Surat Al-Fatihah, yang juga dikenal sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab), adalah permata Al-Qur'an. Ia merupakan surat pembuka, pondasi, dan ringkasan ajaran-ajaran fundamental Islam. Tidak sah shalat seseorang tanpa membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah)." (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena keutamaannya yang luar biasa dan peran sentralnya dalam ibadah shalat, setiap Muslim diwajibkan untuk memahami, menghayati, dan membacanya dengan benar. Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh ke dalam keindahan dan kedalaman makna Al-Fatihah itu sendiri, ada dua bacaan penting yang disyariatkan untuk diucapkan terlebih dahulu. Dua bacaan ini adalah gerbang spiritual yang membersihkan hati dan pikiran, mempersiapkan jiwa untuk menerima firman Allah, dan memohon pertolongan-Nya. Dua bacaan tersebut adalah Ta'awwudz (Istiazah) dan Basmalah (Tasmiyah).
Pertanyaan yang sering muncul di benak umat Islam adalah, "Doa apa yang dibaca sebelum membaca Surat Al-Fatihah?" Jawabannya, secara umum, adalah Ta'awwudz dan Basmalah. Meskipun keduanya adalah bacaan yang singkat, makna dan hikmah di baliknya sangatlah agung. Memahaminya bukan hanya menambah wawasan keislaman kita, tetapi juga meningkatkan kualitas ibadah, terutama shalat, dan interaksi kita dengan Al-Qur'an.
Artikel ini akan mengupas tuntas kedua bacaan mulia ini, dimulai dari definisi, dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah, hukum membacanya menurut berbagai mazhab fiqh, hingga hikmah dan keutamaannya. Kita juga akan membahas urutan pembacaannya yang benar, baik dalam shalat maupun di luar shalat, serta adab-adab umum dalam membaca Al-Qur'an yang selaras dengan nilai-nilai Ta'awwudz dan Basmalah. Dengan pemahaman yang komprehensif ini, diharapkan setiap Muslim dapat merasakan kekhusyukan dan keberkahan yang lebih dalam setiap kali berinteraksi dengan firman Allah.
Ilustrasi Al-Qur'an sebagai sumber cahaya dan petunjuk.
Bagian 1: Memahami Ta'awwudz (Istiazah)
Ta'awwudz, atau yang juga dikenal dengan Istiazah, adalah sebuah doa perlindungan yang diucapkan oleh seorang Muslim untuk memohon penjagaan dari Allah SWT dari godaan setan. Ini adalah langkah pertama yang disyariatkan sebelum memulai pembacaan Al-Qur'an, termasuk Surat Al-Fatihah, untuk memastikan hati dan pikiran terbebas dari bisikan dan gangguan yang dapat mengurangi kekhusyukan serta pemahaman terhadap kalamullah.
Apa itu Ta'awwudz?
Lafazh Ta'awwudz yang paling umum dan masyhur adalah:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Yang berarti: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."
Secara harfiah, "a'udzu" berarti "aku berlindung" atau "aku mencari perlindungan". "Billahi" berarti "kepada Allah". "Minasy syaithon" berarti "dari setan". Dan "ar-rajim" berarti "yang terkutuk" atau "yang terusir dari rahmat Allah". Gabungan makna ini menekankan bahwa seorang hamba, dengan segala kelemahannya, menyandarkan diri sepenuhnya kepada Dzat Yang Maha Kuat, Allah SWT, untuk dijauhkan dari segala bentuk tipu daya musuh abadi manusia, yaitu setan.
Konsep perlindungan ini sangat fundamental dalam Islam. Setan, dalam Al-Qur'an dan Hadits, digambarkan sebagai musuh yang nyata dan tidak pernah menyerah untuk menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Ia berbisik, menggoda, menipu, dan membisikkan keraguan. Terutama saat seseorang hendak mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah atau membaca Al-Qur'an, setan akan bekerja keras untuk mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan. Oleh karena itu, memohon perlindungan kepada Allah adalah sebuah pengakuan akan kelemahan diri dan sekaligus penegasan iman akan kekuatan serta kekuasaan Allah yang tiada tara untuk melindungi hamba-Nya.
Dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah
Perintah untuk membaca Ta'awwudz sebelum membaca Al-Qur'an disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Apabila kamu membaca Al-Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (QS. An-Nahl [16]: 98)
Ayat ini adalah dalil utama yang menjadi landasan pensyariatan Ta'awwudz. Kata "Apabila kamu membaca Al-Qur'an" di sini mengindikasikan bahwa Ta'awwudz diucapkan *sebelum* memulai bacaan Al-Qur'an, bukan setelahnya. Ini adalah persiapan mental dan spiritual untuk berhadapan dengan kalamullah yang suci.
