Ilustrasi stilasi dari objek yang dikenal sebagai Bulu Perindu
Bulu Perindu. Nama ini seringkali memunculkan citra mistis dan supranatural. Di berbagai penjuru Nusantara, benda kecil yang terlihat seperti sehelai bulu kering ini dipercaya memiliki khasiat pengasihan, penarik rezeki, atau bahkan digunakan sebagai sarana spiritual. Namun, terlepas dari legenda yang menyelimutinya, pertanyaan mendasar yang sering muncul di benak banyak orang adalah: Sebenarnya, bulu perindu itu terbuat dari apa?
Untuk menjawab pertanyaan inti, kita perlu segera meluruskan kesalahpahaman umum. Meskipun namanya mengandung kata "bulu," objek ini sangat jarang sekali merupakan bulu dari burung atau hewan manapun dalam artian biologis yang kita kenal. Bentuknya yang panjang, pipih, dan terkadang sedikit melengkung memang menyerupai bulu, tetapi komposisi materialnya sangat berbeda. Identifikasi ilmiah menunjukkan bahwa mayoritas benda yang dijual dan dipercaya sebagai Bulu Perindu adalah produk alami, namun bukan dari mamalia atau unggas.
Mayoritas sumber terpercaya, terutama yang mendekati aspek botani atau zoologi, mengidentifikasi Bulu Perindu sebagai bagian dari spesimen tumbuhan atau bahkan serpihan kulit kayu yang mengalami proses alamiah ekstrem. Di beberapa wilayah di Indonesia, benda ini diyakini berasal dari bagian tertentu dari tanaman rambatan langka atau bahkan serabut kulit pohon yang terlepas karena faktor usia dan lingkungan.
Proses alamiah memainkan peran besar dalam pembentukannya. Pohon atau tanaman tertentu yang tumbuh di lingkungan dengan kelembaban dan suhu spesifik dapat menghasilkan serabut atau lapisan luar yang setelah gugur dan mengering, bentuknya menyerupai bulu halus. Kemudian, faktor erosi dan kontak dengan elemen alam lainnya mengikis bagian yang tidak perlu, menyisakan struktur yang tipis, ringan, dan panjang.
Salah satu ciri khas yang membuat Bulu Perindu begitu menarik (dan menjadi dasar kepercayaan mistisnya) adalah reaksinya terhadap kelembaban udara. Ketika berada di lingkungan yang kering, benda ini tampak diam dan mati. Namun, ketika terpapar uap air atau kelembaban tinggi, "bulu" ini seolah bergerak, menggeliat, atau "menari."
Fenomena ini memberikan jawaban biologis yang paling mungkin mengenai materialnya. Objek tersebut kemungkinan besar terbuat dari material organik yang sangat higroskopis—yaitu, mudah menyerap uap air dari udara. Ketika serat menyerap air, mereka memuai secara tidak merata. Karena bentuknya yang sangat tipis dan tidak simetris, pemuaian ini menyebabkan ketegangan internal yang memaksa serat untuk sedikit melengkung atau berputar, menciptakan ilusi gerakan seolah benda itu hidup atau bergerak karena "panggilan" (perindu).
Menariknya, tidak semua Bulu Perindu sama. Ada varian yang diklaim berasal dari hewan air, seperti sisik ikan tertentu yang telah termodifikasi, atau bahkan fragmen cangkang moluska yang sangat tipis. Namun, varian yang paling umum dan paling mudah ditemukan adalah yang berbasis tumbuhan.
Klaim dari para penjual seringkali menambah lapisan mitos yang kuat. Beberapa menyatakan bahwa bulu perindu itu terbuat dari energi spiritual yang terikat pada makhluk halus. Meskipun ini adalah ranah kepercayaan dan bukan ilmu pengetahuan, penting untuk membedakannya dari asal usul fisik benda tersebut. Secara fisik, bukti kuat menunjukkan bahwa ia adalah materi alami yang termodifikasi oleh alam.
Evolusi atau proses alamiah seringkali menghasilkan bentuk yang efisien untuk tujuannya. Dalam konteks ini, struktur yang tipis dan ringan sangat baik untuk menyebarkan diri (dispersi) melalui angin setelah jatuh dari tanaman induknya. Struktur seperti serabut halus ini memungkinkannya terbawa jauh. Ketika kita melihatnya, otak kita secara otomatis mengasosiasikannya dengan objek sejenis yang kita kenal, yaitu bulu. Ini adalah contoh menarik bagaimana bentuk alami dapat menipu persepsi kita.
Jadi, jika kita kembali pada pertanyaan utama: bulu perindu itu terbuat dari apa? Jawaban yang paling mendekati kebenaran ilmiah adalah bahwa ia adalah serpihan organik—kemungkinan besar bagian dari kulit kayu atau serat tanaman—yang memiliki sifat higroskopis tinggi. Reaksinya terhadap kelembaban udara adalah kunci yang menjelaskan "kehidupannya" yang misterius, bukan karena adanya sihir, melainkan karena fisika material yang cerdas.