Batuan beku (igneous rocks) adalah salah satu dari tiga jenis batuan utama di bumi, terbentuk melalui proses pendinginan dan pemadatan magma atau lava. Memahami klasifikasinya adalah kunci dalam studi geologi dan eksplorasi sumber daya alam.
Klasifikasi batuan beku umumnya didasarkan pada dua kriteria utama: lingkungan pembentukannya (tekstur) dan komposisi mineralogi (warna/kandungan silika). Dua kategori besar berdasarkan lingkungan pembentukan adalah batuan beku plutonik (intrusi) dan vulkanik (efusif).
Tekstur batuan beku sangat dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan magma. Semakin lambat pendinginan, semakin besar kesempatan kristal untuk tumbuh, menghasilkan tekstur faneritik (kasar). Sebaliknya, pendinginan cepat menghasilkan tekstur afanitik (halus) atau gelas.
Batuan ini terbentuk jauh di bawah permukaan bumi dari magma yang mendingin sangat lambat. Pendinginan yang lambat memungkinkan pembentukan kristal besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang (tekstur faneritik). Contoh utamanya adalah Granit dan Gabro.
Batuan ini terbentuk ketika lava mencapai permukaan bumi dan mendingin dengan cepat. Proses pendinginan yang cepat ini menghasilkan kristal kecil (tekstur afanitik) atau bahkan tidak ada kristal sama sekali (tekstur gelas).
Ilustrasi sederhana perbandingan batuan plutonik dan vulkanik.
Komposisi batuan beku didominasi oleh mineral silikat. Klasifikasi kimia paling umum didasarkan pada kandungan silika (SiO2). Kandungan silika ini berkorelasi erat dengan warna batuan dan jenis mineral dominan.
Memiliki kandungan silika tinggi (di atas 66%) dan kaya akan mineral ringan (Feldspar dan Kuarsa). Batuan ini cenderung berwarna terang (leukokratik).
Memiliki kandungan silika antara 52% hingga 66%. Komposisinya seimbang antara mineral felsik dan mafik.
Memiliki kandungan silika rendah (45% hingga 52%) dan kaya akan mineral berat yang mengandung Besi dan Magnesium (Mafik). Batuan ini berwarna gelap (melanokratik).
Kandungan silika sangat rendah (di bawah 45%). Batuan ini hampir seluruhnya terdiri dari mineral mafik (seperti Olivin dan Piroksen) dan sangat jarang ditemukan di permukaan bumi.
Pengelompokan batuan beku membantu geolog dalam beberapa aspek penting. Pertama, dalam interpretasi sejarah geologi suatu area; batuan plutonik mengindikasikan aktivitas tektonik bawah permukaan yang lama, sementara batuan vulkanik menunjukkan erupsi eksplosif atau efusif di masa lampau.
Kedua, dalam eksplorasi sumber daya. Batuan felsik seperti Granit sering menjadi indikator adanya potensi mineral hidrotermal yang mengandung emas atau timah. Sebaliknya, batuan mafik seperti Basalt sangat penting dalam pemahaman sifat dasar kerak samudra.
Ketiga, dalam bidang teknik sipil. Sifat fisik batuan—kekerasan, porositas, dan ketahanan terhadap pelapukan—sangat bergantung pada tekstur dan komposisi mineraloginya. Misalnya, Basalt yang padat sering digunakan sebagai agregat konstruksi karena kekuatannya.
Secara ringkas, sistem pembagian batuan beku (berdasarkan tekstur dan komposisi) menyediakan kerangka kerja universal yang memungkinkan komunikasi ilmiah yang efektif di seluruh dunia mengenai asal-usul dan sifat-sifat material pembentuk kerak bumi.