Barongsai, tarian naga atau singa tradisional Tiongkok, merupakan salah satu seni pertunjukan yang paling dikenal dan dicintai. Kehadirannya selalu dinanti dalam perayaan Imlek, festival, dan acara penting lainnya. Di balik gemuruh genderang dan sorak-sorai penonton, terdapat proses pembuatan barongsai yang penuh detail dan keterampilan. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk pembuatan barongsai, mulai dari pemilihan bahan hingga sentuhan akhir yang membuatnya hidup.
Setiap barongsai dimulai dengan sebuah ide dan sketsa. Desainer akan menentukan bentuk, ukuran, warna, dan ekspresi wajah yang diinginkan. Barongsai umumnya terbagi menjadi dua bagian utama: kepala dan badan.
Kepala barongsai adalah bagian yang paling kompleks dan memakan waktu. Kerangka kepala biasanya dibuat dari bambu atau rotan yang kuat dan lentur. Pengerajin akan membentuk bambu atau rotan menjadi struktur dasar yang menyerupai tengkorak hewan. Bagian-bagian seperti moncong, alis, mata, dan tanduk dirangkai dengan hati-hati.
Badan barongsai lebih sederhana dibandingkan kepala. Kerangka badan dibuat dari bambu atau rotan yang disambung memanjang. Badan ini harus cukup ringan namun kuat untuk dapat digerakkan oleh penari. Biasanya, badan dilengkapi dengan tali-tali pengikat yang akan dikenakan oleh penari.
Setelah kerangka terbentuk, langkah selanjutnya adalah melapisi kerangka tersebut untuk membentuk permukaan barongsai yang solid dan siap dihias.
Metode paling umum adalah menggunakan lapisan kertas atau kain. Kertas khusus atau kain sutra seringkali dipilih karena sifatnya yang ringan, kuat, dan mudah diwarnai. Lem berbahan dasar tepung beras atau lem khusus lainnya digunakan untuk menempelkan lapisan-lapisan tersebut pada kerangka. Proses ini membutuhkan kesabaran untuk memastikan tidak ada gelembung udara dan permukaan yang rata.
Beberapa pengrajin juga menggunakan campuran tepung dan air (seperti papier-mâché) untuk memberikan ketebalan dan kekokohan ekstra pada lapisan. Bagian-bagian yang menonjol seperti tanduk atau surai kepala seringkali dibuat terpisah lalu ditempelkan setelah lapisan utama kering.
Inilah tahap di mana barongsai mulai menunjukkan karakternya. Pewarnaan dan dekorasi dilakukan dengan detail untuk memberikan kesan megah dan hidup.
Warna-warna cerah dan kontras menjadi ciri khas barongsai. Merah melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan, kuning atau emas melambangkan kemakmuran, hijau melambangkan kedamaian, sementara biru dan hitam sering digunakan untuk elemen tertentu yang membutuhkan kesan kuat.
Setelah warna dasar diaplikasikan, detail-detail halus ditambahkan. Ini bisa berupa lukisan pola rumit, penempelan payet, manik-manik, atau bahkan penggunaan bulu sintetis untuk surai dan ekor. Mata seringkali dicat dengan detail agar tampak ekspresif. Mulut barongsai yang dapat digerakkan juga dipasang dengan mekanisme yang memungkinkan penari mengendalikannya.
Ekor barongsai, yang biasanya panjang dan berumbai, juga dibuat dengan cermat. Terbuat dari kain atau benang berwarna-warni, ekor ini akan menambah keindahan gerakan barongsai.
Dalam pembuatan barongsai, berbagai material dan alat tradisional maupun modern digunakan:
Barongsai yang telah selesai membutuhkan perawatan agar tetap awet dan indah. Perawatan rutin meliputi membersihkan debu, memperbaiki bagian yang aus atau lepas, serta menjaga dari kelembaban yang berlebihan.
Pembuatan barongsai adalah perpaduan antara seni tradisional, keterampilan tangan, dan dedikasi. Setiap barongsai yang tercipta bukan hanya sekadar kostum pertunjukan, melainkan sebuah karya seni yang merepresentasikan semangat, keberuntungan, dan kebudayaan. Prosesnya yang rumit memastikan bahwa setiap detail diperhatikan, menghasilkan barongsai yang memukau dan hidup di setiap penampilannya.