Selain dari Al-Qur'an, banyak hadits Nabi Muhammad ﷺ yang menunjukkan praktiknya dalam membaca Ta'awwudz sebelum membaca Al-Qur'an. Meskipun tidak selalu disebutkan secara eksplisit dalam setiap riwayat shalat, para ulama memahami bahwa praktik ini adalah bagian integral dari adab membaca Al-Qur'an yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian membaca Al-Qur'an dalam shalat, maka bacalah 'A'udzubillah minasy syaithonir rojim'." Meskipun riwayat ini memiliki sedikit perbedaan dalam lafazh, intinya adalah perintah untuk Ta'awwudz.
Hukum Membaca Ta'awwudz
Mengenai hukum membaca Ta'awwudz, para ulama memiliki beberapa pandangan:
- Mayoritas Ulama (Jumhur): Sunnah Muakkadah. Ini adalah pendapat yang paling umum dipegang oleh mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Mereka berpendapat bahwa perintah dalam QS. An-Nahl [16]:98 adalah perintah bimbingan (irshad) atau anjuran kuat, bukan kewajiban mutlak. Jika seseorang meninggalkannya, ia tidak berdosa, namun kehilangan pahala dari sunnah tersebut. Dalam shalat, Ta'awwudz dibaca secara sirr (pelan) sebelum membaca Al-Fatihah pada rakaat pertama. Untuk rakaat selanjutnya, sebagian berpendapat tidak perlu diulang, sebagian lagi berpendapat diulang secara sirr. Namun, mayoritas menganggapnya cukup sekali di awal shalat.
- Sebagian Kecil Ulama (Termasuk Imam Thabari): Wajib. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman bahwa perintah dalam QS. An-Nahl [16]:98 adalah perintah yang mengikat (wujub). Mereka berargumen bahwa kata kerja perintah (`fa-ista'idz`) menunjukkan kewajiban. Jika seseorang tidak membaca Ta'awwudz sebelum membaca Al-Qur'an, ia dianggap berdosa. Namun, pandangan ini tidak menjadi mayoritas.
Dalam konteks shalat, Ta'awwudz umumnya dibaca hanya pada rakaat pertama sebelum Al-Fatihah, secara sirr (pelan), baik oleh imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian. Tujuannya adalah untuk mengusir gangguan setan sejak awal shalat dan pembacaan Al-Fatihah.
Hikmah dan Keutamaan Ta'awwudz
Ada banyak hikmah dan keutamaan di balik pensyariatan Ta'awwudz:
- Menjauhkan Bisikan Setan: Hikmah paling jelas adalah untuk membersihkan pikiran dan hati dari bisikan serta godaan setan yang berusaha mengganggu kekhusyukan saat berinteraksi dengan firman Allah. Dengan Ta'awwudz, seorang Muslim secara sadar memohon perlindungan dari musuh yang tak terlihat ini.
- Mendapatkan Kekhusyukan: Perlindungan dari setan memungkinkan pembaca untuk lebih fokus, merenungkan makna ayat-ayat, dan merasakan kehadiran Allah, sehingga mencapai kekhusyukan yang lebih mendalam.
- Pengakuan Kelemahan Diri: Ta'awwudz adalah bentuk pengakuan seorang hamba akan kelemahan dan keterbatasannya di hadapan godaan setan, serta keyakinan akan kekuatan dan kemahakuasaan Allah sebagai satu-satunya pelindung.
- Meningkatkan Keberkahan Bacaan: Memulai dengan Ta'awwudz adalah mengikuti petunjuk Allah, yang membawa keberkahan pada setiap huruf yang dibaca.
- Menegaskan Tawhid (Keesaan Allah): Dengan hanya memohon perlindungan kepada Allah, seorang Muslim menegaskan keesaan Allah dalam hal perlindungan dan pertolongan, menolak segala bentuk kemusyrikan.
- Membersihkan Hati: Bacaan ini membantu membersihkan hati dari segala kotoran dan pikiran negatif yang mungkin muncul akibat bisikan setan, sehingga hati siap menerima cahaya Al-Qur'an.
Lafazh Ta'awwudz yang Lain
Meskipun "A'udzubillah minasy syaithonir rojim" adalah yang paling umum, ada beberapa lafazh lain yang juga diajarkan atau dibenarkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk."
