Lailatul Qadar: Keutamaan dan Makna Surah Al-Qadr (Surah 97)

Surah Al-Qadr adalah salah satu surah yang paling agung dalam Al-Qur'an, yang secara khusus membahas tentang keistimewaan dan kemuliaan Malam Lailatul Qadar. Surah ini merupakan surah ke-97 dalam mushaf Al-Qur'an dan terdiri dari lima ayat. Meskipun pendek, Surah Al-Qadr membawa pesan yang sangat mendalam tentang anugerah terbesar Allah SWT kepada umat manusia: penurunan Al-Qur'an, dan tentang sebuah malam yang nilainya melebihi seribu bulan.

Malam Lailatul Qadar sendiri adalah puncak spiritual bulan Ramadhan, malam yang dinanti-nanti oleh setiap Muslim yang beriman. Pemahaman yang mendalam terhadap Surah Al-Qadr tidak hanya akan meningkatkan apresiasi kita terhadap malam tersebut, tetapi juga akan menginspirasi kita untuk memaksimalkan setiap kesempatan ibadah yang ada. Artikel ini akan mengupas tuntas Surah Al-Qadr, mulai dari teks Arab, transliterasi, terjemah, tafsir per ayat, asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat), keutamaan, amalan, hingga hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil.

Simbol bulan sabit dan bintang yang sering diasosiasikan dengan Islam, menggambarkan keagungan malam Lailatul Qadar.

1. Pengantar Surah Al-Qadr

Surah Al-Qadr (bahasa Arab: القدر) merupakan surah yang sangat istimewa. Nama surah ini diambil dari kata "Al-Qadr" yang disebutkan pada ayat pertama, kedua, dan ketiga, yang berarti "kemuliaan", "ketetapan", atau "ukuran". Surah ini menempati urutan ke-97 dalam susunan mushaf Al-Qur'an dan terdiri dari 5 ayat. Secara umum, para ulama sepakat bahwa surah ini tergolong surah Makkiyah, yaitu surah-surah yang diturunkan di Mekah sebelum hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah. Namun, ada juga sebagian riwayat yang menyatakan bahwa surah ini adalah Madaniyah, berdasarkan konteks pembahasan tentang peperangan dan keutamaan jihad, yang lebih relevan dengan periode Madinah. Namun, pandangan mayoritas tetap pada Makkiyah.

Tema sentral Surah Al-Qadr adalah penetapan dan pengagungan Malam Lailatul Qadar, yaitu malam diturunkannya Al-Qur'an. Surah ini menjelaskan betapa agungnya malam tersebut, di mana Allah SWT telah memilihnya sebagai momen penting bagi penurunan wahyu terakhir-Nya kepada umat manusia. Malam ini juga menjadi saksi bisu turunnya para malaikat dan Ruh (Jibril) untuk mengatur segala urusan dengan izin Allah, membawa kedamaian dan berkah hingga terbit fajar.

2. Teks Arab, Transliterasi, dan Terjemah Surah Al-Qadr

Ayat 1

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Innā anzalnāhu fī Laylatil-Qadr. "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Malam Kemuliaan."

Ayat 2

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Wa mā adrāka mā Laylatul-Qadr. "Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?"

Ayat 3

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Laylatul-Qadri khayrum min alfi shahr. "Malam Kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."

Ayat 4

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
Tanazzalul-malā'ikatu war-Rūḥu fīhā bi'idni Rabbihim min kulli amr. "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."

Ayat 5

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Salāmun hiya ḥattā maṭla'il-fajr. "Sejahteralah (malam itu) hingga terbit fajar."

Al-Qur'an, kalam Allah yang diturunkan pada Malam Kemuliaan.

3. Tafsir (Penjelasan Mendalam) Surah Al-Qadr

3.1. Ayat 1: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Malam Kemuliaan."

Ayat pertama ini adalah kunci pembuka Surah Al-Qadr, yang langsung menyoroti peristiwa monumental penurunan Al-Qur'an. Kata "Kami" (نَا - ) menunjukkan keagungan Allah SWT, pengakuan atas kekuasaan dan kebesaran-Nya dalam peristiwa ini. Penggunaan kata ganti orang pertama jamak dalam konteks keilahian sering kali digunakan untuk menekankan kemuliaan dan kebesaran Dzat yang berbicara.

