Simbol kewaspadaan dan penipuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah "pemerasan". Secara umum, pemerasan merujuk pada tindakan memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, biasanya uang atau barang berharga, dengan ancaman atau intimidasi. Namun, pernahkah Anda terpikir, jika ada hewan yang seolah-olah selalu menjadi "target" dalam skenario pemerasan, tentu saja dalam konteks kiasan dan humor?
Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh, tetapi jika kita mencoba melihatnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda, ada beberapa hewan yang karakternya atau perilakunya bisa diasosiasikan dengan menjadi objek "pemerasan" dalam berbagai situasi. Tentu saja, ini bukan pemerasan dalam arti kriminal, melainkan lebih kepada ilustrasi dari sebuah kondisi atau sifat.
Salah satu hewan yang paling sering terlintas dalam benak ketika berbicara tentang "terpaksa memberi" adalah sapi perah. Sapi ini setiap hari menghasilkan susu yang sangat berharga bagi manusia. Namun, proses pengambilan susu tersebut, meskipun merupakan bagian dari siklus hidup peternakan yang saling menguntungkan, bisa dianalogikan sebagai "pengambilan paksa" untuk kebutuhan manusia. Sapi tidak bisa menolak untuk menghasilkan susu, dan manusia mengambilnya untuk dikonsumsi dan diperdagangkan. Dalam konteks ini, sapi seolah-olah "memeras" untuk membiayai hidupnya, namun sebaliknya, ia yang dimanfaatkan hasilnya.
Selain sapi, lebah juga bisa masuk dalam kategori ini. Lebah bekerja keras mengumpulkan nektar dan menghasilkan madu yang sangat kita nikmati. Proses panen madu dari sarang lebah, meskipun dilakukan oleh peternak lebah yang memahami cara melakukannya tanpa merusak koloni secara signifikan, tetap saja merupakan tindakan mengambil hasil kerja keras mereka. Lebah tidak dapat mengajukan "tuntutan" atau "negosiasi" mengenai bagian mereka dari madu yang telah mereka hasilkan.
Ada pula hewan yang menjadi "korban" pemerasan dalam arti lebih luas, di mana keberadaan atau tindakan mereka dimanfaatkan oleh pihak lain untuk keuntungan, seringkali tanpa imbalan yang setimpal. Contohnya adalah burung yang bersarang di tempat strategis. Burung seringkali membangun sarang di pohon atau bangunan yang sudah ada. Jika pohon tersebut ditebang atau bangunan dihancurkan, sarang mereka beserta telur atau anak-anaknya bisa hancur. Dalam hal ini, burung menjadi korban dari aktivitas manusia yang "memaksa" perubahan lingkungan demi keuntungan pihak lain.
Kemudian, mari kita bicara tentang hewan peliharaan. Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing seringkali menjadi objek yang harus "membayar" melalui kepatuhan mereka terhadap aturan pemilik. Pemilik bisa saja "memeras" kepatuhan mereka dengan janji imbalan seperti makanan atau kasih sayang, atau bahkan ancaman penolakan. Tentu saja, ini adalah cara kita mengelola hubungan dengan hewan peliharaan, namun secara filosofis, mereka berada dalam posisi yang harus mengikuti kemauan kita untuk mendapatkan kebutuhan dasar dan kenyamanan.
Dalam konteks kiasan yang lebih dekat dengan arti pemerasan sebagai penipuan, beberapa hewan sering kali digambarkan dalam cerita atau alegori sebagai pihak yang licik atau penipu. Namun, dalam skenario "korban pemerasan", kita justru mencari hewan yang diperdaya. Mungkin kita bisa memikirkan hewan-hewan yang lebih naif atau memiliki sifat mudah percaya.
Bayangkan kelinci yang sering digambarkan sebagai hewan yang penakut dan mudah terkejut. Dalam cerita fabel, kelinci seringkali menjadi target binatang yang lebih kuat atau licik, yang mungkin akan "memeras" mereka dengan ancaman atau tipu muslihat. Sifat mereka yang mudah panik bisa membuat mereka rentan untuk ditipu atau "diperas" dalam bentuk apa pun.
Hewan lain yang bisa masuk dalam kategori ini adalah domba. Domba secara tradisional diasosiasikan dengan kepatuhan dan ketidakberdayaan. Mereka cenderung mengikuti kawanan dan jarang menunjukkan perlawanan. Sifat ini membuat mereka menjadi "target" yang empuk bagi pemangsa, atau dalam konteks yang lebih luas, untuk dimanfaatkan oleh pihak yang lebih kuat.
Meskipun tidak ada hewan yang secara harfiah melakukan atau menjadi korban pemerasan seperti manusia, dengan sedikit imajinasi, kita bisa melihat bagaimana beberapa hewan memiliki karakteristik atau berada dalam situasi yang dapat dianalogikan dengan menjadi "korban pemerasan". Mulai dari sapi perah yang terus-menerus dimanfaatkan hasil susunya, lebah yang madunya diambil, hingga hewan-hewan yang lebih naif seperti kelinci dan domba yang bisa saja menjadi target penipuan atau eksploitasi. Analogi ini membantu kita memahami berbagai bentuk relasi antara manusia dan hewan, serta cara kita memandang kerentanan dalam berbagai ekosistem kehidupan.