Lafazh ini juga disebutkan dalam beberapa riwayat dan tafsir, terutama ketika membaca Al-Qur'an. Penambahan nama Allah "As-Sami' (Maha Mendengar)" dan "Al-'Alim (Maha Mengetahui)" semakin menekankan bahwa Allah mendengar permohonan perlindungan hamba-Nya dan mengetahui segala tipu daya setan.
Selain itu, Ta'awwudz juga disyariatkan dalam situasi-situasi tertentu di luar membaca Al-Qur'an, misalnya saat marah (seperti yang diajarkan Nabi ﷺ untuk mengucapkan "A'udzubillah minasy syaithonir rojim" saat marah), saat merasakan gangguan setan dalam tidur, atau saat memasuki tempat-tempat yang kotor atau angker.
Bagian 2: Memahami Basmalah (Tasmiyah)
Setelah Ta'awwudz, bacaan selanjutnya yang disyariatkan sebelum memulai Surat Al-Fatihah adalah Basmalah. Basmalah, atau Tasmiyah, adalah ucapan yang sangat familiar dan sering diulang oleh setiap Muslim dalam setiap aspek kehidupannya. Ia adalah simbol keberkahan, niat yang lurus, dan pengakuan akan pertolongan Allah dalam setiap langkah.
Apa itu Basmalah?
Lafazh Basmalah adalah:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Yang berarti: "Dengan nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Mari kita bedah maknanya secara lebih mendalam:
- "Bismillahi (Dengan nama Allah)": Ini adalah inti dari Basmalah. Frasa ini menunjukkan bahwa setiap tindakan yang dimulai dengannya dilakukan dengan menyandarkan diri pada Allah, memohon pertolongan-Nya, dan meniatkan untuk meraih ridha-Nya. Ini bukan sekadar ucapan lisan, tetapi deklarasi hati bahwa Allah adalah tujuan dan sumber kekuatan.
- "Ar-Rahman (Maha Pengasih)": Ini adalah salah satu sifat Allah yang paling agung, menunjukkan kasih sayang-Nya yang melimpah dan merata kepada seluruh makhluk di dunia, tanpa memandang iman atau ketaatan mereka. Rahmat Ar-Rahman bersifat umum.
- "Ar-Rahim (Maha Penyayang)": Sifat ini juga menunjukkan kasih sayang Allah, namun lebih spesifik kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat. Rahmat Ar-Rahim bersifat khusus.
Penggabungan "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim" di dalam Basmalah menegaskan bahwa Allah adalah sumber segala kasih sayang, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan memulai sesuatu dengan nama-Nya yang penuh kasih sayang ini, seorang hamba berharap mendapatkan curahan rahmat dan keberkahan dari-Nya.
Dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah
Signifikansi Basmalah tidak perlu diragukan lagi. Ia adalah ayat pertama dari setiap surat dalam Al-Qur'an (kecuali Surah At-Taubah), menunjukkan betapa fundamentalnya bacaan ini. Fakta ini sendiri sudah menjadi dalil kuat akan keutamaannya.
Selain itu, banyak hadits Nabi Muhammad ﷺ yang menganjurkan umatnya untuk memulai segala sesuatu dengan Basmalah. Beberapa di antaranya:
"Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan 'Bismillahir Rahmaanir Rahiim', maka terputus (keberkahannya)." (HR. Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah)
Hadits ini menunjukkan bahwa Basmalah bukan hanya untuk ibadah ritual, tetapi juga untuk segala aktivitas keseharian. Memulai makan, minum, belajar, bekerja, menulis, dan berbagai aktivitas lainnya dengan Basmalah diharapkan mendatangkan keberkahan dan menjauhkan dari hal-hal yang tidak baik.
Dalam konteks Al-Qur'an dan shalat, kehadiran Basmalah di awal setiap surat (kecuali At-Taubah) secara otomatis menjadikannya bagian tak terpisahkan dari adab membaca Al-Qur'an.
Hukum Membaca Basmalah Sebelum Al-Fatihah dalam Shalat
Ini adalah salah satu isu fiqh yang paling banyak diperdebatkan di kalangan ulama mazhab. Perbedaan pendapat ini terutama berpusat pada dua pertanyaan utama: Apakah Basmalah adalah bagian dari Surat Al-Fatihah? dan Haruskah Basmalah dibaca jahr (keras) atau sirr (pelan) dalam shalat?
1. Mazhab Syafi'i
- Hukum: Wajib dibaca sebagai bagian dari Al-Fatihah, baik jahr (keras) dalam shalat yang dikeraskan bacaannya (Maghrib, Isya, Subuh) maupun sirr (pelan) dalam shalat yang dipelankan bacaannya (Dzuhur, Ashar).
