Alt Text: Ilustrasi matahari terbit yang melambangkan awal yang baru dan harapan setelah kegelapan.
Surat Ad-Dhuha, yang turun sebagai penenang hati Nabi Muhammad SAW ketika beliau mengalami masa-masa sulit dan jeda wahyu, merupakan janji ilahi tentang kasih sayang dan kepastian pertolongan Allah. Ayat-ayatnya yang indah berbicara tentang kenikmatan masa lalu ("Tidakkah Dia mendapati kamu seorang yatim, lalu Dia menampungmu?"), kenyamanan saat ini ("Dan Dia mendapati kamu dalam keadaan memerlukan, lalu Dia memberikan kecukupan."), dan harapan masa depan ("Dan Tuhanmu kelak pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga kamu menjadi puas."). Memahami makna surat ini adalah langkah pertama menuju amalan yang dianjurkan sesudah surat Ad-Dhuha dibaca atau diresapi.
Amalan paling populer dan langsung terkait dengan waktu surat ini adalah pelaksanaan Shalat Dhuha. Waktu Shalat Dhuha dimulai ketika matahari telah terbit agak tinggi (sekitar seperempat jam setelah terbit sempurna) hingga menjelang waktu Dzuhur. Pelaksanaan shalat ini, meskipun sunnah, sangat dianjurkan karena merupakan manifestasi nyata dari syukur kita atas penjagaan Allah di pagi hari.
Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan shalat ini, yang setara pahalanya dengan pahala haji dan umrah sempurna, jika dilakukan secara konsisten. Ini adalah cara praktis untuk merespon janji kecukupan yang Allah sebutkan dalam surat tersebut. Ketika kita memberikan sebagian waktu pagi kita untuk shalat, kita secara implisit menyatakan bahwa rezeki kita datang dari Sumber yang sama yang menjamin kecukupan bagi Nabi Muhammad SAW.
Surat Ad-Dhuha memberikan terapi psikologis Islami yang mendalam. Bagi mereka yang merasa kehilangan arah atau sedang menghadapi ujian hidup, ayat-ayat penutup surat ini adalah penawar. Amalan sesudah surat Ad-Dhuha dalam konteks ini adalah menginternalisasi janji tersebut ke dalam jiwa.
Ini berarti:
Amalan terbaik bukanlah yang dilakukan sekali dengan kemeriahan, tetapi yang dilakukan secara kontinu dengan keikhlasan. Spiritualitas yang dibangun sesudah surat Ad-Dhuha harus meluas ke seluruh aktivitas harian kita. Jika pagi hari kita buka dengan Ad-Dhuha dan shalatnya, maka sisa hari harus diisi dengan niat yang lurus dan kerja keras (ikhtiar) yang seimbang.
Kita diingatkan bahwa kebahagiaan sejati (sampai puas) adalah tujuan akhir yang dijanjikan. Tujuan ini hanya dapat dicapai jika kita tidak melupakan akar rahmat pagi itu. Membaca terjemahan surat ini setiap hari, bukan hanya menghafal teks Arabnya, akan membantu menjaga semangat syukur tetap menyala. Sikap ini mencegah kita menjadi sombong saat sukses dan putus asa saat gagal.
Surat Ad-Dhuha adalah pengingat abadi bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya dalam kegelapan, baik dalam kegelapan masa lalu maupun kegelapan ketidakpastian masa depan. Amalan yang tepat setelah mengalaminya adalah mengubah ketenangan batin yang didapat menjadi tindakan nyata: shalat Dhuha sebagai ibadah rutin, berbagi sebagai wujud syukur, dan keyakinan teguh bahwa hari esok pasti akan lebih baik karena janji Ilahi itu pasti terwujud. Dengan demikian, energi positif dari surat tersebut terus mengalir sepanjang hari.