Frasa "telah menurunkannya" (أَنزَلْنَاهُ - anzalnāhu) merujuk pada Al-Qur'an. Penurunan Al-Qur'an ini memiliki dua makna:

  1. Penurunan secara keseluruhan ke langit dunia (Baitul Izzah): Ini adalah penurunan pertama, di mana seluruh Al-Qur'an diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia pada Malam Lailatul Qadar. Dari Baitul Izzah inilah kemudian Al-Qur'an diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad ﷺ selama kurang lebih 23 tahun sesuai dengan peristiwa dan kebutuhan yang terjadi. Penurunan ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang lengkap dan sempurna sejak awal, meskipun penyampaiannya kepada manusia dilakukan secara bertahap.
  2. Penurunan permulaan wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ: Ini merujuk pada awal wahyu yang diterima Nabi Muhammad ﷺ di Gua Hira, yaitu ayat-ayat pertama Surah Al-'Alaq. Peristiwa ini juga terjadi pada Malam Lailatul Qadar, menandai dimulainya kenabian dan risalah Islam.

Adapun frasa "pada Malam Kemuliaan" (فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ - fī Laylatil-Qadr), kata "Al-Qadr" sendiri memiliki beberapa interpretasi yang semuanya menunjukkan keagungan malam tersebut:

Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa Allah telah menganugerahkan Al-Qur'an kepada umat manusia pada sebuah malam yang begitu agung, sarat dengan kemuliaan, dan menjadi momen penetapan takdir ilahi.

3.2. Ayat 2: "Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?"

Ayat kedua ini menggunakan gaya bahasa pertanyaan retoris (istifham ta'ajjub) yang bertujuan untuk menarik perhatian pendengar atau pembaca. Allah tidak langsung menjelaskan apa itu Lailatul Qadar, melainkan mengajukan pertanyaan yang menggugah rasa penasaran, seolah-olah mengatakan: "Apakah kamu benar-benar mengerti betapa agungnya malam ini?"

Pertanyaan ini berfungsi sebagai penekanan dan penegasan akan keistimewaan malam tersebut. Ini bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban langsung dari manusia, melainkan mempersiapkan jiwa dan pikiran untuk menerima penjelasan berikutnya yang akan mengungkap keagungan yang luar biasa. Teknik ini sering digunakan dalam Al-Qur'an untuk menyoroti hal-hal penting yang di luar batas pemahaman manusia biasa, sehingga nilai dan bobot informasi berikutnya akan terasa lebih dalam.

3.3. Ayat 3: "Malam Kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."

Inilah inti dari keutamaan Lailatul Qadar yang dijawab setelah pertanyaan retoris pada ayat sebelumnya. Frasa "lebih baik dari seribu bulan" (خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ - khayrum min alfi shahr) adalah sebuah perbandingan yang luar biasa.

Sebab turunnya anugerah ini, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat, adalah karena umat Nabi Muhammad ﷺ memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan umat-umat terdahulu. Dengan adanya Lailatul Qadar, umat Islam diberikan kesempatan untuk mencapai pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, yang mungkin tidak dapat mereka raih melalui panjangnya umur. Ini adalah bentuk rahmat dan kasih sayang Allah kepada umat Islam.

Pernyataan ini juga memotivasi umat Muslim untuk bersungguh-sungguh mencari dan menghidupkan malam tersebut, karena kesempatan untuk meraih pahala yang begitu besar hanya datang sekali dalam setahun.

3.4. Ayat 4: "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."

Ayat ini menjelaskan fenomena langit yang terjadi pada Malam Lailatul Qadar. Frasa "turun malaikat-malaikat" (تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ - tanazzalul-malā'ikatu) menunjukkan bahwa jumlah malaikat yang turun sangat banyak, memenuhi bumi. Mereka turun membawa rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang beribadah.

Kemudian disebutkan secara khusus "dan Ruh (Jibril)" (وَالرُّوحُ - war-Rūḥu). Penyebutan Jibril secara terpisah dari malaikat-malaikat lainnya menunjukkan keagungan dan kedudukannya yang sangat istimewa di antara para malaikat, karena dialah pemimpin para malaikat dan pembawa wahyu ilahi. Beberapa tafsir juga menyebut "Ar-Ruh" sebagai ruh kudus, atau malaikat agung yang tugasnya lebih umum daripada hanya sekadar menyampaikan wahyu.