- Dalil:
- Menganggap Basmalah sebagai ayat pertama dari Surat Al-Fatihah dan seluruh surat Al-Qur'an (kecuali At-Taubah). Oleh karena itu, shalat tidak sah tanpa Basmalah, karena ia adalah bagian dari rukun shalat (membaca Al-Fatihah).
- Berdasarkan hadits yang menunjukkan Nabi ﷺ dan para sahabat mengeraskan Basmalah dalam shalat. Misalnya, hadits dari Ummu Salamah yang menyatakan bahwa Nabi ﷺ membaca "Bismillahirrahmanirrahim" dalam Al-Fatihah dan menghitungnya sebagai satu ayat.
- Tradisi bacaan di Mekkah.
- Implikasi: Seorang makmum yang shalat di belakang imam Syafi'i akan mendengar imam mengeraskan Basmalah sebelum Al-Fatihah.
2. Mazhab Hanafi
- Hukum: Sunnah muakkadah, dibaca secara sirr (pelan), baik dalam shalat jahr maupun sirr. Basmalah tidak dianggap sebagai bagian dari Al-Fatihah maupun surat-surat lain.
- Dalil:
- Mengutip hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Nabi ﷺ memulai bacaan Al-Fatihah dalam shalat dengan "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin" dan tidak mengeraskan Basmalah.
- Mereka berpendapat bahwa Basmalah adalah ayat terpisah yang diturunkan untuk memisahkan antar surat.
- Tradisi bacaan di Kufah.
- Implikasi: Imam Hanafi akan membaca Basmalah secara pelan, dan makmum tidak akan mendengarnya.
3. Mazhab Maliki
- Hukum: Makruh dibaca dalam shalat fardhu (wajib), baik jahr maupun sirr. Namun, disunnahkan dibaca dalam shalat sunnah. Basmalah tidak dianggap sebagai bagian dari Al-Fatihah.
- Dalil:
- Berdasarkan praktik penduduk Madinah pada masa awal Islam, yang tidak mengeraskan Basmalah dalam shalat. Mereka berpendapat bahwa amal penduduk Madinah adalah hujjah (bukti) yang kuat.
- Mereka juga merujuk pada hadits yang menyatakan bahwa Nabi ﷺ dan Abu Bakar serta Umar memulai shalat dengan Al-Fatihah tanpa menyebut Basmalah secara keras.
- Implikasi: Imam Maliki umumnya tidak membaca Basmalah dalam shalat fardhu.
4. Mazhab Hanbali
- Hukum: Sunnah, dibaca secara sirr (pelan), baik dalam shalat jahr maupun sirr. Basmalah tidak dianggap sebagai bagian dari Al-Fatihah.
- Dalil:
- Menggabungkan beberapa riwayat hadits yang ada, mereka cenderung pada kesimpulan bahwa Basmalah dibaca secara sirr.
- Mereka berpendapat bahwa Basmalah adalah ayat Al-Qur'an, tetapi bukan bagian dari Al-Fatihah itu sendiri.
- Implikasi: Imam Hanbali akan membaca Basmalah secara pelan, mirip dengan Hanafi.
Analisis Perbedaan Pendapat:
Perbedaan pendapat ini bukanlah sesuatu yang baru atau aneh dalam fiqh Islam. Ia muncul karena:
- Perbedaan Riwayat Hadits: Ada riwayat yang menunjukkan Nabi ﷺ mengeraskan Basmalah, ada pula yang menunjukkan beliau memelankan. Para ulama memilih dan menafsirkan riwayat-riwayat ini berdasarkan metodologi masing-masing.
- Perbedaan Penomoran Ayat Al-Fatihah: Dalam sebagian mushaf dan qira'at (cara baca), Basmalah dianggap sebagai ayat pertama Al-Fatihah. Namun, di sebagian lain, Basmalah dianggap sebagai ayat terpisah yang memulai setiap surat, dan ayat pertama Al-Fatihah dimulai dengan "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin".
- Ijma' (Konsensus) Ahli Qira'at: Meskipun ada perbedaan dalam fiqh, hampir seluruh ahli qira'at bersepakat bahwa Basmalah adalah ayat Al-Qur'an.
Bagi seorang Muslim, yang terpenting adalah mengikuti mazhab yang ia yakini kebenarannya atau yang diajarkan di lingkungannya, dan tetap menghormati perbedaan pendapat sebagai rahmat. Shalat akan tetap sah selama rukun-rukunnya terpenuhi, dan Basmalah, meskipun hukumnya berbeda, tetap dianggap sebagai bagian dari sunnah atau wajib oleh sebagian mazhab.
