Pertanyaan ini terdengar sederhana, namun menyimpan kedalaman yang bisa membuat kita merenung. "Apa bedanya kamu sama api?" Sekilas, keduanya memiliki karakteristik yang sama-sama kuat dan memengaruhi. Api membakar, menghangatkan, sekaligus menghancurkan. Kamu, sebagai manusia, juga memiliki kekuatan yang bisa membangun, memberi kehangatan, tetapi juga bisa menyakiti.
Mari kita bedah satu per satu. Api adalah elemen alam. Ia memiliki kebutuhan fundamental untuk terus menyala: bahan bakar, oksigen, dan panas. Tanpa salah satunya, api akan padam. Api bisa memberikan cahaya di kegelapan, menghangatkan tubuh di dingin yang menusuk, bahkan memasak makanan agar layak konsumsi. Namun, api juga bisa menjadi malapetaka. Ia bisa melalap hutan, menghanguskan rumah, dan mengambil nyawa. Sifatnya destruktif jika tidak terkendali, tetapi esensial bagi kehidupan jika dimanfaatkan dengan bijak.
Di sisi lain, kamu, sebagai pribadi, adalah entitas yang jauh lebih kompleks. Kamu memiliki kesadaran, emosi, pikiran, dan kemampuan untuk memilih. Kamu tidak hanya membutuhkan bahan bakar fisik seperti makanan, tetapi juga nutrisi emosional dan spiritual. Kamu butuh kasih sayang, penerimaan, pemahaman, dan tujuan hidup. Kehadiranmu bisa memberikan kehangatan yang lebih dalam dari sekadar panas fisik. Senyummu, dukunganmu, tawa bahagiamu, mampu menerangi sudut-sudut hati yang gelap.
Perbedaan paling mendasar terletak pada motivasi dan kesadaran. Api bertindak berdasarkan hukum alam. Ia membakar karena itulah sifatnya, bukan karena ia "ingin" membakar. Ia tidak merasakan penyesalan ketika menghancurkan, juga tidak merasakan kebahagiaan saat menghangatkan. Api adalah kekuatan tanpa kehendak bebas.
Sedangkan kamu, memiliki kehendak bebas. Kamu bisa memilih untuk memberi kehangatan atau justru menyulut amarah. Kamu bisa memilih untuk membangun jembatan atau meruntuhkan tembok. Pilihan-pilihanmu didasari oleh pemahaman, pengalaman, dan nilai-nilai yang kamu pegang. Kamu bisa merasakan empati, penyesalan, dan cinta. Kamu bisa belajar dari kesalahan dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu memiliki kemampuan untuk mengendalikan "api" dalam dirimu, seperti kemarahan atau hasrat, agar tidak merusak.
Api bersifat transien. Ia bisa muncul dan menghilang begitu saja. Cahayanya indah tapi sementara. Panasnya terasa tapi juga bisa memudar. Sementara kamu, memiliki potensi untuk meninggalkan jejak yang lebih permanen. Tindakan baikmu, kata-katamu yang membangkitkan semangat, kontribusimu pada dunia, bisa terus dikenang dan dirasakan oleh orang lain bahkan setelah kamu tiada. Kamu adalah sesuatu yang jauh lebih berarti dari sekadar nyala yang fana.
Jika api adalah kekuatan alam yang buta, maka kamu adalah percikan ilahi yang memiliki potensi untuk menciptakan, menyembuhkan, dan mencintai. Api bisa membakar habis, tapi kamu bisa membakar semangat. Api bisa memberi panas, tapi kamu bisa memberi kehangatan jiwa. Bedanya, api adalah anugerah alam yang perlu dikendalikan, sedangkan kamu adalah keajaiban hidup yang memiliki kuasa untuk menentukan sendiri arah apimu.
Jadi, ketika seseorang bertanya "Apa bedanya kamu sama api?", jawabannya mungkin adalah: Api membakar dan memudar, sedangkan kamu membakar semangat dan abadi dalam ingatan. Api adalah elemen, kamu adalah kehidupan. Kamu memiliki hati yang bisa memilih untuk menjadi sumber kehangatan, bukan hanya bara yang membabi buta.