Di antara kekayaan mineral Nusantara, terdapat satu batu permata yang selalu berhasil mencuri perhatian para kolektor dan peminat batu mulia: Kalimaya Bunglon. Dikenal juga sebagai Black Opal Indonesia, batu ini bukan sekadar komoditas, melainkan sebuah fenomena optik alam yang luar biasa. Keunikan utamanya terletak pada kemampuannya memantulkan berbagai spektrum warna—seperti bunglon yang berganti warna—tergantung sudut pandang dan pencahayaan.
Istilah "Kalimaya" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "berkilau seperti kilat" atau "memikat hati". Sementara penambahan kata "Bunglon" merujuk langsung pada sifatnya yang dinamis. Batu ini mayoritas ditemukan di wilayah Banten, khususnya di daerah Lebak dan sekitarnya. Keberadaannya seringkali tersembunyi di lapisan batuan tertentu, menjadikannya tantangan tersendiri bagi para penambang lokal.
Tidak seperti opal biasa yang umumnya menunjukkan "play of color" dengan latar belakang putih atau bening, Kalimaya Bunglon memiliki ciri khas utama: warna dasar yang gelap, seringkali hitam pekat (black opal). Kontras antara latar belakang gelap dan kilatan warna yang tiba-tiba muncul (seperti biru elektrik, hijau neon, atau merah menyala) inilah yang memberikan nilai estetika dan mistis pada batu ini. Kualitas tertinggi ditandai dengan durasi kilatan warna yang lebih lama dan cakupan area warna yang luas.
Apa yang membuat Kalimaya Bunglon begitu istimewa adalah struktur internalnya. Batu ini adalah jenis opal yang terbentuk dari silika terhidrasi. Perbedaan warna yang kita lihat bukanlah pigmen, melainkan hasil dari difraksi cahaya yang melewati susunan mikroskopis bola-bola silika yang teratur di dalam batu. Ketika cahaya memasuki struktur ini, ia terpecah menjadi berbagai warna komponen, yang kemudian dipantulkan kembali ke mata kita.
Sifat 'bunglon' inilah yang membedakannya dari opal lain. Beberapa batu mungkin hanya menampilkan kilauan warna di bagian tepinya, namun Kalimaya Bunglon berkualitas prima akan memperlihatkan semburat warna dramatis di seluruh permukaannya saat digerakkan. Fenomena ini memerlukan ketelitian tinggi saat pengasahannya agar struktur difraksi tidak rusak, sehingga potensi kecantikannya bisa maksimal.
Karena kandungan airnya yang signifikan (opal adalah mineraloid dengan kandungan H2O), Kalimaya Bunglon memerlukan perawatan khusus agar tidak mengalami retak atau perubahan warna permanen. Batu ini sensitif terhadap perubahan suhu ekstrem, sinar matahari langsung dalam waktu lama, dan paparan bahan kimia keras seperti deterjen atau parfum. Penyimpanan ideal adalah dalam wadah tertutup yang lembap atau setidaknya terhindar dari dehidrasi mendadak.
Secara ekonomi, permintaan terhadap batu permata asli Indonesia terus meningkat secara global. Kalimaya Bunglon, khususnya yang memiliki ukuran besar dan intensitas warna spektakuler, seringkali dihargai setara dengan permata impor kelas atas. Nilai ini tidak hanya didasarkan pada carat atau kejernihan, tetapi juga pada seberapa "hidup" efek bunglon yang ditampilkannya. Batu ini telah menjadi duta keindahan geologi Indonesia di mata dunia perhiasan.
Seperti banyak batu permata lainnya, Kalimaya Bunglon juga diselimuti berbagai mitos dan kepercayaan. Di kalangan masyarakat lokal, batu ini dipercaya membawa energi positif, keberuntungan, dan ketenangan bagi pemakainya. Beberapa legenda bahkan mengaitkannya dengan kemampuan spiritual, seperti melindungi dari energi negatif atau memperjelas intuisi. Meskipun aspek mistis ini tidak memiliki dasar ilmiah, ia menambah lapisan naratif dan daya tarik budaya pada batu alam yang sudah menakjubkan ini.
Intinya, menjelajahi dunia Kalimaya Bunglon adalah menyelami keajaiban geologi yang tersembunyi di bawah tanah Indonesia. Setiap bongkahan batu ini adalah hasil proses alam yang memakan waktu jutaan tahun, menciptakan sebuah karya seni optik yang tidak lekang oleh waktu.