berfungsi sebagai pengantar yang agung untuk salat, dimana seorang hamba memulai ibadahnya dengan memuji, mengagungkan, dan mensucikan Allah SWT. Ini membantu mengalihkan pikiran dari urusan duniawi dan memfokuskannya pada kebesaran Allah.
- Pengakuan Tauhid dan Komitmen Ibadah: Banyak lafaz Istiftah yang secara eksplisit menegaskan tauhid (keesaan Allah) dan deklarasi bahwa seluruh hidup dan ibadah adalah untuk Allah semata. Ini memperkuat pondasi keimanan setiap kali salat dimulai.
- Permohonan Ampunan dan Penyucian Dosa: Beberapa variasi Istiftah (seperti 'Allahumma Ba'id Bainii') juga mengandung permohonan ampunan dan penyucian dosa. Memohon ampun di awal ibadah adalah tanda kerendahan hati dan kesadaran akan kekurangan diri. Ini membantu membersihkan hati sebelum berdialog dengan Sang Pencipta.
- Mengikuti Sunah Nabi: Mengamalkan doa Istiftah adalah wujud ittiba' (mengikuti) Rasulullah ﷺ. Ini menambah pahala dan keberkahan dalam ibadah kita.
- Meningkatkan Kekhusyukan: Dengan membaca doa Istiftah, seorang Muslim diajak untuk merenungkan makna-maknanya yang dalam, sehingga hatinya lebih siap dan khusyuk saat melanjutkan ke bacaan Al-Fatihah dan ayat-ayat Al-Quran berikutnya. Ini adalah proses "penyetelan" spiritual sebelum masuk ke inti ibadah.
Dengan membaca doa Istiftah, seorang Muslim membangun jembatan spiritual yang kuat antara dirinya dan Tuhannya, mempersiapkan jiwa untuk menerima dan menghayati setiap firman Allah yang akan dibaca dalam Al-Fatihah dan surat-surat lainnya. Ini adalah investasi spiritual yang sangat berharga untuk meningkatkan kualitas salat kita.
Urutan Bacaan dalam Salat: Sebuah Rangkaian Spiritual
Setelah memahami masing-masing bacaan, penting untuk mengetahui urutan yang benar dalam konteks salat, khususnya pada rakaat pertama, karena di sinilah semua bacaan ini berkumpul. Urutan ini tidak sembarangan, melainkan telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan mengandung hikmah yang mendalam dalam membangun kekhusyukan dan fokus dalam salat.
Rakaat Pertama: Fondasi Kekhusyukan
1. Takbiratul Ihram (تَكْبِيرَةُ الإِحْرَامِ): Ini adalah pembuka salat yang wajib, yaitu ucapan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) sambil mengangkat kedua tangan. Dengan takbir ini, kita secara resmi "masuk" ke dalam salat dan segala urusan duniawi diharamkan. Ini adalah deklarasi penyerahan diri total kepada Allah.
2. Doa Istiftah (دعاء الاستفتاح): Setelah takbiratul ihram, disunahkan membaca salah satu doa Istiftah yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini adalah fase pembersihan hati dan pikiran, memuji Allah, dan memohon ampunan sebelum masuk ke inti bacaan Al-Quran.
3. Ta'awwudz (أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): Setelah Istiftah, dilanjutkan dengan Ta'awwudz. Ini adalah perisai dari bisikan setan, memastikan bahwa hati dan pikiran terlindungi dari gangguan saat akan berdialog langsung dengan firman Allah.
4. Basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ): Setelah Ta'awwudz, dibaca Basmalah. Ini adalah pengantar setiap surat dalam Al-Quran, memohon keberkahan dan memulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
5. Surat Al-Fatihah (سُورَةُ الفَاتِحَةِ): Inilah inti dari bacaan salat, rukun yang tidak boleh ditinggalkan. Setelah semua persiapan spiritual di atas, seorang Muslim kemudian membaca Al-Fatihah dengan penuh penghayatan, berdialog langsung dengan Allah SWT.
6. Surat Pendek (أَوْ سُورَةٌ قَصِيرَةٌ): Setelah Al-Fatihah, disunahkan membaca satu atau beberapa ayat dari surat lain dalam Al-Quran.
Rakaat Selanjutnya: Penyederhanaan dan Kontinuitas
Pada rakaat kedua, ketiga, dan keempat (jika ada), urutannya sedikit berbeda:
1. Takbir intiqal (تَكْبِيرُ الانْتِقَالِ): Takbir untuk berpindah dari satu posisi ke posisi lain (misalnya dari berdiri ke ruku').
2. Ta'awwudz: Mayoritas ulama berpendapat sunah membaca Ta'awwudz di setiap rakaat sebelum Al-Fatihah, meskipun ada juga yang berpendapat cukup di rakaat pertama.
3. Basmalah: Dibaca sebelum Al-Fatihah di setiap rakaat.
4. Surat Al-Fatihah: Wajib dibaca di setiap rakaat.
5. Surat Pendek: Umumnya disunahkan membaca surat pendek hanya pada dua rakaat pertama salat fardhu (misalnya Zhuhur, Ashar, Isya). Untuk rakaat ketiga dan keempat hanya Al-Fatihah.
