Puisi Keberagaman Indonesia: Pelangi Nusantara

Bhinneka Tunggal Ika Indonesia

Indonesia, Zamrud Khatulistiwa, terbentang luas dari Sabang hingga Merauke, adalah mozaik hidup yang memesona. Di setiap jengkal tanahnya, terjalin kisah tentang perbedaan yang justru menjadi kekuatan. Ribuan pulau, ratusan suku, bahasa, adat istiadat, serta warisan budaya yang kaya raya, semuanya bersatu padu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberagaman ini bukanlah sekadar fakta geografis atau demografis semata, melainkan denyut nadi yang membuat negeri ini unik, kaya, dan tak ternilai harganya.

Dari ujung barat Aceh yang kental dengan nuansa Islami, hingga timur Papua dengan peradaban suku pedalamannya yang masih lestari. Di tengah pulau Jawa, tradisi keraton berpadu dengan geliat modernitas. Di Sulawesi, keelokan rumah adat Tongkonan berdiri kokoh, sementara di Kalimantan, kehidupan masyarakat adat beriringan dengan keindahan alam hutan tropisnya. Setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri, dari arsitektur rumah, busana adat, hingga jenis tarian dan musiknya. Semua ini adalah anugerah yang patut kita syukuri dan jaga bersama.

Keberagaman bukan berarti tanpa tantangan. Perbedaan latar belakang, keyakinan, dan cara pandang terkadang bisa menimbulkan gesekan. Namun, justru di sinilah esensi Pancasila teruji dan terbukti relevan. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan toleransi antarumat beragama. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menuntut kita untuk menghargai setiap individu tanpa memandang suku, ras, atau golongan. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, menegaskan bahwa perbedaan harus mampu disatukan dalam semangat kebangsaan. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mendorong dialog dan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menghendaki terciptanya kesetaraan dan kesejahteraan bagi semua.

Menjaga keberagaman berarti menumbuhkan rasa saling pengertian, saling menghormati, dan saling mencintai. Ini bukan sekadar slogan, melainkan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari dialog antarbudaya, perayaan hari besar keagamaan bersama, hingga kesediaan untuk belajar tentang budaya lain. Ketika kita membuka hati dan pikiran untuk memahami "yang lain", kita sebenarnya sedang memperkaya diri sendiri. Kita belajar bahwa dunia ini begitu luas, dan setiap sudutnya menyimpan keindahan yang berbeda.

Sebuah Puisi Bebas: Pelangi Keberagaman

Di bentang nusantara, mentari terbit,

Menyinari ragam rupa, berjuta menit.

Dari Sabang, angin berbisik syahdu,

Ke Merauke, ombak bergulir rindu.


Satu bahasa tak cukup merangkai cerita,

Ribuan lidah bicara, irama berbeda.

Batak, Jawa, Sunda, Melayu, dan aslinya,

Setiap suku punya denyut jiwa.


Budaya menari, dalam bingkai yang tak sama,

Tari Saman bergelora, Kecak memukau raga.

Rumah adat menjulang, simbol kearifan leluhur,

Topi adat menghias, kisah terukir luhur.


Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu,

Beribadah dalam damai, memupuk rukun selalu.

Lonceng gereja berdenting, adzan menggema syahdu,

Di satu bumi, satu tanah airku.


Bukan permusuhan yang tumbuh dari perbedaan,

Tapi kekuatan tersembunyi, persatuan terpandukan.

Bhinneka Tunggal Ika, bukan sekadar kata,

Tapi denyut nadi bangsa, membahana selamanya.


Mari kita jaga, pelangi ini terbentang,

Merajut harmoni, di tiap lekuk pandang.

Indonesia, negeri kaya, tiada tara,

Dalam keberagaman, cinta kan bersemi jua.

Keberagaman Indonesia adalah harta yang tak ternilai. Ia adalah kekuatan yang membuat kita berdiri tegak di tengah badai globalisasi, menjaga identitas bangsa yang unik di mata dunia. Memahami dan merayakan keberagaman adalah tanggung jawab kita bersama, sebagai pewaris dan penjaga kelangsungan negeri ini. Mari kita terus merawat tenun kebangsaan ini, agar tetap kuat, indah, dan tak terpisahkan.

🏠 Homepage