Batuan beku luar, atau sering juga disebut batuan vulkanik, merupakan salah satu dari tiga kelompok utama batuan beku (bersama batuan beku dalam dan plutonik). Batuan ini terbentuk ketika magma (batuan cair pijar di bawah permukaan bumi) berhasil mencapai permukaan bumi, baik melalui letusan gunung berapi maupun retakan kerak bumi, dan kemudian mendingin dengan sangat cepat di lingkungan atmosfer atau hidrosfer.
Proses pendinginan yang cepat inilah yang menjadi kunci utama pembeda antara batuan beku luar dan batuan beku dalam. Pendinginan yang berlangsung di permukaan (atau sangat dekat dengan permukaan) tidak memberikan cukup waktu bagi atom-atom untuk menyusun diri menjadi kristal berukuran besar. Akibatnya, batuan vulkanik umumnya dicirikan oleh tekstur yang halus atau bahkan amorf (tidak berbentuk kristal).
Pembentukan batuan beku luar secara inheren terkait dengan aktivitas gunung berapi. Ketika tekanan di dalam dapur magma (kantong magma) melebihi kekuatan batuan di sekitarnya, magma akan mencari jalur keluar. Setelah mencapai permukaan, magma ini dikenal sebagai lava. Laju pelepasan gas dan kecepatan pendinginan sangat mempengaruhi hasil akhir batuan.
Jika lava mendingin dalam hitungan jam atau hari, kristalisasi yang terjadi sangat minim. Contoh ekstrem dari pendinginan super cepat adalah ketika lava dilemparkan ke air laut, menghasilkan batuan seperti obsidian atau gelas vulkanik, di mana struktur kristalnya hampir tidak ada. Sebaliknya, pendinginan yang sedikit lebih lambat di darat mungkin menghasilkan batuan dengan kristal mikroskopis yang hanya terlihat dengan bantuan mikroskop.
Karena proses pendinginan yang tidak teratur, batuan beku luar memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari batuan intrusif (dalam):
Berdasarkan komposisi silika dan tekstur, batuan beku luar diklasifikasikan menjadi beberapa jenis utama:
Basalt adalah batuan vulkanik yang paling umum. Ia memiliki komposisi mafik (kaya besi dan magnesium), berwarna gelap, dan teksturnya afanitik. Basalt terbentuk dari lava yang relatif cair (viskositas rendah) dan biasanya ditemukan di lautan atau daerah mantel yang mengalami ekstrusi, seperti di dataran tinggi Dekkan atau Hawaii.
Andesit sering ditemukan di zona subduksi, seperti di sepanjang Pegunungan Andes (asal namanya). Komposisinya berada di antara basalt dan riolit, bersifat menengah. Warnanya biasanya abu-abu dan sering memiliki tekstur porfiritik.
Riolit adalah batuan vulkanik felsik (kaya silika), memiliki warna terang (putih, merah muda, atau abu-abu muda), dan sangat kental saat cair. Karena viskositasnya yang tinggi, letusannya cenderung eksplosif, sering menghasilkan aliran piroklastik dan abu vulkanik yang kemudian mengeras menjadi batuan padat.
Obsidian adalah contoh klasik batuan beku luar yang mendingin begitu cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal sama sekali. Ini menghasilkan struktur seperti kaca. Obsidian biasanya berwarna hitam pekat dan mudah pecah dengan patahan konkoidal yang tajam.
Batu apung adalah batuan yang sangat berongga (vesikular) akibat pelepasan gas yang masif selama pendinginan. Karena kepadatan udaranya yang tinggi, batu apung bahkan dapat mengapung di air. Komposisinya bervariasi, namun seringkali felsik.
Batuan beku luar memainkan peran penting dalam bentang alam permukaan bumi. Mereka membentuk pulau-pulau vulkanik, melapisi dataran tinggi (plateau basalt), dan merupakan produk utama dari letusan gunung berapi yang aktif. Mempelajari komposisi dan tekstur batuan ini memberikan ilmuwan informasi berharga mengenai kondisi suhu, tekanan, dan volatilitas magma yang ada jauh di bawah kerak bumi.
Meskipun terlihat berbeda dari batuan beku dalam seperti granit, batuan beku luar sebenarnya adalah 'kembaran' kimiawi mereka. Misalnya, basalt adalah padanan ekstrusif (luar) dari gabro (dalam), sementara riolit adalah padanan ekstrusif dari granit. Perbedaan utama terletak pada cara pendinginan dan ukuran kristal yang dihasilkan.