Hikmah dan Keutamaan Basmalah
Sebagaimana Ta'awwudz, Basmalah juga mengandung hikmah dan keutamaan yang mendalam:
- Memohon Pertolongan dan Keberkahan: Dengan menyebut nama Allah, seorang Muslim memohon agar setiap tindakannya diberkahi dan dibimbing oleh-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa tanpa pertolongan Allah, tidak ada keberhasilan yang sejati.
- Mengingat Allah dalam Setiap Tindakan: Basmalah melatih seorang Muslim untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap aktivitas, besar maupun kecil. Ini menumbuhkan kesadaran ilahi (muraqabah) yang konstan.
- Pemisah antara Kebaikan dan Kebatilan: Memulai sesuatu dengan nama Allah adalah penanda bahwa tindakan tersebut dimaksudkan untuk kebaikan dan menjauhkan dari hal-hal yang tidak diridhai-Nya.
- Pembuka Segala Kebaikan: Basmalah adalah kunci pembuka pintu-pintu kebaikan dan kemudahan dari Allah. Ini adalah doa universal yang menyertai setiap awal yang baik.
- Penjaga dari Tipu Daya Setan: Meskipun Ta'awwudz secara spesifik meminta perlindungan dari setan, Basmalah juga memiliki efek serupa. Setan tidak akan memiliki kekuatan atas sesuatu yang dimulai dengan nama Allah.
- Meningkatkan Niat (Ikhlas): Mengucapkan Basmalah membantu menguatkan niat bahwa semua perbuatan dilakukan semata-mata karena Allah dan untuk-Nya.
Bagian 3: Urutan dan Praktik dalam Shalat
Setelah memahami Ta'awwudz dan Basmalah secara terpisah, kini penting untuk mengetahui urutan pembacaannya yang benar, terutama dalam konteks shalat, serta praktik yang relevan di luar shalat.
Urutan yang Benar
Secara umum, urutan yang disyariatkan sebelum membaca Surat Al-Fatihah adalah:
- Ta'awwudz (Istiazah)
- Basmalah (Tasmiyah)
- Surat Al-Fatihah
Urutan ini memastikan bahwa seorang Muslim telah memohon perlindungan dari setan dan memulai dengan nama Allah sebelum berinteraksi langsung dengan inti shalat, yaitu Al-Fatihah.
Dalam Shalat Sendirian (Munfarid)
Ketika seseorang shalat sendirian, ia memiliki kebebasan lebih dalam praktik ibadah, namun tetap terikat pada sunnah dan hukum syara'.
- Ta'awwudz: Dibaca secara sirr (pelan). Ini disyariatkan pada rakaat pertama shalat, setelah Takbiratul Ihram dan doa iftitah (jika dibaca), dan sebelum Basmalah. Tidak ada perbedaan pendapat signifikan di kalangan ulama tentang kesirran Ta'awwudz bagi munfarid.
- Basmalah: Hukum membaca Basmalah bagi munfarid mengikuti hukum mazhab yang dianut.
- Jika menganut Mazhab Syafi'i, ia wajib membacanya, baik sirr maupun jahr tergantung shalatnya.
- Jika menganut Mazhab Hanafi atau Hanbali, ia disunnahkan membacanya secara sirr.
- Jika menganut Mazhab Maliki, makruh membacanya dalam shalat fardhu.
- Al-Fatihah: Setelah Basmalah, barulah membaca keseluruhan Surat Al-Fatihah.
Dalam Shalat Berjamaah (Makmum dan Imam)
Situasi dalam shalat berjamaah sedikit lebih kompleks karena melibatkan peran imam dan makmum.
Praktik Imam:
- Ta'awwudz: Imam membacanya secara sirr (pelan) pada rakaat pertama setelah Takbiratul Ihram dan doa iftitah. Ini adalah pandangan mayoritas ulama.
- Basmalah: Inilah titik perbedaan utama antar mazhab:
- Mazhab Syafi'i: Imam wajib mengeraskan Basmalah dalam shalat jahr (Maghrib, Isya, Subuh) karena Basmalah adalah ayat pertama Al-Fatihah.
- Mazhab Hanafi dan Hanbali: Imam disunnahkan memelankan Basmalah dalam semua shalat.
- Mazhab Maliki: Imam makruh membaca Basmalah dalam shalat fardhu.