Kata "dengan izin Tuhannya" (بِإِذْنِ رَبِّهِم - bi'idni Rabbihim) menegaskan bahwa segala peristiwa di malam itu terjadi atas kehendak dan perintah mutlak dari Allah SWT. Tidak ada satu pun malaikat yang bertindak tanpa izin-Nya.

Frasa "untuk mengatur segala urusan" (مِّن كُلِّ أَمْرٍ - min kulli amr) mengindikasikan bahwa pada malam ini, Allah menetapkan dan merincikan segala urusan takdir untuk tahun yang akan datang. Ini mencakup segala hal yang akan terjadi, seperti kehidupan, kematian, rezeki, kesehatan, sakit, nasib baik, nasib buruk, dan lain-lain. Penetapan ini bukan berarti perubahan takdir (yang sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh), melainkan perincian atau penampakan dari apa yang telah ditetapkan secara global. Para malaikat ditugaskan untuk melaksanakan atau menyampaikan ketetapan-ketetapan ini. Ini adalah manifestasi dari sifat Allah sebagai Al-Qadir (Maha Penentu Takdir) dan Al-Hakim (Maha Bijaksana).

Malam penuh kedamaian di mana doa-doa diijabah.

3.5. Ayat 5: "Sejahteralah (malam itu) hingga terbit fajar."

Ayat terakhir ini menutup Surah Al-Qadr dengan gambaran tentang suasana malam tersebut. Kata "Sejahteralah" (سَلَامٌ - Salāmun) mengandung makna yang sangat luas dan indah:

Kedamaian ini berlangsung "hingga terbit fajar" (حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ - ḥattā maṭla'il-fajr). Ini menandakan bahwa seluruh periode malam Lailatul Qadar, dari terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar, adalah waktu yang istimewa untuk beribadah dan meraih keberkahan. Hal ini juga memotivasi umat Muslim untuk menghidupkan seluruh malam tersebut, tidak hanya sebagian kecil saja.

4. Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat)

Meskipun Surah Al-Qadr adalah Makkiyah, beberapa riwayat mengenai Asbabun Nuzul-nya sering kali dikaitkan dengan perbandingan antara umur umat Nabi Muhammad ﷺ dan umat-umat terdahulu. Salah satu riwayat yang paling sering disebutkan adalah:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah ﷺ pernah melihat umur umat-umat terdahulu yang panjang, lalu beliau merasa khawatir dengan umur umatnya yang lebih pendek sehingga tidak dapat menyamai amalan mereka. Maka Allah menurunkan Surah Al-Qadr sebagai anugerah kepada umatnya, memberikan satu malam yang ibadah di dalamnya lebih baik dari ibadah seribu bulan (yang kurang lebih setara dengan umur panjang umat-umat terdahulu).

Riwayat lain menyebutkan kisah seorang pejuang dari Bani Israil yang terus-menerus berjihad di jalan Allah selama seribu bulan tanpa henti. Kisah ini membuat para sahabat merasa kecil hati karena tidak mungkin bisa menyamai amal seperti itu dengan umur mereka yang terbatas. Maka Allah menurunkan Surah Al-Qadr sebagai kabar gembira bahwa umat Muhammad memiliki kesempatan untuk mendapatkan pahala yang jauh lebih besar dalam satu malam saja.

Asbabun Nuzul ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad ﷺ, yang meskipun memiliki umur yang relatif pendek, diberikan peluang emas untuk meraih pahala yang berlimpah melalui anugerah Lailatul Qadar.

5. Kedudukan Lailatul Qadar dalam Islam

Lailatul Qadar menempati posisi yang sangat mulia dan agung dalam Islam, terutama bagi umat Nabi Muhammad ﷺ. Kedudukannya tidak hanya diistimewakan dalam Al-Qur'an melalui Surah Al-Qadr, tetapi juga diperkuat oleh banyak hadis Nabi ﷺ.

6. Kapan Terjadinya Lailatul Qadar?

Allah SWT dengan hikmah-Nya merahasiakan waktu pasti Lailatul Qadar. Namun, Nabi Muhammad ﷺ memberikan petunjuk agar umatnya mencarinya di waktu-waktu tertentu, terutama di bulan Ramadhan.

