Kemerdekaan adalah anugerah terindah yang diperjuangkan dengan darah, keringat, dan air mata. Ia bukan sekadar sebuah tanggal di kalender, melainkan sebuah proses berkelanjutan untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan itu sendiri. Merayakan hari kemerdekaan tak hanya sekadar bersuka cita, tetapi juga merefleksikan makna di baliknya, meresapi nilai-nilai perjuangan para pahlawan, dan mengobarkan kembali semangat untuk terus membangun bangsa. Puisi ini hadir sebagai renungan singkat, merangkum tiga bait esensi kemerdekaan yang senantiasa bergaung di sanubari.
Mentari pagi merekah di ufuk timur, Menyinari tanah merdeka, saksi bisu gemuruh. Dari samudera penderitaan, bangkitlah semangat juang, Menghancurkan belenggu penjajah, merobek tirai yang terbentang. Bukan sekadar pidato, bukan pula harapan semu, Ini adalah keringat para pahlawan, darah para kusuma bangsa. Setiap jengkal tanah ini terukir sejarah, Tentang keberanian yang tak gentar, tentang cita-cita luhur.
Beragam suku, bahasa, dan budaya terjalin mesra, Bagai benang pelangi, satu dalam bingkai Bhinneka. Merah putih berkibar, lambang kebanggaan abadi, Menyatukan hati, menepis perpecahan yang menghantui. Kita adalah saudara, dalam satu rumah bernama Indonesia, Tanggung jawab menjaga integritas, panggilan jiwa bangsa. Tak ada lagi kata terpecah, hanya harmoni merajut asa, Demi negeri tercinta, satu padu kita setia.
Kini tugas kita menjaga, mengisi kemerdekaan ini, Dengan karya nyata, semangat pantang menyerah di hati. Pendidikan terbentang luas, ilmu pengetahuan membimbing, Membangun peradaban unggul, cita bangsa kita genggam. Generasi penerus berdiri, membawa obor semangat ke depan, Menjadi mercusuar dunia, mewujudkan mimpi jadi kenyataan. Teruslah berjuang, teruslah berkarya, wahai putra bangsa, Demi kejayaan abadi, tanah air tercinta, Indonesia Raya!
Puisi ini hanya secuil ungkapan rasa syukur dan harapan. Kemerdekaan adalah amanah. Marilah kita terus belajar, berkarya, dan bersatu padu demi Indonesia yang lebih baik. Jayalah negeriku!