Urutan ini menunjukkan sebuah proses spiritual yang logis: membersihkan hati dari gangguan (Istiftah), membangun perisai dari setan (Ta'awwudz), memulai dengan nama Allah yang penuh berkah (Basmalah), lalu kemudian berdialog dengan-Nya melalui firman-Nya (Al-Fatihah). Setiap langkah memiliki fungsi vital dalam menciptakan salat yang khusyuk dan bermakna.
Peran dan Manfaat Bacaan Pendahulu di Luar Salat
Meskipun pembahasan utama seringkali berpusat pada konteks salat, bacaan Ta'awwudz dan Basmalah juga memiliki peran yang sangat penting dan dianjurkan di luar salat, setiap kali seorang Muslim hendak membaca Al-Quran.
Sebelum Tilawah Al-Quran
Setiap kali hendak memulai membaca Al-Quran, baik itu membaca satu juz, beberapa lembar, atau bahkan hanya satu surat, disunahkan untuk membaca Ta'awwudz dan Basmalah.
1. Ta'awwudz: Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl: 98, perintah untuk membaca Ta'awwudz berlaku umum setiap kali seseorang ingin membaca Al-Quran. Ini berfungsi sebagai persiapan mental dan spiritual, membersihkan pikiran dari godaan setan yang mungkin menghalangi pemahaman atau mengurangi keberkahan bacaan. Ini membantu mencapai kekhusyukan dan fokus saat berinteraksi dengan Kalamullah.
2. Basmalah: Basmalah dibaca di awal setiap surat (kecuali At-Taubah). Jika memulai bacaan dari tengah surat, disunahkan membaca Ta'awwudz saja, tanpa Basmalah. Namun, jika memulai dari awal surat (selain At-Taubah), maka disunahkan membaca Basmalah setelah Ta'awwudz. Memulai dengan Basmalah adalah upaya mencari keberkahan, memohon pertolongan Allah, dan menegaskan bahwa bacaan tersebut dilakukan atas nama-Nya. Ini juga memperkuat niat bahwa aktivitas tilawah adalah ibadah murni kepada Allah.
Hikmah Umum dari Bacaan Ini di Luar Salat
- Menghormati Kalamullah: Memulai dengan Ta'awwudz dan Basmalah adalah bentuk penghormatan terhadap kemuliaan Al-Quran. Ini menunjukkan keseriusan dan adab seorang Muslim dalam berinteraksi dengan firman Allah.
- Meningkatkan Konsentrasi dan Pemahaman: Dengan mengusir bisikan setan (melalui Ta'awwudz) dan memohon berkah Allah (melalui Basmalah), pikiran akan lebih jernih dan hati lebih tenang, sehingga memudahkan pemahaman dan penghayatan makna-makna Al-Quran.
- Menjauhkan dari Kesalahan: Setan seringkali berusaha membisikkan keraguan atau bahkan mendorong pada kesalahan dalam membaca atau menafsirkan. Dengan perlindungan Allah, diharapkan pembaca terhindar dari hal tersebut.
- Mencari Keberkahan: Mengawali dengan Basmalah adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dalam setiap aktivitas, termasuk membaca Al-Quran. Keberkahan ini dapat berupa pemahaman yang lebih baik, pahala yang berlimpah, dan dampak positif dalam kehidupan.
- Mengikuti Sunah Nabi: Rasulullah ﷺ senantiasa memulai tilawahnya dengan bacaan-bacaan ini. Mengamalkannya adalah wujud cinta dan ketaatan kepada beliau, serta jaminan keberkahan dari Allah.
Maka, baik dalam salat maupun di luar salat, Ta'awwudz dan Basmalah adalah dua kunci penting yang membuka pintu keberkahan dan kekhusyukan saat berinteraksi dengan Al-Fatihah dan seluruh isi Al-Quran.
Kesalahan Umum dan Pertanyaan Seputar Bacaan Sebelum Al-Fatihah
Dalam praktik sehari-hari, seringkali muncul pertanyaan atau terjadi kesalahan terkait bacaan-bacaan ini. Memahami hal ini akan membantu kita untuk lebih menyempurnakan ibadah.
1. Meninggalkan Doa Istiftah
Pertanyaan: Apakah salat saya tidak sah jika saya tidak membaca doa Istiftah?
Jawaban: Salat tetap sah. Doa Istiftah hukumnya sunah, bukan wajib apalagi rukun. Meninggalkannya tidak membatalkan salat, namun Anda kehilangan pahala sunah yang besar. Sebaiknya biasakan membacanya untuk meraih keutamaan dan kekhusyukan yang lebih.
2. Meninggalkan Ta'awwudz
Pertanyaan: Bagaimana jika saya lupa membaca Ta'awwudz sebelum Al-Fatihah?
Jawaban: Seperti Istiftah, Ta'awwudz hukumnya sunah muakkadah (sangat ditekankan) bagi sebagian besar ulama, bukan wajib. Jadi, salat Anda tetap sah. Namun, membiasakannya akan memberikan perlindungan dari gangguan setan dan meningkatkan kualitas ibadah Anda.