Praktik Makmum:
Bagi makmum, pertimbangan utamanya adalah apakah ia harus membaca Ta'awwudz, Basmalah, dan Al-Fatihah sendiri, atau cukup mendengarkan imam.
- Ta'awwudz: Makmum disunnahkan membaca Ta'awwudz secara sirr (pelan) pada rakaat pertama, setelah Takbiratul Ihram, sebelum imam memulai Al-Fatihah.
- Basmalah: Jika imam mengeraskan Basmalah (seperti di Mazhab Syafi'i), makmum mendengarkannya. Jika imam memelankannya (seperti di Mazhab Hanafi/Hanbali), makmum dapat membacanya secara sirr.
- Al-Fatihah: Mengenai bacaan Al-Fatihah bagi makmum, ini juga merupakan isu khilafiyah yang besar:
- Mazhab Syafi'i: Makmum wajib membaca Al-Fatihah, baik imam mengeraskan bacaannya maupun memelankannya, karena hadits "Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Fatihatul Kitab". Makmum harus berusaha membacanya di sela-sela bacaan imam atau saat imam diam.
- Mazhab Hanafi: Makmum tidak wajib membaca Al-Fatihah jika imam sedang membaca, baik shalat jahr maupun sirr. Cukup baginya mendengarkan (jika imam jahr) atau diam (jika imam sirr), karena bacaan imam sudah mencukupi. Mereka berpegang pada ayat Al-Qur'an "Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-A'raf [7]:204).
- Mazhab Maliki dan Hanbali: Pendapat mereka bervariasi, namun umumnya makmum wajib membaca Al-Fatihah dalam shalat sirr dan dalam shalat jahr jika makmum tidak mendengar bacaan imam dengan jelas atau saat imam diam.
Pentingnya Toleransi dan Pemahaman:
Perbedaan praktik ini, terutama terkait dengan Basmalah dan bacaan Al-Fatihah bagi makmum, adalah bagian dari kekayaan fiqh Islam. Seorang Muslim hendaknya tidak memvonis salah atau sesat praktik yang berbeda, melainkan memahami bahwa setiap mazhab memiliki dalil dan interpretasi yang kuat. Yang terpenting adalah shalat dilaksanakan dengan khusyuk dan sesuai dengan pemahaman yang benar berdasarkan ilmu yang didapat.
Saat Memulai Bacaan Al-Qur'an di Luar Shalat
Di luar shalat, adab membaca Al-Qur'an juga mengharuskan Ta'awwudz dan Basmalah:
- Memulai Bacaan: Setiap kali seorang Muslim hendak memulai membaca Al-Qur'an dari awal surat (kecuali At-Taubah), disunnahkan untuk membaca Ta'awwudz terlebih dahulu, kemudian Basmalah, barulah memulai surat tersebut.
- Memulai dari Tengah Surat: Jika memulai bacaan dari tengah-tengah surat, disunnahkan untuk membaca Ta'awwudz. Untuk Basmalah, seseorang memiliki pilihan: boleh membacanya atau tidak. Namun, jika ayat yang dimulai adalah tentang ancaman atau setan, lebih baik tidak memulai dengan Basmalah dan langsung membaca Ta'awwudz lalu ayatnya.
- Surat At-Taubah: Ini adalah satu-satunya surat dalam Al-Qur'an yang tidak dimulai dengan Basmalah. Oleh karena itu, jika memulai membaca dari awal Surat At-Taubah, cukup membaca Ta'awwudz, tanpa Basmalah. Jika memulai dari tengah surat, maka boleh membaca Basmalah atau tidak, setelah Ta'awwudz.
Praktik-praktik ini menunjukkan konsistensi dalam pentingnya memohon perlindungan dari setan dan memulai dengan nama Allah, baik dalam ibadah formal maupun interaksi pribadi dengan Al-Qur'an.
Bagian 4: Keutamaan dan Etika Membaca Al-Qur'an
Pemahaman mengenai Ta'awwudz dan Basmalah akan menjadi lebih sempurna jika diintegrasikan dengan pemahaman tentang keutamaan Surat Al-Fatihah itu sendiri dan adab-adab umum dalam membaca Al-Qur'an. Kedua bacaan pendahuluan ini adalah gerbang menuju pengalaman spiritual yang lebih mendalam dengan firman Allah.
Keutamaan Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah bukan sekadar surat biasa; ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Beberapa keutamaannya antara lain:
- Ummul Kitab (Induk Kitab) atau Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an): Nama ini menunjukkan bahwa Al-Fatihah adalah ringkasan dari seluruh ajaran Al-Qur'an. Ia memuat inti dari tauhid, ibadah, permohonan, petunjuk, dan janji-janji Allah.
