Dalam dunia matematika, kita sering dihadapkan pada rangkaian angka yang tampak sederhana namun menyimpan misteri pola yang menarik untuk dipecahkan. Salah satu contoh yang sering muncul dalam studi pola bilangan adalah barisan 2, 6, 12, 20. Sekilas, angka-angka ini mungkin terlihat acak, tetapi jika kita mengamati lebih dekat selisih antar angka, sebuah keteraturan yang elegan akan mulai terkuak. Artikel ini akan mengajak Anda untuk menyelami barisan bilangan ini, mengungkap pola dasarnya, dan melihat bagaimana pola ini dapat diperluas serta diaplikasikan.
Barisan bilangan seperti 2, 6, 12, 20 sering digunakan sebagai contoh pengantar untuk memahami konsep barisan aritmatika bertingkat atau barisan kuadratik. Kemampuannya untuk dipecahkan melalui perbedaan bertingkat membuatnya menjadi alat yang sangat baik untuk mengajarkan pemikiran analitis dan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, pola ini muncul dalam berbagai konteks di luar matematika murni, seperti dalam desain, urutan pertumbuhan, dan bahkan dalam algoritma komputer sederhana.
Langkah pertama untuk memahami barisan ini adalah dengan menghitung selisih antara suku-suku yang berurutan:
Suku ke-1: 2
Suku ke-2: 6
Suku ke-3: 12
Suku ke-4: 20
Sekarang, mari kita hitung selisih antara suku yang berdekatan:
Kita mendapatkan barisan selisih baru: 4, 6, 8. Apakah pola ini sudah jelas? Belum sepenuhnya. Namun, perhatikan bahwa selisih ini sendiri membentuk sebuah barisan aritmatika dengan selisih tetap sebesar 2. Inilah yang disebut sebagai "selisih bertingkat".
Mari kita hitung selisih dari barisan selisih yang baru ini (selisih tingkat kedua):
Kita mendapatkan konstanta selisih tingkat kedua: 2. Ketika selisih tingkat kedua adalah konstan, ini menandakan bahwa barisan aslinya adalah barisan kuadratik, yang dapat diekspresikan dalam bentuk an² + bn + c.
Dengan mengetahui bahwa ini adalah barisan kuadratik, kita bisa mencari rumus umum untuk suku ke-n (Uₙ). Ada beberapa cara untuk menemukan rumus ini. Salah satu yang paling umum adalah menggunakan koefisien dari selisih bertingkat:
Untuk n = 1, U₁ = 2:
1² + b(1) + c = 2
1 + b + c = 2
b + c = 1 (Persamaan 1)
Untuk n = 2, U₂ = 6:
2² + b(2) + c = 6
4 + 2b + c = 6
2b + c = 2 (Persamaan 2)
Sekarang kita selesaikan sistem persamaan linear:
(Persamaan 2) - (Persamaan 1):
(2b + c) - (b + c) = 2 - 1
b = 1
Substitusikan b = 1 ke Persamaan 1:
1 + c = 1
c = 0
Jadi, rumus umum untuk suku ke-n dari barisan ini adalah Uₙ = n² + 1n + 0, atau lebih sederhananya, Uₙ = n² + n. Kita juga bisa menuliskannya sebagai Uₙ = n(n + 1).
Mari kita uji rumus Uₙ = n(n + 1) dengan suku-suku yang sudah ada:
Rumus ini terbukti benar! Barisan ini sering disebut sebagai "bilangan segi empat" atau "bilangan trapesium" karena representasi geometrisnya. Angka-angka ini dapat dibentuk dengan mengusun titik-titik menjadi bentuk persegi panjang atau trapesium. Contohnya:
Dengan rumus Uₙ = n(n + 1), kita dapat dengan mudah memprediksi suku-suku selanjutnya:
Barisan bilangan 2, 6, 12, 20 adalah contoh klasik yang menunjukkan keindahan pola matematika yang tersembunyi di balik angka-angka yang sederhana. Dengan metode selisih bertingkat, kita berhasil mengungkap bahwa barisan ini mengikuti pola kuadratik dengan rumus umum Uₙ = n(n + 1). Pemahaman pola seperti ini tidak hanya mengasah kemampuan analitis, tetapi juga membuka pandangan kita terhadap berbagai aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan ilmu pengetahuan.