Fosil batu bara, seringkali hanya disebut batu bara, adalah salah satu sumber energi fosil paling dominan yang telah mendorong revolusi industri dan membentuk peradaban modern. Namun, di balik perannya sebagai komoditas energi, batu bara menyimpan sebuah narasi geologis yang panjang—jejak kehidupan tanaman purba yang terkubur jutaan tahun yang lalu. Memahami fosil batu bara berarti memahami proses geokimia yang luar biasa kompleks di bawah permukaan bumi.
Pembentukan batu bara dimulai jauh sebelum dinosaurus mendominasi bumi, terutama selama periode Karbon (sekitar 360 hingga 300 juta tahun yang lalu). Pada masa itu, sebagian besar daratan ditutupi oleh rawa-rawa tropis yang luas dan lembab. Rawa-rawa ini dihuni oleh vegetasi yang sangat melimpah, didominasi oleh jenis tumbuhan seperti pakis raksasa, jamur, dan pohon-pohon berkayu seperti Calamites dan Lycophytes.
Ketika tanaman-tanaman raksasa ini mati, mereka roboh ke dalam air rawa yang tergenang. Lingkungan air yang kekurangan oksigen (anoksik) ini sangat krusial. Dalam kondisi normal, dekomposisi oleh bakteri akan sepenuhnya memecah materi organik. Namun, di rawa purba, proses pembusukan terhambat, menyebabkan akumulasi sisa-sisa tanaman yang tidak terurai sempurna. Tumpukan materi organik yang terawetkan ini dikenal sebagai gambut (peat).
Perjalanan dari gambut menjadi batu bara yang bernilai energi adalah proses yang memakan waktu geologis yang sangat lama, melibatkan dua faktor utama: tekanan dan panas.
Fosil batu bara diklasifikasikan berdasarkan tingkat metamorfosisnya, yang secara langsung berkorelasi dengan kandungan karbon dan nilai kalorinya:
Sebagai fosil, batu bara adalah penyimpanan energi matahari dari masa lampau. Ketika batu bara dibakar hari ini, kita melepaskan energi yang tersimpan selama ratusan juta tahun ke atmosfer dalam hitungan detik. Meskipun batu bara telah menjadi tulang punggung energi global selama berabad-abad, penggunaannya membawa tantangan lingkungan yang signifikan, terutama terkait emisi gas rumah kaca dan polutan udara lainnya.
Mempelajari fosil batu bara bukan hanya pelajaran geologi, tetapi juga pengingat tentang sumber daya terbatas yang kita gunakan. Setiap ton batu bara adalah artefak waktu geologis yang tak ternilai, yang kisahnya terukir dalam lapisan bumi, menunjukkan betapa dinamisnya planet kita dari masa lalu hingga kini. Transisi energi global saat ini secara bertahap mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil ini, namun warisan batu bara dalam lanskap energi dan geologi akan tetap menjadi subjek studi penting.