Ketika berbicara tentang sepak bola di Kalimantan Selatan, satu nama yang selalu bergema kuat adalah Barito Putera. Klub sepak bola kebanggaan Bumi Antasari ini tidak hanya memiliki sejarah panjang yang membanggakan, tetapi juga memiliki "kandang" yang menjadi saksi bisu perjuangan para pemainnya. Istilah "Kandang Barito" merujuk pada markas utama tim, yang kini dikenal dengan nama Stadion Demang Lehman. Stadion ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan sebuah monumen hidup yang merekam setiap gol, setiap kemenangan, dan setiap momen emosional yang dirasakan oleh Barito Putera dan para pendukung setianya.
Stadion Demang Lehman memiliki sejarah yang terjalin erat dengan perkembangan sepak bola di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Sejak awal berdirinya klub Barito Putera, stadion ini telah menjadi arena utama pertandingan kandang mereka. Seiring berjalannya waktu, stadion ini telah mengalami berbagai renovasi dan pengembangan untuk memenuhi standar yang lebih baik. Perubahan ini tidak hanya pada kapasitas penonton, tetapi juga pada kualitas lapangan, fasilitas pendukung, hingga infrastruktur di sekitarnya. Setiap perubahan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pemain saat bertanding dan bagi para suporter yang hadir menyaksikan.
Nama Demang Lehman sendiri dipilih untuk menghormati salah satu tokoh penting dalam sejarah Banjar, yang memiliki peran dalam menginspirasi semangat perjuangan dan kebanggaan. Pemberian nama ini semakin memperkuat identitas stadion sebagai simbol kebanggaan lokal, seiring dengan identitas Barito Putera sebagai wakil daerah. Evolusi stadion dari masa ke masa mencerminkan perkembangan olahraga sepak bola di Indonesia, di mana fasilitas yang memadai menjadi salah satu kunci kemajuan sebuah tim.
Bagi para BaritoMania, julukan untuk para pendukung setia Barito Putera, Stadion Demang Lehman memiliki makna yang sangat mendalam. Ini adalah tempat di mana mereka berkumpul, menyanyikan yel-yel penyemangat, membentangkan spanduk kreasi, dan merasakan atmosfer pertandingan yang luar biasa. Keriuhan suara, warna-warni syal, dan semangat juang yang terpancar dari tribun menjadi energi tambahan bagi para pemain di lapangan. Kandang Barito bukan hanya tempat untuk menonton pertandingan, melainkan sebuah ruang komunal di mana rasa persaudaraan antar suporter terjalin erat.
Pertandingan kandang di Stadion Demang Lehman seringkali menjadi ajang pembuktian bagi tim untuk meraih poin penuh. Dukungan penuh dari ribuan penonton menciptakan atmosfer yang intimidatif bagi tim tamu, sekaligus memberikan kepercayaan diri yang besar bagi skuad Barito Putera. Setiap pertandingan yang dimainkan di sini adalah sebuah ritual kebersamaan, perayaan kecintaan pada satu tim, dan ekspresi dukungan tanpa henti. Momen-momen tak terlupakan, baik saat suka maupun duka, semuanya terukir di dinding-dinding stadion ini.
Stadion Demang Lehman memegang peranan krusial dalam mendukung performa Barito Putera. Faktor keakraban dengan lapangan, dukungan dari tribun yang penuh, dan adaptasi dengan lingkungan sekitar seringkali menjadi keuntungan tersendiri bagi tim tuan rumah. Pengalaman bermain di kandang sendiri yang nyaman dan didukung fasilitas yang memadai dapat membantu pemain tampil lebih optimal. Selain itu, kondisi lapangan yang terawat dengan baik sangat penting untuk kelancaran permainan strategi tim.
Pengembangan dan pemeliharaan Stadion Demang Lehman menjadi tanggung jawab bersama, baik dari pihak pengelola, klub, maupun pemerintah daerah. Investasi dalam infrastruktur stadion yang baik tidak hanya berdampak positif pada tim sepak bola itu sendiri, tetapi juga dapat meningkatkan citra daerah, menarik minat wisatawan, dan menjadi pusat kegiatan olahraga bagi masyarakat luas. Dengan demikian, Kandang Barito, Stadion Demang Lehman, terus bertransformasi menjadi lebih dari sekadar stadion; ia adalah jantung kebanggaan, simbol identitas, dan medan perjuangan bagi Barito Putera.