Ilustrasi proses pengendapan material vulkanik.
Batuan sedimen vulkanik, atau sering juga disebut sebagai batuan piroklastik sedimen, merupakan jenis batuan sedimen yang komponen utamanya berasal dari material hasil erupsi gunung berapi. Berbeda dengan batuan beku vulkanik (seperti lava yang mendingin di permukaan), batuan ini terbentuk melalui proses pengendapan (sedimentasi) dari fragmen-fragmen batuan, mineral, maupun kaca vulkanik yang terlontar ke atmosfer saat terjadi letusan.
Proses pembentukannya melibatkan dua tahapan utama: pertama, erupsi eksplosif yang menghasilkan material tefra (abu, lapili, bom vulkanik). Kedua, material tefra ini kemudian diangkut oleh medium lain—seperti air (lahar), angin, atau gravitasi—dan terakumulasi, terlitifikasi (mengeras), dan mengalami pemadatan dalam cekungan pengendapan. Akibatnya, batuan ini memiliki karakteristik transisi antara batuan piroklastik murni dan batuan sedimen klastik biasa.
Klasifikasi batuan sedimen vulkanik sangat bergantung pada agen yang mengangkut material tersebut setelah letusan. Tiga kategori utama yang sering dibahas adalah:
Salah satu ciri khas batuan sedimen vulkanik adalah komposisi mineralnya yang khas. Mineral yang umum ditemukan meliputi plagioklas, piroksen, dan seringkali terdapat kaca vulkanik (material amorf yang terbentuk saat pendinginan cepat). Kaca vulkanik ini cenderung tidak stabil dalam jangka waktu geologi yang sangat panjang, terutama jika berada di lingkungan yang lembap, sehingga seringkali mengalami alterasi menjadi mineral sekunder seperti lempung.
Struktur sedimen juga memberikan petunjuk penting. Kehadiran perlapisan silang (cross-bedding), perlapisan horizontal yang tipis, atau struktur aliran menunjukkan bahwa material tersebut telah mengalami transportasi sekunder (oleh air atau angin) setelah terlontar dari gunung api. Ini membedakannya dari batuan piroklastik padat yang terdeposisi secara langsung di sekitar kawah. Batuan jenis ini sangat penting dalam paleogeografi karena dapat menunjukkan lokasi dan energi erupsi masa lalu, serta lingkungan pengendapan di mana material tersebut akhirnya menetap. Di Indonesia, temuan batuan sedimen vulkanik tersebar luas, terutama di daerah Jawa dan Sumatera yang kaya akan aktivitas vulkanik purba.
Analisis tekstur, mulai dari butiran halus (tuf) hingga kasar (breksi), membantu ahli geologi merekonstruksi sejarah geologi suatu area. Dengan mempelajari sekuens perlapisan, kita dapat memahami kapan letusan terjadi, seberapa jauh material terlempar, dan bagaimana lingkungan permukaan bumi merespons trauma vulkanik tersebut melalui proses erosi dan sedimentasi lanjutan. Memahami batuan sedimen vulkanik adalah kunci untuk membuka catatan sejarah letusan gunung berapi di masa lampau.