Hikmah Dirahasiakannya Waktu Pasti:

Kerahasiaan Lailatul Qadar memiliki hikmah yang mendalam. Jika waktu pastinya diketahui, kemungkinan besar manusia hanya akan beribadah pada malam itu saja dan lalai pada malam-malam lainnya. Dengan dirahasiakannya, umat Muslim termotivasi untuk senantiasa beribadah dengan sungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir Ramadhan, bahkan di seluruh bulan Ramadhan, dengan harapan dapat menemui dan menghidupkan malam mulia tersebut. Ini juga mengajarkan tentang ketulusan ibadah, di mana seseorang beribadah bukan karena tahu pasti akan mendapatkan pahala besar, tetapi karena semata-mata mengharap ridha Allah.

Tanda-tanda Lailatul Qadar (menurut beberapa hadis dan riwayat):

Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bersifat observasional dan tidak menjadi syarat mutlak untuk diterima atau tidaknya ibadah. Yang terpenting adalah semangat dan kesungguhan dalam beribadah.

7. Amalan Utama di Malam Lailatul Qadar

Untuk memaksimalkan Malam Lailatul Qadar dan meraih keutamaannya yang "lebih baik dari seribu bulan", ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan:

  1. Qiyamul Lail (Shalat Malam): Ini adalah amalan inti di Lailatul Qadar. Shalat Tarawih dan shalat Witir di bulan Ramadhan adalah bagian dari qiyamul lail. Namun, di malam-malam terakhir, dianjurkan untuk memperbanyak shalat tahajud dan shalat-shalat sunah lainnya dengan khusyuk. Nabi ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).
  2. Membaca Al-Qur'an (Tadarus dan Tafakur): Malam diturunkannya Al-Qur'an adalah waktu terbaik untuk berinteraksi dengan kitab suci ini. Perbanyak membaca Al-Qur'an, merenungkan maknanya (tadabbur), dan berusaha mengamalkannya.
  3. Dzikir, Doa, dan Istighfar:
    • Dzikir: Perbanyak tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha illallah), dan takbir (Allahu Akbar).
    • Doa: Panjatkan doa-doa terbaik, baik doa-doa ma'tsur (dari Al-Qur'an dan Sunnah) maupun doa-doa pribadi. Ini adalah waktu yang mustajab untuk berdoa.
    • Istighfar: Memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan.
    Doa khusus yang dianjurkan oleh Nabi ﷺ untuk Lailatul Qadar, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha:
    اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
    "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni." "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku."
  4. I'tikaf: Berdiam diri di masjid dengan niat ibadah, menjauhkan diri dari urusan duniawi, dan fokus beribadah kepada Allah. Nabi ﷺ selalu beritikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan. I'tikaf adalah cara terbaik untuk memastikan seseorang tidak terlewatkan Lailatul Qadar.
  5. Sedekah: Memperbanyak sedekah di malam-malam terakhir Ramadhan juga sangat dianjurkan. Sedekah di malam Lailatul Qadar akan dilipatgandakan pahalanya.
  6. Meninggalkan Maksiat: Keutamaan malam Lailatul Qadar hanya akan diraih jika seseorang menjauhkan diri dari segala bentuk maksiat, baik lisan, pandangan, maupun perbuatan.

8. Keutamaan dan Fadhilah Lailatul Qadar

Surah Al-Qadr sendiri telah menjelaskan sebagian besar keutamaan malam ini, yang dapat dirangkum sebagai berikut:

9. Hikmah dan Pelajaran dari Surah Al-Qadr

Di balik keindahan ayat-ayatnya, Surah Al-Qadr menyimpan berbagai hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupan seorang Muslim:

