Bulu Perindu. Nama ini sering kali membangkitkan rasa penasaran sekaligus mistis. Di kalangan kolektor benda bertuah atau penggemar supranatural, benda ini dikenal memiliki daya tarik tersendiri, terutama dalam hal asmara atau kerezekian. Namun, terlepas dari berbagai mitos yang menyelimutinya, pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah: Sebenarnya, bulu perindu asli terbuat dari apa?
Untuk menjawabnya secara ilmiah, kita harus menanggalkan sedikit aura magisnya dan melihat dari sudut pandang biologi dan zoologi. Bulu perindu bukanlah berasal dari mamalia atau unggas seperti yang mungkin dibayangkan dari namanya. Sebutan "bulu" di sini lebih merujuk pada bentuk fisiknya yang menyerupai helai rambut atau serat yang sangat halus, ringan, dan mudah bergerak mengikuti hembusan udara atau perubahan suhu.
Setelah melalui berbagai penelitian dan penelusuran para ahli, kesimpulan yang paling kuat menunjukkan bahwa Bulu Perindu adalah bagian dari organisme laut, tepatnya dari spesies tertentu di kawasan Indonesia bagian Timur, khususnya sekitar Sulawesi dan Kalimantan.
Secara spesifik, Bulu Perindu yang sering diperjualbelikan adalah bagian dari kerangka luar (eksoskeleton) dari sejenis serangga laut kecil yang hidup di perairan tertentu. Namun, versi yang paling populer dan diyakini keasliannya adalah sejenis rambut atau filamen yang tumbuh pada sejenis kerang atau hewan moluska laut. Ketika hewan ini mati, yang tersisa dan terdampar di pantai hanyalah bagian filamen tersebut yang mengering dan terlihat seperti bulu yang sangat halus.
Mitos yang berkembang menyebutkan bahwa bulu ini hanya akan bergerak jika berada di dekat pasangan atau jika "pemilik" bulu tersebut sedang merasakan getaran emosi tertentu. Namun, fenomena pergerakan ini sebenarnya dapat dijelaskan secara fisik.
Jika Anda pernah mengamati Bulu Perindu asli, Anda akan menyadari bahwa benda ini sangat ringan dan sensitif terhadap lingkungan sekitar. Lantas, bulu perindu asli terbuat dari apa yang membuatnya bisa bergerak tanpa disentuh?
Jawabannya terletak pada kelembaban udara (higroskopisitas). Material organik, terutama filamen protein atau kitin yang sangat halus, memiliki kemampuan menyerap kelembaban dari udara. Perubahan kecil pada tingkat kelembaban di sekitar bulu tersebut akan menyebabkan salah satu sisi filamen memuai atau mengerut lebih cepat daripada sisi lainnya. Perbedaan pemuaian inilah yang menciptakan tegangan internal, membuat helai bulu tersebut terlihat seolah-olah bergerak, meliuk, atau bahkan "menari".
Di lingkungan yang sangat kering (kelembaban rendah), bulu perindu cenderung diam. Sebaliknya, di tempat yang agak lembab, atau ketika ditiupkan napas yang mengandung uap air, pergerakan akan lebih terlihat jelas. Inilah yang sering disalahartikan sebagai respons magis terhadap energi atau niat manusia.
Mengingat tingginya permintaan, pasar dipenuhi dengan imitasi. Membedakan bulu perindu asli terbuat dari apa—yaitu struktur biologis—dari yang palsu sangat penting bagi kolektor.
Kesimpulannya, terlepas dari kekuatan metafisik yang dilekatkan padanya, secara faktual, bulu perindu asli terbuat dari filamen biologis organik dari organisme laut yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan kelembaban udara. Pemahaman ini tidak mengurangi keunikan atau nilai historisnya, namun memberikan dasar ilmiah mengenai fenomena yang menyertainya.