Batuan beku (igneous rocks) adalah salah satu dari tiga kelompok batuan utama, terbentuk dari pendinginan dan pembekuan magma (di bawah permukaan bumi) atau lava (di permukaan bumi). Proses ini menghasilkan beragam tekstur dan komposisi mineral, tergantung pada kecepatan pendinginan dan lokasi pembentukannya. Memahami batuan beku sangat penting karena mereka memberikan wawasan langsung mengenai aktivitas internal Bumi.
Batuan beku umumnya diklasifikasikan berdasarkan dua kriteria utama: tekstur (ukuran butir kristal) dan komposisi kimia/mineralogi. Tekstur ditentukan oleh seberapa cepat magma mendingin. Pendinginan cepat menghasilkan kristal kecil (faneritik), sementara pendinginan sangat cepat (seperti lava yang menyentuh air) menghasilkan tekstur seperti kaca (afanitik atau vitreous).
Berikut adalah sepuluh jenis batuan beku yang sering ditemui dan dipelajari dalam geologi:
Granit adalah batuan intrusif (plutonik) yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Pendinginannya lambat, menghasilkan kristal besar (faneritik) yang mudah dilihat. Komposisinya kaya akan silika (felsik), didominasi oleh kuarsa dan feldspar. Granit sering digunakan sebagai batu konstruksi karena kekerasannya.
Basalt adalah batuan ekstrusif (vulkanik) yang paling umum di kerak samudra. Pendinginannya sangat cepat, sehingga kristalnya sangat halus (afanitik) atau bahkan tidak ada sama sekali. Batuan ini bersifat mafik, kaya akan besi dan magnesium, dan berwarna gelap.
Gabro adalah 'saudara' dari basalt tetapi terbentuk di bawah permukaan (intrusif). Teksturnya kasar (faneritik) dengan kristal yang jelas terlihat. Komposisi kimianya mirip dengan basalt, yaitu mafik dan kaya besi-magnesium, namun karena pendinginan yang lebih lambat, kristalnya lebih besar.
Dinamai berdasarkan Pegunungan Andes, andesit adalah batuan vulkanik dengan komposisi intermediet antara granit (felsik) dan basalt (mafik). Sering ditemukan di zona subduksi. Teksturnya umumnya afanitik, terkadang dengan fenokris (kristal besar yang 'mengambang' dalam matriks halus).
Diorit adalah batuan intrusif dengan komposisi intermediet. Jika dilihat sekilas, ia memiliki campuran kristal terang (seperti feldspar) dan gelap (seperti hornblende), memberikan tampilan seperti 'garam dan merica' yang khas.
Rhyolite adalah batuan ekstrusif yang merupakan pasangan dari granit. Ia memiliki komposisi kimia yang sangat kaya silika, tetapi mendingin dengan cepat di permukaan. Teksturnya halus (afanitik) dan biasanya berwarna abu-abu muda hingga merah muda.
Obsidian terbentuk ketika lava felsik (mirip rhyolite) mendingin begitu cepat sehingga atom-atom tidak sempat mengatur diri menjadi struktur kristal. Hasilnya adalah batuan vulkanik yang tampak seperti kaca hitam. Meskipun ekstrusif, ia diklasifikasikan berdasarkan tekstur vitreous-nya.
Pumice (batu apung) terbentuk dari lava yang kaya gas. Saat magma keluar ke permukaan, gas-gas tersebut terperangkap, menciptakan banyak rongga (vesikel) saat mendingin. Karena banyaknya rongga, pumice sangat ringan dan bahkan bisa mengapung di air.
Mirip dengan pumice, Scoria juga vesikular, tetapi berasal dari lava mafik (basaltic). Scoria memiliki lebih banyak besi dan magnesium, membuatnya berwarna gelap (merah tua hingga hitam) dan sedikit lebih padat daripada pumice.
Peridotit adalah batuan beku ultramafik yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral berat seperti olivin dan piroksen. Batuan ini sangat langka di permukaan karena sebagian besar batuan ini membentuk kerak mantel bumi. Ia terbentuk dari pendinginan magma yang sangat miskin silika.
Studi terhadap 10 jenis batuan beku ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai bagaimana energi panas dari interior Bumi memanifestasikan dirinya dalam bentuk material padat. Mulai dari batuan granit yang kokoh yang menyusun benua, hingga basalt yang membentuk dasar lautan, batuan beku adalah fondasi geologis planet kita.