- As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang): Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an (QS. Al-Hijr [15]:87). Dinamakan demikian karena ia terdiri dari tujuh ayat dan selalu diulang-ulang dalam setiap rakaat shalat.
- Syifa' (Penyembuh) dan Ruqyah: Al-Fatihah memiliki kekuatan penyembuh. Rasulullah ﷺ bersabda: "Al-Fatihah adalah obat dari segala penyakit." (HR. Ad-Darimi). Ia juga digunakan sebagai ruqyah (pengobatan dengan bacaan Al-Qur'an) untuk mengobati penyakit fisik maupun spiritual, sebagaimana kisah seorang sahabat yang menggunakannya untuk menyembuhkan orang yang disengat kalajengking.
- Tanpa Al-Fatihah, Shalat Tidak Sah: Ini adalah keutamaan sekaligus syarat yang paling fundamental. "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah)." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa Al-Fatihah adalah rukun utama dalam shalat.
- Perbincangan antara Allah dan Hamba-Nya: Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman: "Aku membagi shalat (Al-Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Untuk hamba-Ku apa yang ia minta." Ini menunjukkan dialog spiritual yang mendalam antara hamba dan Rabbnya melalui Al-Fatihah.
Mengingat keutamaan-keutamaan ini, menjadi sangat penting untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum membaca Al-Fatihah, dan di sinilah peran Ta'awwudz dan Basmalah menjadi krusial.
Adab-Adab Membaca Al-Qur'an secara Umum
Membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang agung. Oleh karena itu, ada beberapa adab (etika) yang dianjurkan untuk diperhatikan agar bacaan kita lebih berkah dan diterima di sisi Allah:
- Bersuci (Berwudhu): Meskipun tidak wajib untuk membaca Al-Qur'an tanpa menyentuh mushaf, berwudhu adalah sunnah yang sangat ditekankan untuk menghormati kalamullah. Untuk menyentuh mushaf, berwudhu adalah wajib.
- Menghadap Kiblat: Jika memungkinkan, menghadap kiblat saat membaca Al-Qur'an adalah sunnah yang menambah keberkahan.
- Dengan Khusyuk dan Tadabbur: Jangan hanya sekadar membaca huruf, tetapi usahakan untuk merenungkan makna ayat-ayatnya (tadabbur) dan merasakan kehadiran Allah (khusyuk). Ini adalah inti dari membaca Al-Qur'an.
- Tartil (Membaca dengan Pelan dan Jelas): Allah memerintahkan: "Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil (perlahan-lahan)." (QS. Al-Muzzammil [73]:4). Tartil mencakup pengucapan huruf yang benar, panjang pendek (mad) yang tepat, dan jeda yang sesuai.
- Menangis (Jika Terharu): Apabila bertemu ayat-ayat tentang azab, surga, neraka, atau kekuasaan Allah, dan hati merasakan getaran, disunnahkan untuk menangis sebagai bentuk ketakutan atau kerinduan kepada Allah.
- Membersihkan Mulut: Bersiwak atau membersihkan mulut sebelum membaca Al-Qur'an adalah sunnah Nabi ﷺ.
- Memilih Tempat yang Bersih dan Tenang: Membaca di tempat yang bersih dan bebas dari gangguan membantu konsentrasi dan kekhusyukan.
- Menjaga Kehormatan Mushaf: Meletakkan mushaf di tempat yang tinggi dan mulia, tidak meletakkannya di lantai atau di bawah barang-barang lain.
- Menghindari Suara yang Mengganggu: Hindari membaca Al-Qur'an di tempat yang bising atau saat orang lain sedang berbicara, karena ini mengurangi kekhusyukan dan dapat dianggap kurang menghormati.
- Mengikuti Perintah Ayat: Jika bertemu ayat sajadah, disunnahkan untuk bersujud tilawah. Jika bertemu ayat doa, dianjurkan berdoa. Jika bertemu ayat tasbih, dianjurkan bertasbih.
Kaitan Adab dengan Ta'awwudz dan Basmalah
Ta'awwudz dan Basmalah adalah fondasi awal dari adab-adab ini. Dengan mengucapkan Ta'awwudz, kita membersihkan diri dari gangguan eksternal (setan) yang dapat menghalangi kita dari khusyuk dan tadabbur. Dengan Basmalah, kita membersihkan niat dan memohon berkah internal dari Allah, menjadikan seluruh aktivitas membaca Al-Qur'an sebagai ibadah yang murni dan tulus. Keduanya adalah langkah awal yang esensial untuk mencapai semua adab lainnya, mempersiapkan hati dan pikiran untuk menerima cahaya dan petunjuk ilahi dengan sempurna.
