Simbol klasik yang melambangkan kekuatan dan keberuntungan dalam budaya Tionghoa.
Permainan barongsai, sebuah seni pertunjukan tradisional Tionghoa yang memukau, bukan sekadar tarian biasa. Di balik gerakan dinamis dan kostumnya yang megah, tersimpan makna filosofis mendalam dan nilai-nilai budaya yang kaya. Barongsai secara harfiah berarti "singa Tiongkok", namun bentuknya lebih sering menyerupai naga atau binatang mitologis lainnya. Pertunjukan ini adalah bagian integral dari perayaan Imlek, festival penting lainnya, dan acara-acara istimewa di komunitas Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Sejarah permainan barongsai diperkirakan telah berusia ribuan tahun. Konon, tarian ini berasal dari masa Dinasti Han, sekitar 206 SM hingga 220 Masehi. Legenda mengatakan bahwa tarian ini awalnya diciptakan untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Sosok singa atau naga yang diperankan dalam barongsai dianggap sebagai penjaga yang kuat, mampu mengusir nasib buruk dan mendatangkan rezeki serta kemakmuran.
Dalam kepercayaan tradisional Tionghoa, barongsai memiliki kemampuan supranatural untuk menakut-nakuti roh jahat dan membawa energi positif. Oleh karena itu, tarian ini sering ditampilkan pada pembukaan bisnis baru, upacara keagamaan, dan acara-acara penting lainnya untuk memastikan kesuksesan dan perlindungan.
Secara umum, permainan barongsai dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu Barongsai Utara (Bei Shi) dan Barongsai Selatan (Nan Shi). Perbedaan utama terletak pada bentuk dan gaya tariannya.
Barongsai Utara biasanya memiliki penampilan yang lebih realistis, menyerupai singa asli. Bulunya lebih lebat dan warnanya sering kali cokelat atau kemerahan. Gerakan dalam Barongsai Utara cenderung lebih anggun, elegan, dan menggambarkan kelincahan seekor singa. Barongsai jenis ini sering dipentaskan dengan gerakan akrobatik yang membutuhkan ketangkasan tinggi, seperti melompat ke tiang-tiang tinggi.
Barongsai Selatan, di sisi lain, memiliki penampilan yang lebih artistik dan penuh warna. Bentuknya lebih menyerupai naga dengan tanduk dan kumis yang panjang. Warnanya sangat bervariasi, seperti merah, kuning, hijau, biru, dan putih, yang masing-masing memiliki makna simbolis tersendiri. Gerakan Barongsai Selatan cenderung lebih dinamis, kuat, dan ekspresif, sering kali disertai dengan suara genderang dan simbal yang menggebu-gebu. Barongsai Selatan inilah yang paling sering kita jumpai dalam berbagai perayaan.
Pembuatan kostum barongsai adalah sebuah seni yang membutuhkan keterampilan dan ketelitian tinggi. Kostum ini umumnya terdiri dari dua bagian utama: kepala dan badan. Kepala barongsai biasanya terbuat dari kerangka bambu yang dibentuk dan dilapisi dengan kertas warna-warni atau kain sutra. Mulutnya dapat digerakkan, dan matanya sering kali dilapisi dengan cermin kecil untuk memantulkan cahaya. Terdapat juga bagian untuk gigi dan lidah yang terbuat dari bahan yang lebih lunak.
Badan barongsai, yang juga terbuat dari kerangka bambu atau rotan, dilapisi dengan kain yang memiliki warna dan motif yang serasi dengan kepala. Jenggot dan ekornya yang panjang biasanya terbuat dari benang sutra atau bahan serupa. Desain setiap barongsai sangat unik, mencerminkan keberanian, kekuatan, dan keindahan. Proses pembuatannya bisa memakan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, tergantung pada kerumitan desainnya.
Sebuah pertunjukan barongsai profesional biasanya dibawakan oleh dua orang penari. Satu orang memegang dan menggerakkan kepala barongsai, sementara yang lainnya mengendalikan badan dan ekornya. Kekompakan antara kedua penari sangat krusial untuk menciptakan ilusi bahwa barongsai tersebut hidup dan bergerak dengan luwes. Mereka harus mampu berkoordinasi dengan sempurna, menciptakan gerakan yang mulus dan ekspresif, seolah-olah singa atau naga tersebut benar-benar bernapas dan merasakan emosi.
Iringan musik adalah elemen penting yang tidak terpisahkan dari permainan barongsai. Dentuman genderang yang bersemangat, dentingan simbal yang riuh, dan teriakan para penabuh menciptakan atmosfer yang penuh energi. Musik ini tidak hanya mengiringi gerakan para penari, tetapi juga memberikan isyarat untuk perubahan tempo dan gaya tarian. Terkadang, penari barongsai juga akan berinteraksi dengan penonton, meminta "angpau" yang biasanya diselipkan di dalam sebuah jeruk atau sayuran hijau. Menerima angpau ini dianggap sebagai tanda bahwa barongsai telah membawa keberuntungan.
Lebih dari sekadar pertunjukan hiburan, permainan barongsai memiliki makna simbolis yang mendalam. Tarian ini mengajarkan tentang pentingnya persatuan, kekompakan, dan kerja sama tim. Kesuksesan sebuah pertunjukan barongsai sangat bergantung pada harmonisasi gerakan kedua penari dan keharmonisan iringan musik. Filosofi ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga hingga lingkungan kerja.
Dalam konteks perayaan Imlek, barongsai menjadi simbol harapan akan tahun yang penuh dengan kemakmuran, kebahagiaan, dan kesuksesan. Kehadirannya diyakini dapat mengusir segala bentuk kesialan dan mendatangkan berkah. Permainan barongsai terus lestari dan menjadi daya tarik utama yang selalu dinanti, mengingatkan kita akan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.