Ikon Sorotan (Representasi Fame)
Pertanyaan fame apa seringkali muncul dalam percakapan sehari-hari, terutama ketika kita membahas dunia hiburan, media sosial, atau figur publik. Secara harfiah, 'fame' adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang berarti 'ketenaran' atau 'kemasyhuran'. Namun, di era modern, makna dan konotasi dari ketenaran ini telah berkembang jauh melampaui sekadar popularitas di dunia seni atau politik.
Ketenaran (fame) adalah kondisi dikenali secara luas oleh publik. Seseorang atau sesuatu dianggap terkenal ketika namanya, wajahnya, atau karyanya dikenal oleh banyak orang dalam skala geografis tertentu, bisa lokal, nasional, atau bahkan global. Namun, perluasan definisi ini membawa kita pada pertanyaan yang lebih dalam: fame apa yang sedang kita bicarakan hari ini?
Di masa lalu, mendapatkan fame apa pun memerlukan jalur yang jelas: melalui industri film, musik, olahraga profesional, atau jabatan politik tinggi. Ketenaran cenderung stabil, sulit didapat, namun cukup bertahan lama setelah dicapai.
Berbeda dengan sekarang. Revolusi digital, terutama munculnya platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, telah mendemokratisasi ketenaran. Siapa pun kini berpotensi menjadi terkenal dalam semalam. Ketenaran ini sering disebut sebagai 'viralitas'.
Ketenaran digital seringkali bersifat volatil. Seseorang bisa menjadi sensasi hari ini karena sebuah video lucu atau kontroversi, namun bisa dilupakan minggu depan ketika tren baru muncul. Inilah sebabnya mengapa pemahaman mengenai fame apa yang dicari menjadi krusial. Apakah tujuannya adalah ketenaran jangka panjang yang dibangun melalui karya, atau sekadar sorotan sesaat?
Tentu saja, ketenaran membawa banyak keuntungan. Bagi banyak orang, tujuan utama mengejar ketenaran adalah membuka pintu peluang. Seorang selebriti atau *influencer* dengan fame apa pun yang mereka miliki dapat memanfaatkan visibilitas tersebut untuk:
Ketika seseorang memahami bahwa fame apa yang mereka miliki harus disertai dengan tanggung jawab, ketenaran dapat menjadi kekuatan pendorong positif bagi masyarakat luas.
Namun, di balik kilauan sorotan, ada sisi gelap yang seringkali diabaikan. Pertanyaan fame apa yang layak dikejar seringkali terbentur oleh hilangnya privasi. Begitu seseorang menjadi terkenal, setiap aspek kehidupannya—mulai dari pilihan pakaian hingga hubungan pribadi—menjadi subjek perhatian publik dan kritik pedas.
Tekanan untuk selalu tampil sempurna, menjaga citra yang dibangun, dan terus menerus menghasilkan konten baru dapat menyebabkan kelelahan mental (burnout) dan masalah kesehatan mental. Para profesional di bidang kesehatan mental sering menyoroti bahwa ketenaran, terutama yang cepat dan tak terduga, dapat merusak fondasi identitas diri seseorang.
Selain itu, ketenaran dapat menarik perhatian yang tidak sehat, termasuk *stalking* dan pelecehan daring. Seseorang harus memiliki benteng mental yang kuat untuk menghadapi intensitas perhatian semacam ini.
Jika seseorang bertanya, "Setelah meraih fame apa, langkah selanjutnya?", jawabannya harus selalu berfokus pada keberlanjutan. Ketenaran yang hanya didasarkan pada sensasi tanpa substansi jarang bertahan lama. Sebaliknya, ketenaran yang didasarkan pada keahlian sejati (misalnya, menjadi musisi hebat, ilmuwan terkemuka, atau komedian orisinal) memiliki fondasi yang lebih kokoh.
Intinya, dalam lanskap media saat ini, penting untuk membedakan antara 'menjadi viral' dan 'membangun karier'. Viralitas mungkin memberikan lonjakan awal, tetapi konsistensi, kualitas karya, dan adaptasi terhadap perubahan persepsi publik adalah kunci untuk mempertahankan apa yang sering disebut sebagai 'fame' yang sesungguhnya dan berarti.