Representasi visual Garis Durand
Ketika berbicara tentang geografi politik Asia Selatan, ada satu garis perbatasan yang sering kali menjadi sumber ketegangan dan diskusi: garis yang memisahkan Pakistan dan Afghanistan. Garis ini, yang dikenal secara resmi sebagai Garis Durand (Durand Line), bukan sekadar penanda geografis, tetapi juga simbol dari sejarah kolonial, hubungan bilateral yang kompleks, dan dampak yang terus berlanjut pada jutaan orang yang tinggal di sepanjangnya.
Garis Durand lahir dari sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 12 November 1893, antara Sir Mortimer Durand, seorang diplomat Inggris yang mewakili British India, dan Amir Abdur Rahman Khan, penguasa Afghanistan saat itu. Tujuan utama Inggris adalah untuk menetapkan batas yang jelas antara wilayah kekuasaan Inggris di anak benua India dengan Imperium Afghanistan, demi mengamankan perbatasan utara mereka dari ancaman potensial yang datang dari Rusia.
Perjanjian ini secara efektif membagi berbagai suku Pashtun yang sebelumnya hidup dalam satu wilayah. Wilayah utama yang terpengaruh adalah daerah suku-suku Pashtun di sepanjang perbatasan, yang kini terpecah antara Afghanistan di barat laut dan Pakistan di tenggara. Panjangnya sekitar 2.640 kilometer, garis ini membentang dari pegunungan Hindu Kush hingga ke perbatasan Iran dan Tiongkok.
Sejak awal, Garis Durand telah menjadi sumber kontroversi yang signifikan. Afghanistan, baik di bawah pemerintahan Amir Abdur Rahman Khan maupun para penerusnya, termasuk pemerintah saat ini, tidak pernah secara resmi mengakui Garis Durand sebagai batas internasional yang sah. Argumen utama mereka adalah bahwa perjanjian tersebut ditandatangani di bawah tekanan oleh kekuatan kolonial, dan bahwa perjanjian tersebut membagi bangsa Pashtun secara tidak adil.
Bagi banyak warga Afghanistan, terutama yang berasal dari suku Pashtun, Garis Durand dianggap sebagai "garis luka" yang memisahkan kerabat dan komunitas. Mereka melihatnya sebagai warisan penjajahan Inggris yang tidak sesuai dengan aspirasi nasional mereka. Pandangan ini sering kali diperkuat oleh retorika politik dan rasa nasionalisme yang kuat.
Garis Durand memiliki dampak yang mendalam pada kedua negara. Di Pakistan, garis ini membagi provinsi Khyber Pakhtunkhwa (sebelumnya dikenal sebagai North-West Frontier Province) dan daerah suku otonom yang kini telah diintegrasikan menjadi bagian dari provinsi tersebut. Sejarah panjang wilayah ini, yang dulunya dikenal sebagai Wilayah Perbatasan Barat Laut (NWFP), penuh dengan tantangan keamanan, gerakan separatis, dan pengaruh dari negara tetangga.
Bagi Afghanistan, keberadaan Garis Durand telah menjadi salah satu pemicu ketegangan diplomatik dengan Pakistan. Afghanistan sering kali menuduh Pakistan mencampuri urusan internalnya, terutama terkait dengan dukungan terhadap kelompok-kelompok pemberontak. Sebaliknya, Pakistan seringkali menyoroti pentingnya Garis Durand sebagai batas keamanan, dan menganggap tuduhan Afghanistan sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal mereka sendiri.
Selain isu politik, Garis Durand juga memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di dekatnya. Akses terhadap sumber daya, pergerakan masyarakat, dan identitas budaya menjadi hal yang kompleks. Meskipun ada upaya untuk mengontrol pergerakan melalui pos-pos pemeriksaan dan pagar, banyak perlintasan yang masih bersifat informal, dipengaruhi oleh ikatan kekeluargaan dan kebutuhan ekonomi.
Dalam konteks modern, Garis Durand menjadi semakin krusial dalam isu-isu keamanan. Pergerakan kelompok militan, penyelundupan, dan aktivitas ilegal sering kali memanfaatkan celah atau area yang sulit dikendalikan di sepanjang perbatasan yang panjang dan bergunung-gunung ini. Kedua negara sering kali saling tuding mengenai tanggung jawab pengamanan perbatasan.
Penting untuk dicatat bahwa banyak dari suku-suku yang mendiami kedua sisi perbatasan memiliki ikatan budaya dan kekerabatan yang kuat. Hal ini membuat pembatasan pergerakan yang ketat sering kali sulit diterapkan dan dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat setempat. Oleh karena itu, penegakan garis ini bukan hanya masalah politik, tetapi juga isu sosial dan kemanusiaan.
Garis yang memisahkan Pakistan dan Afghanistan, atau Garis Durand, adalah lebih dari sekadar garis di peta. Ia adalah warisan dari masa lalu kolonial yang terus membentuk dinamika hubungan bilateral, identitas nasional, dan keamanan regional di Asia Selatan. Hingga kini, penolakan Afghanistan terhadap legitimasi garis ini dan tantangan keamanan yang terus ada menjadikannya salah satu perbatasan yang paling kompleks dan signifikan di dunia. Memahami sejarah dan dampak Garis Durand sangat penting untuk menguraikan lanskap geopolitik di kawasan ini.