Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, masih ada denyut nadi tradisi yang kuat yang terus dihidupi oleh masyarakat. Salah satunya adalah seni membuat barongan. Barongan, sebuah manifestasi seni pertunjukan rakyat yang kaya akan nilai filosofis, historis, dan spiritual, tak lepas dari peran tangan-tangan terampil yang merajutnya menjadi sebuah mahakarya. Proses pembuatan barongan bukan sekadar kegiatan kerajinan, melainkan sebuah ritual panjang yang sarat makna, melibatkan dedikasi, kesabaran, dan pemahaman mendalam tentang budaya lokal.
Barongan adalah topeng besar yang biasanya digunakan dalam pertunjukan kesenian rakyat, seringkali di Jawa Timur dan beberapa daerah lain di Indonesia. Bentuknya yang unik, menyerupai binatang buas atau makhluk mitologi dengan ekspresi yang garang, menjadikannya ikon tersendiri dalam jagat seni pertunjukan tradisional. Keberadaan barongan sendiri memiliki makna simbolis yang mendalam. Ia seringkali merepresentasikan kekuatan, keberanian, penolakan terhadap kejahatan, atau bahkan menjadi media untuk berkomunikasi dengan dunia spiritual. Oleh karena itu, setiap detail dalam pembuatannya harus dilakukan dengan penuh perhatian.
Proses awal pembuatan barongan biasanya dimulai dengan pemilihan material. Kayu jati atau kayu lain yang memiliki serat kuat dan mudah dibentuk seringkali menjadi pilihan utama. Para pengrajin akan teliti dalam memilih kayu yang tidak rapuh dan bebas dari rayap. Setelah mendapatkan kayu yang sesuai, tahap selanjutnya adalah memahat. Ini adalah bagian paling krusial yang membutuhkan keahlian tinggi. Tangan-tangan terampil ini dengan lincah menggoreskan pahat, membentuk sosok dasar barongan. Wajah yang garang, taring yang tajam, dan mata yang melotot adalah ciri khas yang harus diciptakan.
Setiap pahatan memiliki cerita. Seseorang yang membuat barongan seringkali mewarisi teknik turun-temurun dari generasi sebelumnya. Mereka belajar tidak hanya tentang bentuk fisik, tetapi juga tentang filosofi di balik setiap ukiran. Misalnya, bentuk surai yang menjuntai bisa merepresentasikan kekuatan alam, sementara warna yang digunakan dapat memiliki makna spiritual tersendiri. Tidak jarang, proses memahat ini memakan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, tergantung pada kerumitan desain dan ketersediaan waktu sang pengrajin.
Setelah bentuk dasar barongan selesai dipahat, proses selanjutnya adalah memberikan "jiwa" pada karya tersebut. Tahap ini melibatkan pewarnaan dan pemasangan detail lainnya. Warna-warna cerah seperti merah, hitam, putih, dan kuning biasanya mendominasi. Masing-masing warna memiliki interpretasinya sendiri. Merah bisa melambangkan keberanian atau amarah, hitam menunjukkan kegelapan atau kekuatan yang terkendali, putih melambangkan kesucian, dan kuning bisa berarti kemuliaan atau keagungan.
Bulu-bulu yang terbuat dari ijuk atau serat sintetis akan dipasang dengan rapi untuk membentuk surai yang mengesankan. Gading atau tanduk, yang seringkali terbuat dari tanduk kerbau asli atau bahan imitasi, ditambahkan untuk menambah kesan seram dan gagah. Kadang-kadang, cermin kecil juga disematkan di bagian mata untuk memberikan efek pantulan cahaya yang dramatis saat pertunjukan. Tidak lupa, bagian dalam barongan dibuat agar nyaman dipakai oleh penari, dengan mempertimbangkan ruang gerak dan ventilasi.
Seni membuat barongan bukan hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang dedikasi terhadap pelestarian budaya. Para pengrajin ini seringkali bekerja tanpa pamrih, hanya didorong oleh kecintaan pada warisan leluhur. Mereka adalah penjaga tradisi yang memastikan bahwa seni barongan tidak hanya lestari, tetapi juga terus berkembang. Setiap barongan yang tercipta adalah bukti nyata dari kekayaan budaya Indonesia yang harus kita banggakan dan jaga.
Keberadaan barongan yang semakin populer di berbagai acara budaya dan festival menunjukkan bahwa seni ini masih relevan dan terus dicintai oleh masyarakat. Di balik setiap gerakan tarian barongan yang memukau, ada cerita panjang tentang tangan-tangan yang tanpa lelah membentuk kayu menjadi sebuah entitas yang hidup, membawa pesan dan nilai-nilai luhur dari masa lalu untuk masa kini dan masa mendatang.