3. Hukum Membaca Basmalah dalam Salat
Pertanyaan: Apakah Basmalah harus dibaca keras (jahr) atau pelan (sirr) dalam salat jahr (seperti Maghrib, Isya, Subuh)?
Jawaban: Ini adalah masalah khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama.
- Madzhab Syafi'i: Menganggap Basmalah adalah ayat dari Al-Fatihah, sehingga wajib dibaca secara jahr di salat jahr.
- Madzhab Hanafi & Hanbali: Menganggap Basmalah bukan bagian dari Al-Fatihah, namun sunah dibaca sirr (pelan) di setiap rakaat.
- Madzhab Maliki: Tidak disunahkan membaca Basmalah dalam salat fardhu, baik jahr maupun sirr, karena mereka tidak menganggapnya bagian dari Al-Fatihah dan tidak pula sebagai bacaan sunah di setiap rakaat.
Melihat adanya perbedaan ini, yang terpenting adalah mengikuti salah satu pendapat ulama yang sahih. Di Indonesia, mayoritas mengikuti Madzhab Syafi'i, sehingga lazimnya membaca Basmalah secara jahr di salat jahr.
4. Mengulang Bacaan
Pertanyaan: Jika saya membaca Al-Fatihah lalu jeda sebentar dan ingin membaca surat lain, apakah perlu mengulang Ta'awwudz dan Basmalah?
Jawaban: Jika jedanya singkat dan masih dalam konteks bacaan Al-Quran (misalnya langsung melanjutkan dengan surat lain), maka tidak perlu mengulang Ta'awwudz dan Basmalah. Cukup sekali di awal tilawah. Namun, jika jedanya lama, atau diselingi pembicaraan duniawi yang panjang, maka disunahkan untuk mengulang Ta'awwudz dan Basmalah saat hendak memulai kembali bacaan.
5. Keutamaan Membaca Semua Bacaan
Pertanyaan: Mengapa harus bersusah payah menghafal dan membaca semua bacaan ini jika sebagian besar hanya sunah?
Jawaban: Meskipun hukumnya sunah, namun bacaan-bacaan ini adalah sunah muakkadah (sangat ditekankan) dan merupakan bagian dari kesempurnaan ibadah. Keutamaan dan pahalanya besar. Ia membantu seorang Muslim mencapai tingkat kekhusyukan yang lebih tinggi, mendapatkan perlindungan dari setan, dan meraih keberkahan dari Allah. Meninggalkan sunah berarti kehilangan peluang pahala dan keberkahan yang mungkin bisa mengangkat derajat ibadah kita di sisi Allah. Setiap adab dalam Islam memiliki hikmah dan tujuan yang mulia.
Memahami poin-poin ini akan membantu Muslim untuk lebih yakin dan tenang dalam menjalankan ibadah, serta memotivasi untuk menyempurnakan setiap detilnya sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.
Kesimpulan: Kualitas Ibadah Dimulai dari Persiapan
Surat Al-Fatihah adalah inti dari salat dan gerbang menuju pemahaman Al-Quran. Namun, keagungan Al-Fatihah tidak dapat dicapai tanpa persiapan spiritual yang memadai. Bacaan-bacaan sebelum Al-Fatihah—mulai dari Doa Istiftah, Ta'awwudz, hingga Basmalah—bukanlah sekadar serangkaian kata yang diucapkan tanpa makna, melainkan fondasi spiritual yang kokoh untuk membangun kekhusyukan dan kesadaran dalam ibadah.
Setiap bacaan memiliki peran uniknya:
- Doa Istiftah: Membuka hati dengan pujian, pengagungan, dan permohonan ampunan kepada Allah, membersihkan jiwa dari kotoran duniawi.
- Ta'awwudz: Membangun perisai spiritual dari bisikan dan godaan setan yang selalu berusaha mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan kita saat berinteraksi dengan firman Allah. Ini adalah deklarasi ketergantungan kita kepada perlindungan Ilahi.
- Basmalah: Memulai setiap perbuatan baik dengan nama Allah, mencari keberkahan-Nya, dan menegaskan bahwa segala sesuatu adalah atas izin dan kehendak-Nya, khususnya dengan menyebut sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Mengamalkan bacaan-bacaan ini adalah bentuk ketaatan kepada sunah Nabi Muhammad ﷺ. Ini bukan hanya tentang memenuhi syarat formal, tetapi tentang meningkatkan kualitas dialog kita dengan Allah, mendalami makna setiap ayat, dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap sujud dan rukuk. Dengan persiapan yang matang ini, Al-Fatihah yang kita baca akan menjadi lebih dari sekadar rukun salat; ia akan menjadi munajat yang tulus, doa yang diterima, dan sumber kekuatan spiritual yang tak terbatas.
Mari kita tingkatkan perhatian kita pada setiap detail ibadah, termasuk bacaan-bacaan pendahulu ini. Dengan begitu, setiap salat dan setiap tilawah Al-Quran akan menjadi momen yang lebih berharga, penuh kekhusyukan, dan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersemangat dalam beribadah dan meraih kesempurnaan dalam setiap amalan.