Tanpa Ta'awwudz, kita rentan terhadap bisikan setan yang dapat membuat kita lalai, tidak fokus, atau bahkan meragukan isi Al-Qur'an. Tanpa Basmalah, kita memulai tanpa memohon berkah Allah, sehingga keberkahan bacaan mungkin berkurang dan niat kita tidak sepenuhnya murni. Oleh karena itu, kedua bacaan ini adalah kunci pembuka gerbang menuju keutamaan dan manfaat yang terkandung dalam setiap huruf Al-Qur'an.
Bagian 5: Kesimpulan dan Penguatan Pemahaman
Perjalanan kita dalam memahami "doa yang dibaca sebelum membaca Surat Al-Fatihah" telah membawa kita pada dua pilar utama: Ta'awwudz (Istiazah) dan Basmalah (Tasmiyah). Keduanya, meskipun singkat dalam lafazh, mengandung makna yang mendalam dan memiliki peran yang sangat penting dalam praktik ibadah seorang Muslim, terutama saat berinteraksi dengan firman Allah SWT.
Kita telah melihat bagaimana Ta'awwudz, dengan lafazh "A'udzubillah minasy syaithonir rojim", adalah permohonan perlindungan dari Allah dari godaan setan yang terkutuk. Ia adalah pengakuan akan kelemahan diri di hadapan musuh yang tak terlihat, dan sekaligus penegasan iman akan kemahakuasaan Allah sebagai satu-satunya pelindung. Hukumnya sunnah muakkadah menurut mayoritas ulama, dan dibaca secara sirr (pelan) pada rakaat pertama shalat atau setiap kali memulai bacaan Al-Qur'an di luar shalat. Hikmahnya sangat besar, yaitu untuk meraih kekhusyukan, membersihkan hati, dan menjaga kemurnian ibadah dari gangguan setan.
Kemudian, kita membahas Basmalah, dengan lafazh "Bismillahirrahmanirrahim", yang berarti "Dengan nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang". Basmalah adalah deklarasi niat yang tulus untuk memulai setiap tindakan dengan menyandarkan diri pada Allah, memohon keberkahan dan pertolongan-Nya. Keberadaannya di awal setiap surat Al-Qur'an (kecuali At-Taubah) menegaskan posisinya yang fundamental. Hukum pembacaannya sebelum Al-Fatihah dalam shalat menjadi salah satu isu fiqh yang memiliki perbedaan pendapat signifikan di antara mazhab-mazhab besar, mulai dari wajib (Syafi'i), sunnah sirr (Hanafi, Hanbali), hingga makruh (Maliki). Perbedaan ini menunjukkan kekayaan interpretasi dalam Islam yang harus kita sikapi dengan toleransi dan saling menghormati. Hikmahnya tak kalah agung, yaitu untuk mendatangkan keberkahan, menguatkan niat, dan senantiasa mengingat Allah dalam setiap gerak-gerik kehidupan.
Urutan pembacaan yang benar adalah Ta'awwudz, diikuti Basmalah, kemudian Al-Fatihah. Baik dalam shalat munfarid maupun berjamaah, memahami peran masing-masing bacaan ini akan meningkatkan kualitas shalat. Dalam shalat berjamaah, perbedaan praktik imam (terutama dalam mengeraskan Basmalah) harus dipahami sebagai manifestasi dari keragaman mazhab, dan makmum hendaknya mengikuti tuntunan yang paling sesuai dengan pemahamannya sambil tetap menghormati praktik lain.
Terakhir, kita mengaitkan kedua bacaan ini dengan keutamaan agung Surat Al-Fatihah sebagai Ummul Kitab dan rukun shalat yang tak terpisahkan, serta dengan adab-adab umum dalam membaca Al-Qur'an. Ta'awwudz dan Basmalah adalah kunci pembuka yang mempersiapkan hati, pikiran, dan jiwa kita untuk berinteraksi dengan firman Allah dalam keadaan paling suci dan khusyuk.
Dengan demikian, memahami "doa yang dibaca sebelum membaca Surat Al-Fatihah" bukan hanya sekadar mengetahui lafazhnya, tetapi menyelami makna, dalil, hukum, dan hikmah di baliknya. Ini adalah ajakan untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, memperdalam hubungan spiritual dengan Al-Qur'an, dan meraih keberkahan di setiap langkah. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam memahami dan mengamalkan ajaran-Nya dengan sebaik-baiknya.