Ketika Jenggala Pecah: Kroasia dan Slovenia Melepaskan Diri dari Yugoslavia

DIV

Simbol persatuan yang terpecah.

Akhir abad ke-20 menandai era transformasi besar di Eropa Timur. Runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet membuka jalan bagi gelombang kemerdekaan di berbagai negara yang sebelumnya berada di bawah pengaruh komunisme. Salah satu pecahan yang paling dramatis dan berdarah terjadi di Semenanjung Balkan, yaitu disintegrasi Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Di antara enam republik konstituen Yugoslavia, Kroasia dan Slovenia menjadi yang pertama kali mengambil langkah tegas untuk memisahkan diri, memicu serangkaian peristiwa yang akan mengubah peta geopolitik kawasan tersebut secara permanen.

Akar Perselisihan dan Tanda-tanda Perpecahan

Yugoslavia, yang didirikan setelah Perang Dunia II, adalah sebuah negara yang dibentuk dari keragaman etnis, agama, dan budaya yang luar biasa. Dipimpin oleh Josip Broz Tito, negara ini berhasil menjaga stabilitas dengan kebijakan represif terhadap nasionalisme dan penekanan pada identitas "Yugoslav" bersama. Namun, setelah kematian Tito pada tahun 1980, fondasi negara mulai retak. Ketidakstabilan ekonomi, meningkatnya nasionalisme di masing-masing republik, dan kebangkitan sentimen etnis menjadi faktor pendorong utama ketegangan.

Di Slovenia, yang merupakan republik terkaya dan paling barat di Yugoslavia, aspirasi untuk otonomi yang lebih besar telah tumbuh sejak lama. Penduduknya memiliki bahasa dan budaya yang berbeda secara signifikan dari mayoritas Slavia Selatan lainnya. Mereka memandang sistem federal yang didominasi oleh Serbia sebagai hambatan bagi kemajuan ekonomi dan politik mereka. Ketidakpuasan ini semakin memuncak pada akhir 1980-an, dengan munculnya berbagai gerakan oposisi dan tuntutan reformasi.

Sementara itu, Kroasia, dengan populasi etnis Kroasia yang signifikan, juga merasakan ketidakpuasan yang serupa. Pengaruh Serbia yang semakin dominan dalam pemerintahan federal dan retorika nasionalis yang meningkat dari Beograd menimbulkan kekhawatiran besar bagi minoritas Serbia di Kroasia dan juga bagi mayoritas Kroasia sendiri. Ketakutan akan dominasi Serbia menjadi katalisator kuat bagi keinginan untuk berdaulat.

Deklarasi Kemerdekaan dan Respons

Peristiwa krusial terjadi pada 25 Juni 1991. Parlemen Kroasia dan Slovenia secara bersamaan mengumumkan deklarasi kemerdekaan dari Yugoslavia. Langkah ini disambut dengan euforia di kedua negara, namun juga menimbulkan reaksi keras dari pemerintah federal di Beograd, yang masih didominasi oleh Serbia dan Montenegro. Pemerintah federal menganggap deklarasi ini sebagai tindakan pemberontakan dan berusaha untuk mempertahankan keutuhan Yugoslavia dengan segala cara.

Dalam beberapa hari setelah deklarasi, Tentara Rakyat Yugoslavia (JNA) dikerahkan ke Slovenia untuk menegakkan otoritas federal. Namun, perlawanan dari pasukan pertahanan teritorial Slovenia, yang didukung oleh masyarakat umum, terbukti lebih efektif daripada yang diperkirakan. Pertempuran singkat, yang dikenal sebagai Perang Sepuluh Hari, berakhir dengan kemenangan Slovenia. Tentara federal akhirnya menarik diri setelah mendapatkan jaminan dari komunitas internasional, termasuk Uni Eropa, bahwa proses negosiasi akan segera dimulai.

Situasi di Kroasia berbeda. Meskipun Slovenia berhasil memenangkan kemerdekaannya dengan relatif cepat, perang di Kroasia jauh lebih brutal dan berkepanjangan. Tentara federal dan milisi Serbia di Kroasia melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota-kota Kroasia, termasuk Vukovar dan Dubrovnik, yang menyebabkan kehancuran luas dan korban jiwa yang banyak. Perang Kemerdekaan Kroasia berlangsung hingga tahun 1995, meninggalkan luka mendalam dan menghancurkan infrastruktur negara.

Dampak dan Warisan

Kemerdekaan Kroasia dan Slovenia merupakan titik balik sejarah yang signifikan, tidak hanya bagi kawasan Balkan tetapi juga bagi Eropa secara keseluruhan. Ini adalah contoh pertama dari disintegrasi sebuah negara komunis pasca-Perang Dingin yang berhasil, meskipun dengan harga yang mahal. Kedua negara tersebut kemudian melanjutkan jalan mereka sebagai negara merdeka, membangun kembali masyarakat dan ekonomi mereka.

Slovenia bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2004 dan Zona Euro pada tahun 2007, menjadi simbol keberhasilan transisi demokratis dan ekonomi. Kroasia juga bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2013, mengukuhkan posisinya sebagai negara Eropa yang berdaulat. Peristiwa ini juga menjadi preseden bagi republik-republik Yugoslavia lainnya seperti Bosnia dan Herzegovina, Makedonia, Montenegro, dan akhirnya Kosovo, yang juga berjuang untuk kemerdekaannya di tengah gejolak perang dan negosiasi yang kompleks.

Kisah Kroasia dan Slovenia melepaskan diri dari Yugoslavia adalah pengingat akan kekuatan nasionalisme, kompleksitas identitas multikultural, dan seringkali, konsekuensi mengerikan dari kegagalan untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat yang berbeda. Perjuangan mereka untuk kemerdekaan menandai akhir dari sebuah era dan awal dari babak baru dalam sejarah Balkan dan Eropa.

🏠 Homepage