Batuan beku, atau batuan igneus, merupakan salah satu dari tiga kelompok utama klasifikasi batuan (bersama batuan sedimen dan batuan metamorf). Batuan ini terbentuk dari pendinginan dan pemadatan materi panas yang cair, yang dikenal sebagai magma (jika berada di bawah permukaan bumi) atau lava (jika mencapai permukaan bumi). Proses pembentukan batuan beku ini melibatkan kristalisasi mineral dari cairan panas tersebut.
Struktur internal dan tekstur batuan beku sangat bergantung pada seberapa cepat proses pendinginan terjadi. Pendinginan yang lambat memungkinkan kristal tumbuh besar, menghasilkan batuan dengan tekstur faneritik, sementara pendinginan yang sangat cepat (seperti pada saat erupsi vulkanik) menghasilkan tekstur afanitik atau bahkan gelas.
Secara umum, batuan beku diklasifikasikan berdasarkan dua kriteria utama: **tempat terbentuknya (kekeraskepalaan)** dan **komposisi kimianya (kandungan silika)**.
Klasifikasi ini membagi batuan beku menjadi dua kategori besar berdasarkan lokasi pembekuan magma:
Batuan plutonik terbentuk dari magma yang mendingin dan mengkristal jauh di bawah permukaan bumi. Karena terisolasi dari lingkungan luar, proses pendinginan berlangsung sangat lambat, memakan waktu ribuan hingga jutaan tahun. Pendinginan yang lambat ini memberikan waktu bagi mineral untuk membentuk kristal besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang (tekstur faneritik).
Batuan vulkanik terbentuk ketika lava yang keluar ke permukaan bumi atau dekat permukaan mendingin dengan sangat cepat. Pendinginan yang cepat ini menghambat pertumbuhan kristal, sehingga menghasilkan tekstur halus (afanitik) atau bahkan tidak membentuk kristal sama sekali (tekstur gelas atau vesikular).
Komposisi batuan beku sangat ditentukan oleh kandungan silika (SiO2) dalam magma asalnya. Ini memengaruhi warna batuan; batuan yang kaya silika cenderung berwarna terang (felsik), sementara yang miskin silika cenderung berwarna gelap (mafik).
| Nama Komposisi | Kandungan Silika (SiO2) | Warna Umum | Contoh Batuan Plutonik | Contoh Batuan Vulkanik |
|---|---|---|---|---|
| Felsik | > 65% | Terang | Granit | Riolit, Obsidian |
| Intermediet | 55% - 65% | Abu-abu sedang | Diorit | Andesit |
| Mafik | 45% - 55% | Gelap | Gabro | Basalt |
| Ultramafik | < 45% | Sangat Gelap (Hijau Tua) | Peridotit | Komatiit (Jarang) |
Selain dua kategori utama di atas, terdapat batuan yang terbentuk pada kedalaman menengah, yang dikenal sebagai batuan hipabasal. Batuan ini memiliki tekstur antara plutonik dan vulkanik. Salah satu contohnya adalah **Diabas**, yang mendingin lebih cepat daripada granit tetapi lebih lambat daripada basalt, menghasilkan kristal berukuran sedang yang dapat dilihat, namun tidak sebesar kristal granit.
Tekstur **Porfiritik** seringkali diasosiasikan dengan batuan yang mengalami dua fase pendinginan: kristal besar (fenokris) terbentuk perlahan di bawah permukaan, diikuti oleh pendinginan cepat sisa cairan ketika magma mencapai dekat atau di permukaan. Tekstur ini bisa dijumpai pada granit, diorit, maupun basalt.
Memahami jenis batuan beku sangat penting dalam ilmu geologi karena mereka menyimpan catatan tentang sejarah termal dan kimia interior bumi. Setiap batuan beku, dari granit yang masif hingga batu apung yang rapuh, adalah jendela menuju kondisi ekstrem di mana mereka dibentuk.