Kasih Ibu, anugerah terindah yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Setiap tetes keringatnya adalah penopang hidup, setiap doanya adalah perisai dari musibah. Namun, di balik senyumnya yang tulus, terkadang tersimpan luka yang tak terucap, duka yang hanya ia pendam dalam keheningan. Dalam balutan ajaran Islam yang mulia, mari kita renungkan bait-bait puisi yang mencoba menyentuh relung hati tergelap dari kerinduan dan penyesalan seorang anak, yang terpancar dari kedalaman kasih seorang ibu.
Mentari pagi kini tak lagi sama, Tanpa usapan lembut jemari bunda. Dulu, pelukanmu adalah segala asa, Kini, hanya bayangan yang tersisa di dada. Ya Allah, ampuni hamba yang lalai, Yang seringkali abai pada nasihat suci. Kuharap Engkau berikan sedikit saja, Kekuatan untuk menghapus air mata yang berderai.
"Wahai Rabbku, kasihanilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mengasihiku
di waktu kecil." (QS. Al-Isra: 24)
Ayat itu terngiang di telinga, namun seringkali terlupakan dalam hiruk pikuk dunia. Terkadang, kita lupa bahwa di usia senja, sosok ibu membutuhkan lebih dari sekadar materi. Mereka merindukan sentuhan, sapaan, dan kehadiran kita. Kesibukan seringkali menjadi alasan, namun adakah kesibukan yang lebih berharga daripada meraih ridha Allah melalui bakti kepada orang tua? Ibu yang dulu merawat kita dengan penuh kesabaran, kini mungkin merasa kesepian. Rindu akan perhatian yang dulu melimpah, kini terasa merayap perlahan.
Tiap kata kasar yang pernah terucap, Tiap durhaka yang dulu pernah terungkap. Kini menjadi duri yang menusuk kalbu, Membuat hati gelisah dan tak mampu. Ampuni hamba ya Tuhan semesta alam, Ijinkan hamba memohon rahmat-Mu yang dalam. Berikan kesempatan untuk menebus salah, Sebelum jemari tua itu tak lagi memegang erat.
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu.
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra: 23)
Bagaimana bisa kita luput dari ayat sejelas ini? Betapa seringnya kita merasa kesal, mengeluh, bahkan membentak ibu kita tanpa menyadari betapa dalamnya luka yang kita timbulkan. Dosa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. Menyesali adalah langkah awal, namun taubat yang sungguh-sungguh dan usaha memperbaiki diri adalah kunci utama. Memohon maaf secara tulus, menuruti segala kebaikannya, dan mendoakannya senantiasa, adalah cara kita menebus kesalahan yang telah lalu. Kehilangan ibu adalah kehilangan surga dunia, dan penyesalan tak berujung jika selama hidupnya kita hanya memberikan kekecewaan.
Ya Allah, jika Engkau tak izinkan lagi jumpa, Jadikanlah alam akhirat itu tempat istirahatnya. Sirami kuburnya dengan kasih sayang-Mu yang agung, Pertemukanlah kami di surga firdaus yang gemilang. Untuk setiap lelah dan air mata yang tercurah, Balaslah dengan nikmat yang tak terhingga, wahai Yang Maha Pengasih. Izinkan hamba mencium tangannya sekali lagi, Dalam mimpi indah yang membasuh hati.
Kisah cinta ibu takkan pernah berakhir, bahkan setelah ia berpulang. Kesedihan yang mendalam bagi seorang anak adalah menyadari bahwa ia tak lagi bisa membahagiakan ibunya di dunia. Doa adalah jembatan yang menghubungkan rindu, jembatan yang dapat terus mengalirkan pahala bagi almarhumah. Dari setiap helaan napas kita, dari setiap kebaikan yang kita lakukan, semoga sampai kepada ibu di alam sana. Ayat suci Al-Qur'an mengajarkan kita untuk senantiasa berbakti, bahkan setelah ia tiada. Mengingatnya dengan penuh kasih, mendoakannya tanpa henti, dan meneruskan kebaikan-kebaikannya adalah bentuk cinta abadi.
Puisi ibu sedih islami ini adalah pengingat bagi kita, anak-anak manusia, betapa berharganya anugerah seorang ibu. Jangan sampai penyesalan datang terlambat. Mari kita renungi, kita perbaiki, dan kita hadirkan kebahagiaan bagi ibu kita selagi mereka masih bersama kita. Sebab, surga itu berada di bawah telapak kaki ibu, sebuah pepatah yang sarat makna dan selalu relevan dalam kehidupan seorang Muslim.