Kehilangan seseorang yang kita cintai karena meninggal adalah salah satu cobaan terberat dalam hidup. Perasaan duka yang mendalam, kehampaan yang tak terlukiskan, dan kerinduan yang menusuk jiwa menjadi teman setia di hari-hari yang berlalu. Dunia terasa berubah menjadi kelabu, seolah sebagian dari diri kita ikut pergi bersama kepergian mereka.
Dalam kesendirian yang tiba-tiba, kita merenungi setiap kenangan, setiap tawa, setiap nasihat, dan setiap pelukan yang pernah terjalin. Foto-foto lama menjadi jendela untuk kembali bernostalgia, sementara benda-benda peninggalan mereka terasa begitu berharga, seakan mereka masih ada di dekat kita. Namun, kenyataan pahit harus dihadapi; mereka telah berpulang, meninggalkan jejak abadi di hati.
Proses berduka adalah perjalanan yang sangat pribadi. Tidak ada durasi waktu yang pasti untuk mengakhiri kesedihan. Ada kalanya kita merasa sedikit lebih baik, namun di saat lain, kesedihan itu datang lagi dengan kekuatan penuh. Kita belajar untuk hidup dengan rasa kehilangan, menemukan cara untuk terus maju sambil tetap menyimpan mereka di dalam ingatan dan hati.
Puisi sering kali menjadi sarana bagi jiwa yang terluka untuk mengekspresikan isi hati yang sulit diutarakan. Melalui rangkaian kata, rasa sakit, kerinduan, dan cinta yang mendalam dapat disalurkan. Puisi kehilangan seseorang karena meninggal bukan sekadar kumpulan kata, melainkan ungkapan dari kesedihan yang tulus, sebuah penghormatan kepada mereka yang telah pergi, dan sebuah pengingat bahwa cinta tak akan pernah padam oleh maut.
Derap langkahmu telah sirna,
Bayangmu kini samar di mata.
Tinggal sisa harum yang terucap,
Dalam sunyi malam, meratap.
Gelak tawamu, canda ria,
Kini hanya gema di relung jiwa.
Setiap sudut rumah bercerita,
Tentangmu yang takkan kembali ada.
Aku mencari wajahmu di langit senja,
Menyapa namamu dalam hening doa.
Rindu ini tak bertepi, memeluk dada,
Mengapa kau pergi begitu saja?
Namun, cinta tak mengenal batas jarak,
Ia terukir abadi, tak lekang oleh gerak.
Di setiap hembusan napas, kau ada,
Dalam kenangan, kau tetaplah ada.
Pergilah damai, kekasih hatiku,
Jejakmu tertinggal, takkan berlalu.
Semoga alam memelukmu dengan syahdu,
Hingga nanti, kita bertemu.
Kepergian mereka mengajarkan kita arti sebenarnya dari keabadian. Meskipun jasad mereka tak lagi bersama kita, esensi dari keberadaan mereka, pelajaran hidup yang diberikan, dan cinta yang telah mereka sebarkan akan terus hidup dalam diri kita. Menerima kenyataan ini memang berat, namun kita harus berusaha menemukan kekuatan untuk terus menjalani hidup, membawa semangat mereka di dalam hati.
Dalam setiap tangis, ada pelajaran tentang betapa berharganya setiap momen yang kita miliki. Dalam setiap doa, ada harapan agar mereka menemukan kedamaian di alam keabadian. Puisi-puisi semacam ini menjadi jembatan antara dunia yang fana dan dunia yang tak terperi, sebuah ungkapan betapa mendalamnya kita mencintai dan merindukan mereka yang telah kembali ke pangkuan Ilahi.