  1. Pentingnya Al-Qur'an sebagai Petunjuk Hidup: Penurunan Al-Qur'an pada malam ini menunjukkan betapa sentralnya kedudukan Al-Qur'an dalam Islam. Ini adalah sumber petunjuk, hukum, dan pedoman utama bagi umat manusia. Memuliakan Lailatul Qadar berarti memuliakan Al-Qur'an.
  2. Nilai Waktu dan Kesempatan: Perbandingan "lebih baik dari seribu bulan" mengajarkan kita tentang nilai waktu yang luar biasa. Satu malam yang digunakan dengan baik bisa menghasilkan pahala seumur hidup. Ini mendorong kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu, terutama dalam beribadah.
  3. Kekuatan Doa dan Ibadah: Malam Lailatul Qadar adalah bukti nyata bahwa Allah melipatgandakan pahala bagi hamba-Nya. Ini menguatkan keyakinan bahwa doa dan ibadah memiliki kekuatan besar untuk mengubah takdir (dalam arti takdir mu'allaq) dan mendekatkan diri kepada Allah.
  4. Keagungan Allah dan Malaikat-Nya: Turunnya para malaikat dan Ruh Jibril di malam ini dengan izin Allah menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah yang tiada tara, serta ketaatan makhluk-makhluk-Nya.
  5. Harapan akan Ampunan dan Rahmat: Malam ini memberikan harapan besar bagi setiap Muslim yang beriman untuk mendapatkan pengampunan dosa. Ini adalah kesempatan untuk memulai lembaran baru dan bertaubat dengan sungguh-sungguh.
  6. Dorongan untuk Istiqamah dalam Ibadah: Meskipun Lailatul Qadar adalah malam puncak, pencariannya di sepuluh malam terakhir Ramadhan mendorong umat Muslim untuk istiqamah dalam beribadah, tidak hanya di satu malam, tetapi sepanjang periode tersebut, bahkan setelah Ramadhan.
  7. Pentingnya Refleksi dan Muhasabah Diri: Malam Lailatul Qadar adalah waktu yang tepat untuk merenungkan kehidupan, mengevaluasi amalan, dan memperbaiki diri. Kedamaian malam itu kondusif untuk introspeksi spiritual.
  8. Kasih Sayang Allah kepada Umat Muhammad: Anugerah Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad ﷺ yang umurnya relatif pendek. Ini adalah kompensasi agar mereka bisa meraih pahala yang besar dalam waktu singkat.

Malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) turun ke bumi di Malam Kemuliaan.

10. Perbandingan dengan Malam-Malam Penting Lainnya

Islam memiliki beberapa malam yang dianggap mulia dan istimewa, seperti malam Jumat, malam Nisfu Sya'ban, dan malam Idul Fitri/Adha. Namun, Lailatul Qadar memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh malam-malam lainnya.

Keistimewaan Lailatul Qadar terletak pada tiga hal utama yang tidak dimiliki malam lain: penurunan Al-Qur'an, nilai pahala yang "lebih baik dari seribu bulan", dan turunnya malaikat serta perincian takdir tahunan. Ini menjadikan Lailatul Qadar sebagai "ratu" dari segala malam, yang patut dikejar dan dihidupkan dengan sepenuh hati oleh setiap Muslim.

11. Kesalahpahaman Umum tentang Lailatul Qadar

Dalam masyarakat, seringkali muncul beberapa kesalahpahaman mengenai Lailatul Qadar. Penting untuk meluruskan pemahaman ini agar ibadah kita lebih fokus dan benar:

Memahami poin-poin ini akan membantu kita untuk berfokus pada esensi Lailatul Qadar, yaitu meningkatkan ibadah, memperbanyak doa, dan meraih ampunan serta rahmat Allah SWT.

12. Dampak Spiritual pada Muslim

Penghayatan terhadap Surah Al-Qadr dan upaya menghidupkan Lailatul Qadar memiliki dampak spiritual yang mendalam bagi seorang Muslim:

13. Kesimpulan dan Ajakan

Surah Al-Qadr, meskipun singkat, adalah permata Al-Qur'an yang menjelaskan kemuliaan Malam Lailatul Qadar. Malam ini adalah anugerah terbesar Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad ﷺ, sebuah kesempatan emas untuk meraih pahala yang melebihi ibadah seribu bulan, pengampunan dosa, dan penetapan takdir yang penuh berkah.

Malam Lailatul Qadar adalah malam di mana Al-Qur'an yang agung diturunkan, di mana jutaan malaikat dan Ruh Jibril turun ke bumi membawa kedamaian dan mengatur segala urusan dengan izin Tuhan mereka. Malam itu adalah malam yang penuh keselamatan dan keberkahan hingga terbit fajar.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menghidupkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan penuh semangat, keikhlasan, dan kesungguhan. Mari perbanyak shalat malam, membaca Al-Qur'an, berdzikir, beristighfar, dan memanjatkan doa, khususnya doa "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni." Dengan demikian, semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang beruntung, yang mendapatkan keberkahan dan ampunan di Malam Kemuliaan, Lailatul Qadar.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang meraih keutamaan Lailatul Qadar. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Homepage