Surah Ad-Dhuha, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada masa-masa sulit ketika wahyu sempat terhenti, adalah surat yang penuh dengan belaian ilahi dan janji penghiburan. Salah satu ayat kunci dalam surat ini yang memberikan landasan kuat bagi setiap mukmin yang tengah menghadapi kesulitan adalah **Ayat 5 Surah Ad-Dhuha**.
Ayat kelima ini sering kali dibaca dan direnungkan sebagai penawar bagi jiwa yang sedang merasakan keputusasaan atau kesedihan yang mendalam. Setelah Allah SWT mengingatkan Nabi Muhammad SAW mengenai nikmat-nikmat sebelumnya (seperti penjagaan di masa yatim dan penemuan jalan lurus), pada ayat kelima ini, Allah SWT langsung menyajikan formula kebahagiaan tertinggi: janji akan keridhaan (رضا - Ridha).
Makna yang terkandung dalam frasa "kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu" sangatlah luas. Karunia ini tidak hanya terbatas pada harta benda atau kemenangan duniawi. Para mufassir sepakat bahwa karunia terbesar yang dijanjikan di sini adalah kedudukan spiritual dan kebahagiaan hakiki yang akan dirasakan oleh Rasulullah SAW, baik di dunia maupun di akhirat.
Yang lebih menyentuh adalah penutup ayat tersebut: "sehingga engkau rida." Keridhaan (Ridha) adalah tingkatan spiritual yang sangat tinggi. Ini bukan sekadar puas, melainkan mencapai ketenangan jiwa yang sempurna, di mana seseorang menerima seluruh ketetapan Allah dengan lapang dada karena yakin bahwa di balik setiap ujian terdapat hikmah dan balasan yang jauh lebih baik.
Bagi umat Islam yang hidup di zaman modern, menghadapi tantangan ekonomi, sosial, atau kegagalan pribadi, Ayat 5 Surah Ad-Dhuha berfungsi sebagai pengingat mendasar. Intinya adalah pesan optimisme yang berakar pada keyakinan tauhid. Jika Allah SWT telah menjamin keridhaan bagi Rasul-Nya yang telah berjuang sekeras itu, maka janji itu pasti berlaku bagi hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya dengan kesabaran.
Proses mencapai keridhaan ini membutuhkan kesabaran (sabar). Ayat ini disusun secara progresif. Setelah masa sulit ("Bukankah Dia menemuimu yatim, lalu Dia memberimu perlindungan?"), diikuti dengan janji akan anugerah yang akan datang ("Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan..."). Ini mengajarkan kita untuk tetap berpegang teguh pada amal shaleh saat ini, sambil menanti ganjaran tertinggi dari Allah SWT di masa depan.
Para ulama menjelaskan bahwa "karunia" yang dijanjikan Allah bisa meliputi:
Oleh karena itu, ketika kita membaca ayat ini, kita diajak untuk melakukan refleksi diri: Apakah kita benar-benar menempatkan keridhaan Allah sebagai tujuan akhir tertinggi kita? Seringkali, kita mengejar kebahagiaan sesaat yang fana, padahal janji hakiki—yakni keridhaan dari Sang Pencipta—telah ditawarkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an.
Ayat 5 ini memberikan energi spiritual yang luar biasa. Ia membebaskan mukmin dari beban kecemasan akan masa depan. Jika kita telah berupaya maksimal, jika kita telah menegakkan shalat Dhuha sebagai bentuk syukur dan pengakuan akan nikmat-nikmat kecil setiap pagi, maka kita berhak mengharapkan janji besar ini.
Ini adalah janji final, dikuatkan dengan penekanan ganda ("La" dan "Saufa" dalam bahasa Arab) yang menegaskan kepastian akan terjadi. Janji ini menaungi seluruh rentang kehidupan seorang hamba, dari kesulitan duniawi hingga pencapaian tertinggi di akhirat. Dengan memahami Ayat 5 Surah Ad-Dhuha, kita diingatkan bahwa setiap tetes air mata kesabaran hari ini akan ditukar dengan lautan keridhaan di hadapan Allah SWT.
Marilah kita jadikan ayat mulia ini sebagai kompas dalam menghadapi badai kehidupan, selalu mengingat bahwa akhir yang indah telah dijanjikan oleh Rabbul 'Alamin kepada mereka yang tidak pernah berhenti bersabar dan bersyukur.