Barongsai, tarian tradisional Tiongkok yang penuh warna dan energi, seringkali diasosiasikan dengan perayaan, keberuntungan, dan kegembiraan. Namun, di balik setiap penampilan barongsai yang memukau, tersembunyi sebuah tradisi kuliner yang tak kalah menarik. Makanan barongsai, dalam konteks ini, merujuk pada hidangan yang lazim disajikan atau dinikmati di sekitar perayaan yang melibatkan pertunjukan barongsai, terutama saat Imlek atau acara-acara penting lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa "makanan barongsai" bukanlah nama spesifik untuk satu jenis hidangan tunggal. Istilah ini lebih mencakup aneka ragam makanan yang memiliki makna simbolis atau kebiasaan kuliner yang erat kaitannya dengan suasana perayaan barongsai. Makanan-makanan ini sering kali dipilih karena namanya yang memiliki pengucapan serupa dengan kata-kata keberuntungan, kemakmuran, dan kebahagiaan dalam bahasa Tiongkok, atau karena bentuk dan warnanya yang melambangkan hal-hal positif.
Salah satu makanan yang paling ikonik dan sering hadir di perayaan yang melibatkan barongsai adalah Kue Keranjang atau Nian Gao. Kue ini terbuat dari tepung ketan yang kenyal dan legit, memiliki rasa manis yang khas. Nama 'Nian Gao' dalam bahasa Mandarin berarti 'kue tahunan' atau 'tingkat demi tingkat', yang menyimbolkan harapan agar rezeki dan keberuntungan dapat meningkat setingkat demi setingkat di tahun yang baru. Bentuknya yang bulat seringkali melambangkan keutuhan dan keharmonisan keluarga. Saat Imlek, kue keranjang ini sering dijadikan seserahan atau hidangan penutup yang wajib ada.
Kue Keranjang: Simbol Kemakmuran dan Kemajuan.
Pangsit: Melambangkan Kekayaan dan Kelimpahan.
Bebek Peking: Kehormatan dan Kemakmuran.
Selain kue keranjang, hidangan lain yang seringkali menghiasi meja makan saat perayaan barongsai adalah pangsit atau Jiaozi. Bentuk pangsit yang menyerupai uang emas kuno Tiongkok (yuanbao) menjadikannya simbol kekayaan dan kemakmuran. Tradisi membuat dan menyantap pangsit bersama keluarga saat Imlek juga memperkuat makna kebersamaan dan kehangatan.
Dalam konteks perayaan yang lebih luas, hidangan utama seperti Bebek Peking juga sering disajikan. Bebek melambangkan kesetiaan dan kelimpahan. Kulitnya yang renyah dan dagingnya yang gurih membuat hidangan ini menjadi favorit banyak orang, melambangkan kemakmuran yang melimpah ruah.
Tak ketinggalan, Ikan Utuh (Yu) juga memiliki makna penting. Dalam bahasa Mandarin, 'ikan' terdengar seperti 'berlebih' atau 'berkelimpahan'. Menyajikan ikan utuh melambangkan harapan agar rezeki selalu berlimpah sepanjang tahun. Ikan biasanya dimasak dengan cara dikukus atau digoreng dan disajikan dengan kepala dan ekornya tetap utuh, menandakan permulaan dan akhir yang baik.
Sayuran hijau seperti Choy Sum atau sawi hijau juga memiliki tempat tersendiri. Namanya dalam bahasa Tiongkok terdengar seperti 'kekayaan' atau 'emas', sehingga melambangkan pertumbuhan kekayaan.
Minuman seperti teh juga menjadi pelengkap yang tak terpisahkan, melambangkan kehangatan dan keramahan. Kadang-kadang, permen atau kudapan manis lainnya juga disajikan, menyimbolkan awal tahun yang manis.
Suasana pertunjukan barongsai yang meriah seringkali dibarengi dengan riuh rendah suara petasan dan dentuman genderang. Di tengah kemeriahan tersebut, menikmati hidangan-hidangan penuh makna ini semakin menambah kekayaan budaya yang terpancar. Makanan barongsai bukan sekadar pengisi perut, melainkan perwujudan doa dan harapan akan kehidupan yang lebih baik, penuh keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran bagi semua.
Setiap gigitan dari hidangan-hidangan ini adalah pengingat akan tradisi yang kuat dan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun. Jadi, ketika Anda menyaksikan tarian barongsai yang memukau, ingatlah bahwa di balik itu ada cerita kuliner yang lezat dan penuh makna.