Simbol perubahan arah yang dinamis.
Frasa "kata-kata makin kesini makin kesana" kerap terdengar dalam percakapan sehari-hari. Ia menjadi semacam ungkapan kuno yang sarat makna, merujuk pada fenomena di mana arah atau tujuan dari suatu pembicaraan, tindakan, atau bahkan situasi, terasa semakin berbelok dan tidak lagi lurus seperti yang diharapkan semula. Fenomena ini bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ranah personal, sosial, hingga profesional.
Dalam konteks komunikasi, frasa ini seringkali menggambarkan situasi ketika sebuah diskusi yang tadinya fokus pada satu topik tertentu, tiba-tiba melenceng ke arah lain yang tidak terduga. Seseorang mungkin memulai percakapan tentang rencana liburan, namun entah bagaimana, diskusi itu berputar hingga membahas masalah politik negara, atau keluhan tentang tetangga. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya fokus pembicara, adanya informasi baru yang muncul, atau sekadar kecenderungan alamiah pikiran manusia yang terkadang melompat dari satu ide ke ide lain.
Dulu, ketika informasi mengalir lebih lambat dan sumbernya terbatas, komunikasi cenderung lebih terarah. Surat membutuhkan waktu untuk sampai, televisi menyajikan berita yang sudah terkurasi, dan radio memiliki jadwal siaran yang tetap. Namun, era digital telah mengubah segalanya. Internet, media sosial, dan aplikasi pesan instan memungkinkan arus informasi yang begitu deras dan tak terkendali. Dalam pusaran informasi ini, wajar jika terkadang kita merasa "kata-kata makin kesini makin kesana."
Misalnya, sebuah berita viral di media sosial bisa memicu diskusi panjang yang awalnya hanya soal fakta kejadian, namun kemudian berkembang menjadi perdebatan sengit tentang motif pelaku, kebijakan pemerintah terkait, hingga akhirnya menyerempet ke isu-isu sosial yang lebih luas. Informasi yang saling terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, membuka banyak cabang diskusi, sehingga sulit untuk tetap berada pada satu jalur. Kecepatan penyebaran informasi juga memperparah kondisi ini. Sebelum kita sempat mencerna satu informasi, sudah ada puluhan informasi baru yang datang, masing-masing membawa potensi percabangan diskusi.
Tidak hanya dalam komunikasi formal atau diskusi publik, frasa ini juga relevan dalam hubungan antarmanusia. Seringkali, sebuah masalah kecil yang dipermasalahkan bisa berkembang menjadi isu yang jauh lebih besar dan kompleks jika tidak ditangani dengan baik. Komunikasi yang "makin kesini makin kesana" dalam konteks ini bisa berarti kesalahpahaman yang berlanjut, tuduhan yang tidak berdasar, atau pengungkitan masalah-masalah lama yang seharusnya sudah terselesaikan.
Contohnya, pertengkaran antara pasangan yang bermula dari hal sepele seperti lupa mematikan lampu. Alih-alih menyelesaikan masalah itu dengan cepat, obrolan bisa berlanjut ke keluhan tentang kebiasaan buruk lain, lalu mengingat kembali kesalahan di masa lalu, hingga akhirnya menjadi perdebatan tentang inti hubungan mereka. Di sini, emosi dan ego seringkali berperan besar dalam membuat percakapan semakin menjauh dari akar permasalahan.
"Ketika percakapan mulai melenceng, ingatlah tujuan awal. Jika perlu, ambil jeda sejenak untuk mengembalikan fokus."
Menghadapi situasi di mana "kata-kata makin kesini makin kesana" bisa terasa melelahkan. Namun, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasinya, baik dalam percakapan maupun dalam menghadapi situasi kehidupan yang terasa berbelit-belit.
Pertama, pentingnya menjaga fokus. Dalam berkomunikasi, baik sebagai pembicara maupun pendengar, cobalah untuk tetap berpegang pada topik utama. Jika ada pertanyaan atau komentar yang mengarah ke luar topik, kembalikan percakapan dengan sopan. Misalnya, "Itu topik yang menarik, tapi mari kita fokus dulu pada..."
Kedua, kelola ekspektasi. Sadarilah bahwa tidak semua percakapan atau situasi akan berjalan lurus. Terkadang, percabangan adalah hal yang wajar terjadi, terutama dalam diskusi yang kompleks. yang terpenting adalah bagaimana kita mengelolanya.
Ketiga, gunakan teknik klarifikasi. Jika Anda merasa percakapan sudah terlalu jauh atau membingungkan, jangan ragu untuk bertanya dan mengklarifikasi. "Apa yang sebenarnya ingin Anda sampaikan?" atau "Jadi, poin utamanya adalah...?" Pertanyaan semacam ini bisa membantu membawa kembali alur diskusi ke jalur yang seharusnya.
Keempat, sadari kapan harus mengakhiri atau mengalihkan pembicaraan. Jika sebuah diskusi sudah jelas tidak akan mencapai kesepakatan atau malah memicu konflik yang tidak perlu, terkadang lebih baik untuk mengakhirinya dengan damai. Cari waktu lain atau cari solusi yang lebih konstruktif.
Frasa "kata-kata makin kesini makin kesana" adalah pengingat akan sifat dinamis dan terkadang tak terduga dari percakapan, tindakan, dan perjalanan hidup itu sendiri. Di era yang serba cepat dan kompleks ini, kemampuan untuk menjaga fokus, beradaptasi, dan mengelola arah pembicaraan menjadi semakin penting. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, kita dapat menavigasi arus informasi dan interaksi yang seringkali berliku, menuju pemahaman yang lebih baik dan tujuan yang lebih jelas.