Batuan pumice, atau batu apung, adalah salah satu formasi batuan vulkanik yang paling unik dan menarik di dunia geologi. Keistimewaan utamanya terletak pada kepadatannya yang sangat rendah, seringkali membuatnya mampu mengapung di atas air—sebuah fenomena yang langka untuk sebuah batuan padat. Pumice terbentuk dari lava yang kaya akan gas dan silika (biasanya felsik hingga intermediet) yang didinginkan secara cepat saat terjadi erupsi eksplosif.
Proses pembentukannya melibatkan pelepasan gas vulkanik dalam jumlah besar dari magma yang bergerak naik. Tekanan yang tiba-tiba turun menyebabkan gas-gas ini berekspansi dengan cepat, menciptakan gelembung-gelembung di dalam cairan magma yang mendingin. Ketika lava ini membeku dalam waktu singkat—baik di udara (sebagai tephra) maupun di bawah air—struktur seluler yang berongga (vesikularitas) terperangkap, menghasilkan tekstur seperti spons yang ringan dan berpori.
Secara visual, pumice seringkali berwarna putih pucat, abu-abu muda, krem, atau bahkan merah muda, tergantung pada komposisi mineral dan kandungan oksida besi di dalamnya. Struktur mikroskopisnya dipenuhi dengan pori-pori (vesikel) yang saling terhubung atau tertutup. Kekuatan tekanannya relatif rendah, namun karena porositasnya yang tinggi—yang bisa mencapai 90% volume—massa jenisnya (densitas) jauh lebih rendah daripada air, memungkinkannya mengapung. Pompa air ringan ini memiliki kekerasan Mohs yang umumnya rendah, berkisar antara 5 hingga 6.
Komposisi kimianya seringkali mirip dengan riolit atau dasit. Kandungan silika (SiO2) yang tinggi menjadikan magma yang membentuk pumice sangat kental sebelum erupsi. Kandungan gas yang tinggi inilah yang membedakannya dari batuan vulkanik lain seperti obsidian (yang mendingin lebih lambat tanpa banyak gas) atau basal (yang lebih padat dan kaya magnesium).
Berkat sifatnya yang ringan, abrasif, dan inert (tidak reaktif secara kimiawi), batuan pumice telah dimanfaatkan manusia selama ribuan tahun dalam berbagai sektor. Salah satu aplikasi paling kuno adalah sebagai bahan konstruksi. Ketika dicampur dalam campuran beton (disebut beton pumice), ia dapat menghasilkan material bangunan yang ringan namun tetap kuat dan memiliki insulasi termal yang baik.
Dalam industri kosmetik dan perawatan pribadi, pumice digunakan sebagai agen pengelupasan (eksfoliasi) ringan. Partikelnya yang kasar namun tidak terlalu tajam efektif mengangkat sel kulit mati, membuatnya sering ditemukan dalam produk lulur tubuh atau produk perawatan kaki.
Di bidang pertanian, pumice sangat dihargai sebagai media tanam. Sifatnya yang sangat berpori memungkinkan aerasi akar yang sangat baik dan membantu retensi air tanpa menyebabkan tanah menjadi padat atau becek. Ini sangat ideal untuk tanaman sukulen atau anggrek. Selain itu, pumice juga digunakan sebagai filter air karena kemampuannya menyerap kotoran dan kontaminan.
Batuan pumice ditemukan di sekitar zona subduksi lempeng tektonik di mana aktivitas vulkanik eksplosif sering terjadi. Contoh lokasi penting yang terkenal dengan endapan pumice besar termasuk wilayah Cincin Api Pasifik. Di Indonesia, aktivitas vulkanik yang intens memastikan bahwa pumice adalah hasil sampingan yang umum dari letusan gunung berapi besar, seperti yang terlihat di sekitar Gunung Tambora atau Gunung Krakatau. Fenomena yang mengesankan adalah ketika letusan besar menghasilkan "raf pumice" yang luas di lautan, yang dapat menghalangi jalur pelayaran hingga bertahun-tahun lamanya.
Singkatnya, pumice adalah bukti nyata dari kekuatan dahsyat alam—sebuah material yang lahir dari api neraka tetapi berakhir sebagai bahan yang lembut dan multifungsi bagi kehidupan modern. Porositasnya bukan sekadar cacat struktural, melainkan kunci utama yang memberikan nilai ekonomis dan kegunaan yang tak terhingga.