Di ufuk timur, fajar merekah,
Merah putih terbentang gagah.
Jerit merdeka, bergema syahdu,
Menghapus duka, menyatukan kalbu.
Bukan hadiah, bukan cuma mimpi,
Ini karya, tetes darah dan mimpi.
Pekik semangat, membakar dada,
Lahir bangsa baru, jiwa merdeka.
Tujuh puluh tujuh tahun telah berlalu,
Warisan perjuangan tak pernah layu.
Mengukir sejarah, dengan tinta emas,
Semangat juang, abadi nan tegas.
Kini saatnya, kita berdiri teguh,
Jaga persatuan, rebutlah seluruh.
Bangun negeri, dengan karya nyata,
Demi ibu pertiwi, tercinta selamanya.
Kobarkan asa, padamkan ragu,
Terus melaju, demi Indonesia maju.
Kemerdekaan ini, hak segala bangsa,
Mari kita jaga, dengan segenap rasa.
Puisi ini mencoba merangkum esensi dari sebuah momen yang sakral bagi seluruh rakyat Indonesia: Kemerdekaan. Lima bait yang disajikan adalah potret perjalanan panjang, mulai dari pekik pertama kemerdekaan hingga panggilan untuk menjaga dan membangun bangsa di masa kini. Bait pertama menggambarkan momen awal kemerdekaan, di mana mentari baru terbit setelah kegelapan penjajahan, dan bendera Merah Putih menjadi simbol kebanggaan dan penyatuan kembali hati rakyat.
Bait kedua menekankan bahwa kemerdekaan bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah. Ia adalah hasil dari pengorbanan besar, perjuangan tanpa henti, dan tekad yang membara. Darah, keringat, dan air mata para pahlawan telah mewarnai perjuangan ini, melahirkan sebuah bangsa yang baru dan berdaulat.
Bait ketiga merefleksikan rentang waktu yang telah dilalui. Puluhan tahun sejak proklamasi, semangat para pejuang tetap membekas dan menjadi inspirasi. Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah kisah epik yang terukir dengan tinta emas, sebuah bukti keteguhan dan keberanian yang akan selalu dikenang.
Bait keempat merupakan seruan untuk generasi sekarang. Setelah mengenang jasa para pahlawan, tanggung jawab kini ada di pundak kita. Menjaga persatuan dan kesatuan menjadi kunci utama, serta membangun negeri dengan karya-karya nyata adalah bentuk pengabdian tertinggi kepada Ibu Pertiwi.
Terakhir, bait kelima memberikan penekanan pada semangat optimisme dan keberlanjutan. Mengobarkan harapan, menghilangkan keraguan, dan terus melangkah maju adalah pesan penting untuk mencapai Indonesia yang lebih baik. Kemerdekaan dipahami sebagai hak universal, yang harus terus dijaga dan dirawat dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawab.
Kemerdekaan adalah sebuah konsep yang multifaset. Lebih dari sekadar bebas dari penjajahan fisik, kemerdekaan sesungguhnya mencakup kemerdekaan berpikir, berpendapat, dan berekspresi. Ia adalah fondasi bagi terciptanya masyarakat yang adil, sejahtera, dan beradab. Puisi ini berupaya menyentuh aspek-aspek tersebut, mengingatkan kita akan nilai-nilai luhur yang diperjuangkan oleh para pendahulu.
Setiap bait dalam puisi ini adalah untaian kata yang diharapkan dapat membangkitkan rasa nasionalisme dan kecintaan pada tanah air. Membaca puisi kemerdekaan bukan hanya sekadar membaca karya sastra, tetapi juga sebuah bentuk penghormatan dan pengingat akan pengorbanan yang telah dilakukan. Melalui puisi, kita dapat merasakan kembali semangat perjuangan, merenungi arti kebebasan, dan merencanakan masa depan yang lebih gemilang.
Dalam era digital seperti sekarang, di mana informasi mengalir deras dan tantangan terus berkembang, menjaga semangat kemerdekaan menjadi semakin penting. Puisi ini hadir sebagai pengingat bahwa kemajuan bangsa tidak hanya diukur dari infrastruktur atau ekonomi, tetapi juga dari kekuatan karakter, persatuan, dan keutuhan moral generasi penerusnya. Kelima bait ini diharapkan dapat menjadi percikan inspirasi bagi setiap insan Indonesia untuk terus berkontribusi demi kemajuan negeri.