Cinta yang pernah bersemi, kini hanya tinggal kenangan. Ada kalanya, dalam perjalanan hidup, kita menemui titik di mana rasa sesal itu hadir. Bukan hanya dari satu sisi, tapi mungkin juga dari mantan yang pernah singgah. Terkadang, kata-kata tak terucap, keputusan yang terburu-buru, atau ketidakpekaan hati, bisa menjadi akar dari penyesalan. Puisi berikut adalah upaya untuk menangkap nuansa perasaan tersebut, sebuah refleksi tentang kemungkinan rasa sesal yang mungkin dirasakan oleh mantan kekasih yang pernah ada.
Malam merangkak sunyi, bintang mulai berpendar,
Namun di relung hati, ada rindu yang terhampar.
Bukan rindu milikku, namun senandung lirih,
Tentang jejak yang terhapus, tentang pilihan yang perih.
Mungkin kau tak pernah menduga, akhir cerita akan begini.
Tawa yang dulu membahana, kini berganti hening sepi.
Kini di setiap sudut kota, kau temui bayanganku,
Mendekap erat erat, sisa-sisa waktu yang lalu.
Pernahkah terlintas di benakmu, akan hangatnya genggaman?
Suara yang menenangkan, di tengah badai kehidupan?
Mungkin dulu kau tak sadari, betapa berharganya ia,
Terlalu sibuk mengejar mimpi, hingga lupa esensi dunia.
Bila hari bergulir, dan malam tiba,
Apakah kau merenungi, segala yang telah sirna?
Merasakan getar yang hilang, di ruang hampa,
Dan bertanya-tanya, "Andai saja..." tanpa jeda.
Aku membayangkanmu, duduk sendiri di senja hari,
Menyibak album lama, memutar kembali memori.
Senyumku yang dulu tertawa, kini mungkin membuatmu pilu,
Mengingat tulusnya hati, yang pernah kau anggap semu.
Mungkin kau telah menemukan pelabuhan lain, yang lebih megah,
Namun terkadang, ada rasa rindu pada pantai yang dulu pernah singgah.
Pada rasa aman yang sederhana, pada tulusnya sebuah sapa,
Yang kini hanya bisa kau kenang, di antara riuh rendah dunia.
Penyesalan itu seperti bisikan angin, datang tanpa diundang.
Menyentuh relung terdalam, saat hati mulai merenung panjang.
Mungkin kau dulu menganggap, semua akan baik-baik saja,
Tanpa peduli luka yang kau cipta, tanpa sadar siapa yang kau sia-sia.
Kini mungkin kau sadar, tak semua bisa dibeli,
Tak semua bisa diganti, dengan janji-janji pelangi.
Ada hati yang tulus, ada cinta yang murni,
Dan bila itu kau sakiti, penyesalanlah yang kan menemani.
Puisi ini bukan untuk menyalahkan, bukan pula untuk merayakan.
Ini hanyalah sebuah renungan, tentang kemungkinan perasaan.
Tentang bagaimana sebuah hubungan, bisa meninggalkan bekas yang dalam,
Dan bagaimana rasa sesal, bisa tumbuh di sudut hati yang kelam.
Mungkin kau melihatku, telah melangkah jauh ke depan,
Menemukan bahagia yang hakiki, tanpa perlu lagi mencari pelarian.
Dan di saat itulah, mungkin kau akan terdiam,
Merasa ada yang hilang, ada ruang yang tak terpendam.
Biarlah waktu menjadi saksi, atas setiap pilihan yang telah terjalani.
Dan semoga, bagi siapa pun yang merasakannya, penyesalan ini,
Menjadi pelajaran berharga, untuk menghargai setiap kebaikan,
Dan tak pernah lagi menyakiti, cinta yang pernah diberikan.